15 - Petra / Daria

867 169 32
                                    

15

Berapa kalipun Petra memandangi Lazarus Alexander Cavan Albatross, ia tidak pernah usai berpikir bagaimana, setelah kecamuk badai dan ledakan ombak dan segala yang tidak kuasa ia sebutkan, sebuah keajaiban menghadirkan diri ke dunianya. Tidak dapat dipungkiri, mengandung Cavan bukanlah pengalaman yang mudah. Cardinia hancur oleh serangan Waisenburg di mana Ayah menjadi salah satu korban; kabar itu datang bersamaan sepucuk surat dari Caiden dan gagang pedang yang Petra kenal baik. Aku yakin Ayah ingin kau memilikinya, kau, satu-satunya dari lima bersaudara yang menyandang nama Ayah, memiliki semangat serupa miliknya, tulis Caiden, gunakan pedang ini untuk melindungi semua yang kau cintai, Adikku, sebagaimana Ayah melindungi keluarga kita.

              Ia tidak lagi asing terhadap kelemahan, namun detik itu, nelangsa lebih besar dari yang kuasa ia tanggung, mendebukan pilar-pilar hatinya. Ayah merupakan panutan hidupnya, bagian signifikan dalam perjalanan Petra yang membentuk dirinya sekarang. Ayah adalah kata pertama yang keluar dari mulutnya. Ayah yang menuntunnya bagaimana berjalan, membaca, serta berbicara. Dan ketika Petra sudah cukup besar, Ayah tidak hanya mengajarinya cara berpedang dan berkuda, tetapi juga apa arti sebuah keluarga.

              Terlepas dari apa yang ibumu katakan, Petra, kata Ayah suatu kala memandangi keempat saudaranya bermain dari tepi halaman, aku tahu kau mengerti apa yang diperlukan untuk melindungi lingkaran kecil ini.

              Namun, ia bahkan tidak sempat kembali, terlebih lagi mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya. Kedua tangan yang dipercayai Ayah bahkan tidak kuasa melindunginya. Bagaimana, siang malam ia tidak pernah henti bertanya, ia mampu melindungi segala yang berarti apabila arti itu sendiri lenyap dari dunia? Ayah—yang selama ini mempersatukan dan menjadi fondasi dari keluarga mereka. Kehilangan Ayah tak ubahnya menerka jalan di kegelapan tanpa pelita. Dunia Petra untuk beberapa saat adalah awan mendung dan hujan.

              Sebagian besar hidupnya, Petra selalu berusaha untuk berdiri di atas kedua kakinya sendiri—baru kemudian detik itu ia menyadari, betapa menyandarkan punggungnya pada seseorang, membagi suka dan dukanya bersama seseorang, tidak menjadikannya sedikitpun lebih lemah. Jika bukan karena Rhys, Petra tidak yakin ia mampu bangkit dari keterpurukan. Pria itu memahami kehilangan dan lukanya sebagaimana pria itu telah kehilangan satu-satunya sosok ayah dalam hidupnya. Menempa bilah baru dari gagang pedang Ayah, menghadiahkannya kepada Petra sebagai hadiah serta doa. Mendampingi setiap langkah Petra mengantar harapan baru mereka ke dunia.

Lazarus Alexander Cavan, lahir kala hujan dahsyat di malam musim semi, di antara teriakan bidan serta penyembuh Kastil Waerlden. Antisipasi yang tidak hanya dirasakan Petra dan Rhys, tetapi juga segenap rakyat  Albatross. Kelahirannya disambut sorak-sorai penghuni kastil. Sang Pangeran Mahkota, diberkati para pendeta Dewa Perang, dianugerahi tubuh kuat dan paru-paru sehat, penerus takhta ayahnya.

Tangan kecil itu menggenggam telunjuknya dan, seketika, perasaan tanpa nama tiada lelah memenuhi relung dadanya. Petra merunduk dekat boks bayi, menggelitik pipi merah Cavan. Sebuah suara riang ketika Petra menemukan titik gelinya, manik keunguannya merupa sabit. Diterpa sinar mentari, rambut hitamnya beberapa tingkat lebih terang. Dan detik itu Petra memahami apa rasa menjadi kedua orangtuanya. Petra tidak kuasa meminta lebih, hanya kesehatan dan kebahagiaan anaknya.

"Ia tumbuh pesat," ujar Olivia, penyembuh terbaik Albatross sekaligus temannya, sembari menyusui bayinya yang baru saja lahir bulan lalu. Pada akhirnya setelah beberapa bulan hubungan malu-malu, temannya itu menikahi Cedric, panglima perang Albatross. Liam, anak Olivia dari pernikahan sebelumnya, menyambut baik ayah barunya itu.

Petra mengecup dahi Cavan. "Begitukah?" Petra tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya pada halaman depan Kastil Waerlden.

Mengingat halaman kastilnya di Reibeart, Kastil Waerlden jelas kalah dalam hal ukuran. Kastil Waerlden, bagaimanapun, pada hakikatnya adalah kastil untuk liburan keluarga kerajaan di daerah yang dahulunya pinggiran ibukota Albatross. Rhys memutuskan memindahkan perkemahan di Waerlden bukan semata-mata menunggu pemulihan kastil utama, melainkan karena Waerlden merupakan sumber logam langka yang menjadi komoditi utama Albatross di masa lampau. Dengan berbekal niat baik membantu pembangunan kembali Albatross, Kekaisaran Dyre membeli seluruh logam langka tersebut. Perputaran ekonomi tersebut, setidaknya, menghidupkan atmosfir penduduk Albatross dalam cara yang sama sekali berbeda.

KANIAWhere stories live. Discover now