Sebuah Kebenaran Siapa Ibu Rexi

Start from the beginning
                                    

"Cium! Cium! Cium!"

Suara para murid-murid menggema pada telinga Rexi. Dengan amat sangat terpaksa, Rexi menuruti perintah Renata.

"STOP!" teriak seseorang dengan begitu keras sambil menarik Rexi dengan kasar sebelum wanita itu mencium kaki Renata.

Aksa si pelaku menatap Rexi dengan begitu tajamnya.

"Kenapa lo berniat mau cium kaki dia, Rex?! Ha?!" tanya Aksa dengan nada suara meningginya.

"Dia bukan tuhan yang harus lo sembah, Rex!" bentak Aksa lagi.

Rexi terdiam mendengarkan penuturan dari Aksa.

"Ck! Bahkan selingkuhannya datang menolong. Benar-benar murahan, bukan?" sinis Al.

"Ouh damn! Pelacurnya tersembunyi di balik wajah manisnya, yah? Wajah manisnya yang pernah makan gue," kata Al lagi.

"Lo enggak ada gunanya, Rex. Lo cuma jadi sampah doang di bumi ini, Rex," kata Al lagi.

Degh!

Jantung Rexi seakan mencelos seketika saat mendengarkan penuturan dari Al. Dia tak menyangka kalau Al benar-benar akan seburuk ini.

Rexi menatap Al dengan tajam, sedangkan Al membalas tatapannya dengan begitu santai.

"Mau niat mati?" tanya Al tenang.

Rexi tersenyum menyeringai, lalu berjalan secara perlahan untuk mendekati Al.

Rexi menatap Al dengan tatapan menantangnya.

"Nyampah di bumi? Hum? Lo beneran bilang kayak gitu sama gue?" tanya Rexi tenang.

"..."

Al terdiam saat melihat Rexi tepat di hadapannya. Wajah Rexi lembab karena air mata. Rambut panjangnya yang berwarna blonde itu terlihat acak-acakan. Benar-benar kacau.

"Hum ... Jangan diam, Al! BILANG!" bentak Rexi sambil mendorong bahu Al dengan kasar.

Plak!

Tamparan dari Al berhasil melayang pada pipi mulus Rexi. Sudah berapa kali pria itu menampar wajah mulus si cantik Rexi?

"Berani lo bentak gue?!" tanya Al emosi.

Al mendorong tubuh Rexi dengan begitu kasar. Karena dorongan Al yang begitu kuat, Rexi terjatuh dengan cepat di atas tembok lapangan itu.

"Cih! Lemah!" sinis Renata.

"Al! Sadar, Al! Dia adik lo!" teriak Aksa emosi.

"Jangan ikut campur lo pembantu sekolah!" bentak Al sambil menunjuk Aksa si ketua OSIS.

"Bahkan, gue enggak ada niat sedikitpun untuk jadi Abang dia! Gue enggak ada niat sedikitpun untuk jadiin dia sebagai adik gue!" kata Al lagi dengan emosi sambil menunjuk Rexi.

"Dia pelacur! Bitch! Anak haram!" teriak Al.

Degh!

Jantung Rexi seakan dihantam bebatuan besar saat mendengarkan penuturan dari Al. Dia menatap Al dengan tatapannya yang begitu kecewa dan terpukul. Al kali ini sudah sangat keterlaluan.

Rexi berdiri dari posisinya sambil menatap Al dengan tatapan kecewanya pastinya.

"Anak haram?" ulang Rexi.

"Ya. Lo anak haram," jawab Al santai.

"Asal lo tahu, sebelum Mama lo nikah sama papa lo, mama lo bekerja sebagai wanita penghibur di bar papa lo. Dan Mama lo goda ayah lo sampai mereka having sex. Dan parahnya, saat itu papa lo dan mama gue lagi pacaran. Dan naasnya, satu hari sebelum papa lo sama mama gue nikah, mama lo datang sambil menangis meraung-raung dan bilang kalau dia hamil. Akhirnya apa? Pernikahan mama gue dan papa lo batal!" jelas Al.

"Ice itu emang kakak lo juga. Tapi, dia itu diadopsi saat lo masih berumur 2 bulan," jelas Al lagi.

"Tapi, Tuhan itu memang maha adil. Mama lo mati bunuh diri, berakhir papa lo yang nikah sama mama gue. And see, gue bahagia karena Mama lo yang menyandang status Pelakor itu akhirnya mati juga!!" kata Al sinis.

Rexi menatap Al penuh amarah. Dia punya prinsip, 'Hina saja dirinya, asalkan jangan membawa mamanya.'

"PUAS, AL?! ANAK PELAKOR! BITCH! ANAK HARAM! PELACUR! APALAGI YANG BELUM KELUAR, AL?! HA?! APALAGI YANG BELUM KELUAR DARI HATI BUSUK LO ITU?! HA?!" teriak Rexi emosi. Mungkin, itu adalah volume suaranya yang paling tinggi.

"..."

Al bergeming. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Rexi semarah itu.

"Gue udah capek, Al. Ambil aja semua yang lo mau, Al. Gue udah capek! Udah muak!" kata Rexi sinis.

"Ah ... Gue akan buktiin semuanya sama lo, Al. Anak haram yang jadi sampah bumi ini bakalan hilang di dalam kehidupan lo. Terima kasih," kata Rexi.

Rexi mendekati Al perlahan.

"Thank you so much anak suci yang selalu benar. Thank you so much karena udah buat anak haram ini malu di depan semua orang ..." bisik Rexi dengan sinis pada daun telinga kanan Al.

My BrotherWhere stories live. Discover now