(35)

566 73 27
                                    

Kali ini, Sean mencoba menyelesaikannya dengan cara yang berbeda, Sean memikirkan untuk tidak menggunakan kekerasan. Kalau keadaan masih tidak memungkinkan, barulah Sean akan bermain tangan. Cara yang Sean pikirkan saat ini agak unik, jantungnya akan dipermainkan di sini. Sean juga sudah meyakinkan Sky kalau caranya akan berhasil dan Sean meminta Sky untuk diam di kelas saja kalau bukan dia yang membawanya ke luar.

Timing yang tepat Sean dapatkan saat langkahnya menuju kelas sebelas IPA-1. Zafran saat itu sedang membereskan bukunya untuk segera ke luar kelas. Saat matanya menatap ke pintu kelas, sosok Sean jelas berdiri di sana yang membuatnya memalingkan wajah segera. Mungkin, dia berpikir Sean belum melihatnya dan semoga tidak menghampirinya. Gadis yang duduk di bangku depan, juga tampak memalingkan wajahnya, dia masih merasa malu dengan kejadian kemaren.

Sean akan melancarkan aksinya sekarang dengan mendekat ke arah Kuntum. "Kuntum!" sapa Sean dan Sean yakin Zafran penasaran dengan apa tujuan Sean ke sana. Terlihat jelas dengan gelagatnya yang hendak ke luar kelas diam-diam itu harus terhenti karena Sean yang mendekati Kuntum. Zafran memang tidak terlihat ketakutan, dia justru lebih terlihat sengaja ingin menghindar.

"Ada ... apa, Kak?" tanya Kuntum sedikit panikan.

"Lo kemaren ngajak gue balikan 'kan? Mm ... gini, lo sekarang ini terlihat jelek di mata gue. Katanya lo dekat sama seserang ya? Kejar dia, jangan ngejar gue lagi, Kuntum Bunga Melati di hati gue tuh, udah layuh! Palingan yang tinggal tangkainya doang, tangkainya buat apaan? Enggak bakal tumbuh kuntum yang baru 'kan?" tutur Sean dengan jiwa angkuhnya, "Lo tau artinya apa? Lo itu udah gue buang dan jangan ngejar gue lagi!" imbuh Sean dan pergi begitu saja.

Sean tahu kata-kata itu pasti sangat menyakitkan bagi Kuntum kalau benar Kuntum belum bisa melupakannya. Jantung Sean rasanya mau melompat saja karena yang dia ajak bicara adalah mantan kekasihnya. Jangan salah, Sean itu dulunya budak cinta dan sekarang dia mengasarinya. Oh, ayolah! Melodi jantungnya bergetar bukan main. Kemaren bicara baik-baik saja dia sudah was-was dan sekarang malah berbicara sedikit kasar. Tetapi, tidak apa-apa, ini demi kebaikan Sky dan semoga Zafran sadar kalau Sean tidak ada hubungannya lagi dengan Kuntum.

Terdengar gila memang, tapi apa ada cara lain agar Zafran bisa memaafkan hadirnya Sean sebagai alasan Kuntum tidak bisa menerimanya? Sepertinya tidak ada, kalaupun diajak berbicara baik-baik, Sean tidak yakin tangannya bisa diam di sisi tubuhnya begitu saja. Melihat wajahnya saja, Sean hampir marah apalagi kalau mengajaknya berbicara dan itu tentang perempuan pula.

Sebelum benar-benar ke luar, Sean melirik sebentar ke arah Zafran dan Sean bisa menemukan wajah amarah Zafran pasangkan, juga dengan tangan yang mengepal. Apa itu artinya rencana Sean berhasil? Atau malah sebaliknya? Dilihat dari mana pun juga, tidak ada sisi lega dan gembira Zafran mendengarnya. Apa sekarang dia lebih marah karena Sean menyakiti Kuntum? Ayolah, jangan diperpanjang lagi.

Sudahlah, Sean pikir semuanya akan baik-baik saja setelah ini. Temui Sky sekarang juga dan katakan kalau keadaan kedepannya akan baik-baik saja. Tetapi, kalau Zafran dan teman-temannya bertindak lagi, Sean tidak akan segan-segan memberi mereka pelajaran. Lihat saja, Sean itu adalah ancaman bagi mereka yang berani menyakiti Sky sekali lagi. Setelah melukai Sky, pastikan kalau kalian tidak sendirian karena Sean mungkin akan melakukan hal mengerikan.

"Sky, lo aman sekarang! Gue pastiin Zafran enggak bakal dekatin lo lagi!" senang Sean saat dia baru saja tiba di depan kelas Sky.

"Berhasil?" tanya Sky sedikit tenang karena kedepannya, dia mungkin tidak akan lagi mendapatkan kekerasan yang terlalu berlebihan.

"Iyalah, itu doang mah, cemen. Ngelunakin batu aja gue bisa!" bangga Sean mengada-ngada.

Sky tersenyum senang. "Syukurlah!"

Sea (n) Sky [End✅]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें