Extra - Cicero

767 158 35
                                    

Cicero


Kelahiran Daniel Gildard Cicero petang hari diiringi satuan dentang lonceng gereja. Hari itu nuansa tak biasa menumpahi langit yang melatarbelakangi keindahan menara-menara Ansburgh. Sorak-sorai meledak di kompleks gereja begitu pintu ruang persalinan didobrak buka oleh Kaisar Decimus III, mengangkat tinggi tubuh merah Cicero di kedua tangan bagai berlian paling berharga. Penduduk Dyre menyambut pangeran baru mereka yang lahir dari dua keluarga berkuasa di seantero Kekaisaran. Kabar dengan cepat menyebar bahwa pangeran satu ini bukan sembarangan pangeran. Pangeran ini akan menduduki takhta dan membebaskan Dyre dari segala petaka yang kelak menimpa.

Cicero tumbuh dihujani pelbagai hadiah dari sang Kaisar. Ia memperoleh kastil, tanah, dan gelar pertamanya di umur satu tahun. Lima perawat terbaik didatangkan dari Benua Tengah untuk melayani kebutuhannya dua puluh empat jam selama seminggu. Dan seiring Cicero tumbuh, penghuni kastil menyetujui bahwa Cicero memang bukan bocah biasa. Ia belajar berjalan lebih cepat dari anak sepantarannya, serta mulai berbicara dengan sang Kaisar dan Ratu di usia belia.

Menyadari kepintaran luar biasanya, Kaisar Decimus mengundang belasan ilmuwan paling terkemuka di dunia untuk mempersiapkannya sebagai penerus takhta Dyre—dan mulai dari sana, alih-alih berjalan maju, kehidupannya bagai detak jarum jam yang berlawanan arah. Mula-mula, gurunya tidak berharap banyak dari anak empat tahun sepertinya. Mereka memaklumi segala kesalahan yang diperbuatnya, setiap buku yang kesulitan ia baca, kalimat rumit yang tidak mampu ia tulis ataupun ucapkan.

Di sisi lain, Decimus mulai tidak sabaran. Begitu senja menyambut, ia akan menerobos masuk ke ruang belajar Cicero. Tatapan elangnya akan terpaku pada wajah merah Cicero yang nyaris menangis dan lelah karena kesulitan membaca buku sejarah di hadapannya. Deretan kata di hadapannya tidak terlihat masuk akal. Dahi Decimus akan merenggut kala bibir Cicero gemetar, tidak mampu melafalkan kalimat selanjutnya. Lalu, ia akan melayangkan tamparan ke pipi Cicero setiap kali Cicero meneteskan air mata.

"Aku susah payah mendatangkan kalian dari sepenjuru dunia dan ini hasil didikan kalian?" telunjuk Decimus menuduhnya, lebih menakutkan dari cerita hantu yang digaungkan perawatnya.

Cicero kecil mengerti. Ayahnya ingin membanggakan Cicero sebagaimana pria itu mengangkatnya pertama kali ketika ia baru saja lahir; sebuah keajaiban, sesuatu istimewa. Ia ingin menunjukkan kepada dunia betapa menakjubkan penerus Dyre selanjutnya. Guru-gurunya hanya mampu mendengungkan kesabaran, mengingatkan kepada Decimus, bahwa sekali lagi, Cicero baru berusia empat tahun. Sepak terjangnya masih panjang. Putra Anda jenius dan berbakat, Yang Mulia, Anda tidak perlu takut.

Bertahun-tahun selanjutnya membuktikan bahwa Cicero tidaklah jenius apalagi berbakat. Kemampuan berbicara dan membacanya seakan stagnan di usia empat tahun. Kaisar Decimus tidak pernah datang lagi ke kelasnya, memecat satu per satu gurunya, sementara yang tersisa mulai kehilangan kesabarannya terhadap Cicero. Ia akan berlari mencari ibunya, kedua tangan dan lututnya perih oleh luka cambukan gurunya. Namun, kasih sayang ibunya hanya sebatas sekilas lirikan serta kedikan bahu. Cicero menyadari betapa mudah kedua orangtuanya meninggalkan dirinya, mengetahui bahwa tidak ada harapan bagi masa depannya.

Valentina adalah putri Decimus dari selirnya, seorang wanita jelata berparas ayu, memiliki senyuman sehangat matahari, sangat dicintai oleh sang Kaisar sendiri. Valentina mewarisi senyum indah mendiang ibunya dan Cicero tak pernah berhenti terpukau. Bertanya-tanya, bagaimana setengah darah yang mengalir di pembuluh darah mereka adalah sama. Helaian rambut Cicero gelap seperti milik sang Ratu, di mana rambut pirang Valentina bersinar keemasan di bawah matahari. Manik Cicero sehitam obisidian, sementara Valentina memperoleh mata sewarna karamel ibunya. Cicero memiliki kesulitan membaca, sedangkan Valentina mampu mengingat dua puluh tiga bulir dekrit Kaisar Xerxes IV.

KANIAWhere stories live. Discover now