[08] Swalayan dan Sepeda Lonceng

1.8K 134 2
                                    

BUDAYAKAN VOTEMENT YA

HAPPY READING

☁☁☁

Hari ini Lunaisa memilih untuk bolos sekolah. Ia ingin fokus membantu kesembuhan Lusi. Saat sakit, biasanya Lusi akan cepat sembuh setelah menyantap lava cake buatan Luna. Manis dari cokelat yang lumer di mulut serta butiran cinta dari ketulusan Luna membuat perasaan Lusi membaik dengan cepat. Ikatan antara ibu dan anak terlalu kuat melingkari keduanya.

Lunaisa mengayuh sepeda lonceng warna merah jambu dengan keranjang kecil di depannya. Berniat pergi menuju supermarket untuk membeli bahan-bahan kue. Sebelumnya gadis itu sudah mengirimkan pesan pada Joshua agar memberitahu gurunya bahwa hari ini ia absen. Joshua 'kan, jadi satu-satunya teman Luna di sekolah.

Sesampainya di supermarket, Luna memarkirkan sepedanya di parkiran khusus kendaraan itu. Dia berjalan memasuki area supermarket sambil menjinjing keranjang merah. Langsung saja Luna menuju lorong peralatan kue.

"W–woah!! Ini permen kesukaan aku!" pekik Luna. Tangannya begitu gesit memindahkan satu bungkus permen ke dalam keranjangnya. Hatinya seketika berbunga-bunga hanya karena mampu membeli permen. Ada senyuman lebar yang tercetak jelas pada bibirnya.

Beralih menuju lorong kue berada, Lunaisa kembali memasukkan barang yang ia butuhkan ke dalam keranjang. Tunggu! Tidak bisa seperti ini. Uangnya takut tidak cukup. Luna harus selektif.

"Terigu ...," gumam Luna. Bola matanya menelisik rak-rak swalayan hingga pada satu titik ia menemukan barang yang dicarinya. Luna menghampiri rak itu, berjinjit berusaha meraih tepung terigu di atas sana.

─ ༊₊˚•.﹆─

Belok kanan atau kiri, ya? Katanya kalau mau masuk surga harus memilih jalan kanan. Tapi Argantara tidak mau masuk neraka yang dikelilingi tumpukan buku dan berkeliaran guru-guru di dalamnya. Ia tidak suka terikat oleh peraturan ketat. Alhasil Arga memilih jalan kiri menuju surga kebebasan dan neraka kebohongan.

Argantara memarkirkan kuda besinya di lahan sebuah supermarket pinggir jalan. Lelaki itu melepas helm yang menutupi kepalanya, bercermin di kaca spion untuk mengecek apakah bandananya masih terpasang rapi? Dan tanpa sadar apa yang dilakukannya itu membuat kaum hawa di sekitar menahan jerit.

Kaki jenjang Arga membawa langkahnya memasuki supermarket. Lelaki itu meraih satu bungkus rokok dan sebotol minuman isotonik. Dia kembali berjalan untuk mencari cemilan teman nongkrongnya nanti.

Sayup-sayup telinga Arga mendengar sesuatu seperti ... bagaimana cara mendeskripsikannya, ya? Ah, intinya Arga tidak peduli. Lelaki itu melewati sebuah lorong namun sial matanya malah menangkap target di depan sana.

"Pucuk dicinta, ulam pun tiba," gumam Arga tersenyum miring. Ini saatnya mengerjai Lunaisa sampai habis-habisan.

Sementara Luna yang terus berusaha meraih tepung terigu dibuat tersentak saat sesuatu yang keras menabrak kepalanya dari arah belakang. Sebuah lengan kekar mendahului pergerakannya, meraih benda tujuan Luna lalu menyerahkannya begitu saja.

Eh, bego! Gue 'kan, mau ngerjain si haram. Kenapa malah ngebantu dia sih?! Mentang-mentang otak gue tumpul jadi gak sinkron deh akhirnya, batin Arga menggerutu. Lelaki itu mendengkus saat Luna memekik tajam.

My Bad Boy Arga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang