Anggara tersenyum menyeringai, lalu tertawa pelan.

***

Rexi berdiri sambil celingak-celinguk kesana-kemari untuk mencari keberadaan seseorang. Ah ... Siapa lagi kalau bukan Al si pria berengsek itu.

"Al ke mana, sih? Gue yakin banget kalau dia pasti salah paham sama ucapan Anggara!" kesal Rexi.

Seseorang tiba-tiba menarik Rexi dari belakang, membuat gadis mungil itu tersentak kaget saja.

"Lo cariin gue?" tanya sang pelaku sambil memasang senyum menantang. Ah ... Jangan lupakan tatapan matanya yang begitu tajam dan terlihat sangatlah angkuh. Benar-benar seorang pria yang berengsek, bukan?

Rexi mendecih sinis, lalu membalikkan badannya dan berniat untuk meninggalkan Al.

Al kembali menarik Rexi dan melakukan hal yang tidak terduga.

Al membuat kiss mark tanpa izin Rexi pastinya.

Rexi membulatkan matanya dengan begitu lebar karena tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Al.

"Ini tanda kalau lo itu milik gue. Enggak boleh diganggu gugat. Enggak boleh ada cowok yang dekat sama lo, apalagi lo yang dekat sama cowok. Itu enggak boleh, kecuali gue pastinya," kata Al sambil mengelus lembut pahatan wajah Rexi.

Rexi menatap Al dengan begitu tajam.

"Arggg! Maksud lo apaan, Anjing?! Lo siapa?!" tanya Rexi emosi sambil berusaha untuk menghapus tanda yang baru saja diberikan oleh Al untuknya.

Al menghela napas panjang saat melihat tingkah Rexi.

"Hah ... Gue tahu kalau lo masih sayang sama gue. Cuma, lo cuma nutupi rasa sayang lo pakai ego sendiri ..." Al menjeda ucapannya.

"..."

"Secara karena gue cinta pertama lo yang udah lama hilang," lanjutnya sinis.

Rexi mendecih.

"Let's play the game. Siapa yang akan kalah, lo atau gue. Siapa yang bakalan bertekuk lutut dan memohon, lo atau gue," kata Al sinis.

Entah setan apa yang datang, Al tiba-tiba mencium bibir Rexi dengan begitu kasar.

"Hmpphh!"

Rexi berusaha untuk memberontak sekuat tenaga agar lepas dari tautan bibir tunggal milik pria itu.

Al menggigit bibir bawah Rexi.

"Oh God! Bantu gue buat lenyapin iblis ini dari hidup gue!" teriak Rexi di dalam hatinya.

Bugh!

Al menghempaskan tubuh Rexi dengan kasar di dinding.

Al mencium bibir Rexi dengan penuh nafsu, tetapi tak lama ciumannya itu turun pada dada Rexi.

"Al! Berhenti!" teriak Rexi sambil menangis keras.

Al perlahan melepaskan tautan nafsunya pada bibir Rexi.

"Lo udah tumbang. Tumbang sepuluh persen," kata Al penuh kemenangan.

"Ngapain lo ngelakuin hal gila ini sama gue, Al?! Gue enggak salah! Gue enggak ada salah sama lo!" teriak Rexi histeris.

"Kalau emang lo masih mau balas dendam sama gue! Jangan siksa gue kayak gini, Al! Bunuh aja gue sekalian! Cara lo terlalu najis! Terlalu kotor!" teriak Rexi.

Al tersenyum menyeringai, lalu kemudian dia mengusap bibirnya dengan tenang. Al juga mengusap bibir Rexi dengan begitu tenang.

Rexi memalingkan mukanya dan tak ingin menatap Al. Al begitu berengsek dan bahkan lebih menakutkan daripada iblis.

"Tuhan, gue benar-benar muak sama semua perlakuan Al sama gue ..." lirih Rexi di dalam hatinya.

"Akh!"

Rexi tiba-tiba memekik kesakitan karena Al yang tak ada angin dan tak ada hujan langsung mencengkeram pipinya dengan begitu kuat.

"Ingat kata-kata gue, Rex. Lo cuma milik gue, milik gue. Mine and just mine. Enggak ada yang bisa klaim lo selain gue, Sayang," kata Al.

Al perlahan melepaskan cengkeramannya pada pipi Rexi dan perlahan Rexi terduduk dengan begitu lemas di atas lantai sambil menangis karena merasa lelah.

Al tersenyum menyeringai, lalu kemudian berjalan pergi meninggalkan Rexi sendiri.

"Apa salah gue, sampai Tuhan kasih gue ujian sehebat ini?" tanya Rexi sambil terus menangis.

"God! Apa salah gue sampai harus kenal Al?! Sampai harus sayang sama dia?! Iblis berwajah malaikat!"

"..."

Rexi perlahan memasang kancing bajunya yang tadi terbuka karena sikap gila Al.

Rexi mengacak-acak rambutnya dengan begitu frustasi.

"Aaaaa! Gue benci hal ini! Gue benci sahabat! Gue benci keluarga!Teman! Al! Gue benci semuanya!"

"Hiks ..."

"Lo enggak guna buat hidup, Rexi! Lo mati aja! Lo cuma sampah aja!"

"Mama ... Al sialan! Sialan!"

Rexi perlahan berdiri sambil menghapus air matanya dengan begitu kasar.

"Lo itu kuat, Rex. Lo enggak lemah," katanya untuk memotivasi diri sambil sesegukan.

My BrotherWhere stories live. Discover now