𝟏𝟖 ; 𝖙𝖆𝖐𝖊 𝖈𝖆𝖗𝖊

922 307 70
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jay menatap teduh tubuh saudaranya yang terbaring tanpa nyawa dan kapasitas nafasnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jay menatap teduh tubuh saudaranya yang terbaring tanpa nyawa dan kapasitas nafasnya lagi. Tersisa dua jam untuk akhirnya Jake akan dikremasi. Banyak polisi berlalu lalang di sana. Untuk mengawasi Jay dan berduka karena mereka tidak bisa bertindak cepat atas kasus study death.

Ini korban ke lima. Seorang pedagang tteokbokki menemukan mayat Jake tergantung di pohon tadi pagi. Ia masih bergerak, lantas sang pedagang segera menelepon polisi.

Menurut hasil autopsi, Jake bertahan hidup dengan kail ikan yang menggorok lehernya. Ia lelaki yang kuat, tak bisa berkata karena pita suaranya sudah terkoyak bersama saluran nafasnya yang perlahan ikut rusak. Karena leher Jake menahan kail ikan super besar itu ditambah dengan tarikan gravitasi yang membuat semuanya saling berkerja sesuai hukum alam.

Tangis Jay pecah ketika tahu jika Jake berusaha hidup dengan siksaan yang luar biasa hebatnya itu selama hampir tujuh jam.

Tujuh jam. Waktu yang tak cukup untuk tidur. Tapi, hanya segelintir orang yang sadar jika tujuh jam adalah waktu yang sangat lama bagi orang di keadaan seperti Jake.

Jay tercekat. Melihat sebuah goresan tak biasa berada di bawah leher Jake. Ia menyibak kain putih yang menutupi mayat saudaranya itu.

Jay? Ini gue 138108.

Angka yang mematikan. Tubuh Jay ambruk. Berlutut di bawah ranjang milik Jake. Ia kembali menangis. Meneriaki takdir yang begitu buruk baginya.

Kala dulu, ibunya.

Sekarang? Saudaranya?

Hidup macam apa ini?

Tangisnya pecah sambil menggenggam tangan Jake yang dengan kebetulan terulur pada Jay —begitu saja. Memberitahu pada saudaranya itu untuk tetap tegar.

♡̷୨୧

Wajah Jay terlihat lembab saat dirinya melihat pantulanya sendiri di cermin wastafel. Masih bertanya-tanya kenapa Niki bisa lolos dari semuanya. Bukan hanya Niki, tapi ayah pria itu juga. Selalu saja ada alibi yang begitu kuat untuk melepaskan mereka dari lingkaran tersangka. Atau bahkan mereka tak pernah menginjak circle tersebut.

Seorang polisi memasuki kamar mandi dimana Jay berada. Lelaki yang masih sibuk dengan membasuh wajahnya itu melirik sebuah pistol berada di saku polisi. Secara bersamaan ia menyadari ada fentilasi cukup besar di pojok ruangan. Cahaya matahari bersinar lewat sana. Menembus kaca berembun ukuran 1m x 500cm.

Perlahan Jay mundur. Meraih pistol polisi yang sedang buang air kecil di bilik. Jay berhasil mengambilnya, lalu berpura-pura ikut membuang air di bilik sebelah. Sang polisi sempat melirik Jay, tapi ia hanya merasakan keanehan tidak dengan kesadarannya.

Lantas, usai polisi itu meninggalkan kamar mandi. Jay mengunci pintu. Setidaknya ia harus pergi untuk membalaskan dendam. Karena tak ada waktu lagi untuk bersantai-santai. Jay akan dikembalikan ke penjara nanti malam.

Pria itu memanjat wc duduk. Meraih fentilasi berbahan kaca itu dengan susah payah. Membuka selebar-lebarnya.

"Maaf Jake, kayaknya gue harus jadi pelaku juga."

♡̷୨୧

Jay mengikuti mobil milik ayah Niki yang baru keluar dari pelantaran tempat kremasi. Lelaki berkepala dua itu menghadiri pemakaman Jake tanpa sebesit rasa penyesalan. Apakah jiwa manusiawinya sudah lenyap tertiup angin?

Setiap kali Jay melihat wajah Niki. Ia selalu ingin menamparnya, dilihat bagaimana ia masih hidup dengan normal. Padahal waktu itu Niki juga berada di tempat kejadian. Menyaksikan ayahnya sendiri mencekik leher ibu Jay. Namun, saat berada di persidangan seolah-olah mengalami lupa ingatan. Pria itu memberitahukan kebohongan.

"Ayah bersamaku seharian penuh. Pergi berwisata ke pulau Jeju," sosok Niki yang orang anggap sebagai bocah polos dengan baby face itu berkata tanpa hambatan.

Semua berkas penyeberangan antar pulau sudah hangus terbakar. Karena beberapa jam usai ibu Jay kehilangan nyawa. Pelabuhan yang menjadi penguat barang bukti mengalami kebakaran hebat.

Alhasil, mereka hanya mengumpulkan catatan wisata di pulau Jeju dan beberapa CCTV yang tentunya sudah dimanipulasi. Jay yakin seyakin-yakinnya jika Ayah Niki merencanakan pembunuhan itu secara matang-matang.

Ibu Jay adalah orang yang paling berpengaruh dalam perkembangan industri ayahnya. Tak ada alasan lain selain itu yang mampu membuat ayah Niki berbuat nekat.

Alis ayah Niki terangkat. Melihat sosok Jay berada di depan pintu rumahnya. "Masuk dulu, Niki lagi ada les."

Jay menginjakan kakinya pada lantai dingin kediaman keluarga jahanam. "Aku bertanya-tanya kenapa Niki tidak menghadiri pemakaman?"

Ayah Niki yang saat itu sedang melepaskan dasinya termenung selama dua detik. Ia melirik Jay dari pantulan cermin yang sedang ia gunakan.

"Udah aku bilang, Niki sedang les, kau bisa kembali lagi nanti. Kalau tidak mau menunggu."

"Aku tidak minat bertemu Niki sekarang. Tapi kalau nanti, lihat saja."

"Lalu?" Sang tua melepaskan jam tangannya. Ia duduk di sofa dengan kaki yang ia luruskan ke meja. "Ada urusan dengan saya? Tuan park?"

Jay menyodorkan pistol yang ia bawa.

— 𝘁 ㅤ𝗯ㅤ 𝗰 —

— 𝘁 ㅤ𝗯ㅤ 𝗰 —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝓝. finally, apakah jay jd psychopath juga?

much love sun

Stud(y)eath ★ Enhypen [ END✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang