(10)

781 96 20
                                    

Tidak seperti biasanya saat dulu tinggal di rumah lamanya, di mana Sean sangat jarang menemui Atika ada di rumah. Namun, sekarang Atika ada di rumah begitu juga dengan Arsen yang menemaninya. Padahal biasanya Atika akan tetap datang ke kantornya dan bahkan sampai tak pulang ke rumah. Tidak peduli dengan Sean sedang sakit pun dia akan tetap memprioritaskan pekerjaannya. Tentu juga ada alasan dibalik itu semua, alasan kenapa Atika memprioritaskan pekerjaannya  daripada Sean yang jelas-jelas adalah anaknya.

Sean saat ini baru pulang dari bermainnya bersama teman-temannya yang hanya menyukai uangnya itu. Di ruangan keluarga sana, Sean sedikit tertarik dengan obrolan dua pasang suami istri yang baru menikah beberapa hari lalu. Bukan karena dia tidak sopan menguping pembicaraan orang tua, tapi karena namanya terselip di antara percakapan mereka yang Sean tidak tahu mulai dari mana.

"Aku tuh, kecewa sama Sean. Bolos sekolah, berantem, keluyuran, dan bisanya cuma ngabisin duit aja. Enggak sama kayak Sky yang penurut, bisa diandalin, di rumah pun dia enggak banyak tingkah." ujar Atika yang hanya menambah kekesalan di hati Sean saja.

Sean mengepalkan tangannya kuat dan merapatkan giginya menahan amarah. Tentunya dia tidak terima dengan Atika yang membanding-bandingkan dirinya dengan anak orang lain yang jelas tidak ada sangkutan darah dengannya. Sean memang tidak terima dengan ucapan Atika, tapi sejatinya Sean tidak ingin membencinya. Melainkan Sean menjadi semakin benci dengan hadirnya Sky dalam hidupnya. Baru saja tadi di sekolah Sky membuat hubungannya dengan Kuntum bermasalah. Lalu, sekarang Sky sudah membuat Atika membanding-bandingkannya dengan Sean pula. Dengan kesal, Sean melangkah meninggalkan tempat di mana dia berdiri dan hendak menuju kamarnya segera. Tanpa ada niatan untuk mendengar lanjutan dari obrolan dua orang dewasa di sana.

"Tapi, maaf! Sepertinya aku enggak bisa menyayangi Sky seperti apa aku menyayangi Sean. Bagaimanapun juga Sean adalah anak kandung aku, meski dia buruk perilakunya, tapi tidak sedikit pun ada rasa untuk membencinya. Selama ini aku udah jadi ibu yang enggak pantas buat Sean. Sean begitu pasti gara-gara aku yang gagal mendidiknya." sambung Atika dengan menghapus kasar air matanya.

Tanpa Sean sadari, ternyata dia sudah melewatkan obrolan yang sayang untuk dilewatkan. Obrolan yang mungkin akan membantah pemikiran Sean tentang bencinya dia terhadap Sky. Pemikiran untuk terus menolak bahwa Sky adalah saudaranya. Mungkin saja apabila Sean sedikit lebih lama di sana, dia bisa mencerna perkataan Atika. Berupa perlakuan yang Atika lakukan selama ini bukan karena dia sengaja mengabaikan Sean, tapi mungkin karena dia terpaksa.

"Tidak apa! Begini saja sudah cukup buat Sky, aku pastinya juga akan begitu, akan lebih menyayangi Sky daripada Sean. Ini adalah ujian buat kita, menyayangi anak orang lain yang bukan darah daging kita itu susah, jadi kita harus bisa untuk tidak membedakan mereka berdua. Aku akan berusaha agar aku bisa nerima Sean seperti Sky dan kamu juga harus begitu. Terima Sky seperti apa kamu menyayangi Sean!" sahut Arsen dengan meyakinkan Atika kalau mereka bisa adil untuk kedepannya.

Sementara itu, Sean sudah sampai di kamarnya dan malah disambut pula dengan kehadiran tidak diinginkannya. Di sana Sky duduk di atas ranjang Sean dengan white cane miliknya tersandar di sebelahnya. Orang yang telah mengambil bahagianya itu justru memutar kepala menyadari hadirnya Sean di sana. Bahagia yang tidak seberapa itu kini diambil semua oleh Sky hanya dengan hadir di antara kepingan puzzle kehidupannya.

"Udah pulang?" tanya Sky basa-basi.

"Ke luar dari kamar gue!" usir Sean dengan berteriak meluapkan amarah.

Sky merabah tongkatnya dan berdiri dari duduknya. "Gue ke sini cuma mau minta maaf soal tadi!" jawab Sky dengan berjalan ke arah suara Sean berada.

"Enggak usah sok minta maaf. Emangnya dengan lo minta maaf, Kuntum bisa balikan lagi ke gue?" ketus Sean dan melempar tasnya ke atas ranjang.

"Ya, gue enggak tau bakal jadi gini. Gue---"

"Diam enggak lo?!" ancam Sean, dengan tanpa perasaan Sean mendorong Sky keluar dari kamarnya dan membanting pintu dengan kasar.

Sky sampai terlonjak, mendengar dentuman pintu yang terlalu dekat dengan telinganya. Sky tahu dia bersalah, tapi Sky bahkan tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Sky tahu Kuntum pastinya berperan penting dalam bahagianya seorang Sean. Namun, sebegitu marahnyakah Sean hanya dengan itu? Entah di sini Sky yang tidak terlalu peka dengan apa yang Sean rasa, atau entah memang Sean yang terlalu berlebihan dalam menanggapi semua.

Tidak mau menyerah sampai di situ saja, Sky kembali membuka pintu yang jelas tidak dikunci itu. "Gue minta maaf secara baik-baik ya! Dengan gue minta maaf, gue emang enggak bisa buat lo sama Kuntum baikan lagi, tapi gue cuma mau lurusin hubungan kita yang enggak seharusnya begini sebagai saudara!" teriak Sky termakan amarah.

Berbeda dengan Sean, Sky ingin memperbaiki hubungan buruknya dengan Sean. Karena dia berpikir dia sudah dewasa dan tidak seharusnya berantem seperti anak kecil hanya karena masalah biasa. Sky itu lebih tua setahun dari Sean, jadi dia berpikir sebagai seorang kakak bagi Sean. Sky memang tidak pernah mengenal apa itu pacaran, bukan hanya karena dia yang disabilitas, tapi juga karena baginya rasa sayang itu tidak apa jika tidak ada antara laki-laki dan perempuan. Tetapi, kasih antar kakak dan adik itu bagi Sky lebih dari segalanya. Karena dia pernah kehilangan dan terpisah dari seseorang yang seharusnya menjadi adiknya.

Tanpa Sky ketahui, Sean marah kepadanya bukan sekedar hanya karena Kuntum seorang saja, tapi juga karena ucapan Atika yang membandingkan mereka. "Lo enggak ngerti apa-apa, jadi enggak usah sok bijak dalam bicara. Lo ngomong gitu karena lo punya orang yang sayang sama lo, tapi gue? Gue cuma punya Kuntum dan itu udah hilang. Sekarang lo juga udah dapat kasih sayang dari mama gue 'kan? Makanya lo pikir gue berlebihan, gue jelasin juga lo enggak bakal paham. Jadi, cukup lo diam dan jangan ganggu gue!" tutur Sean sedikit bernada rendah.

Sky butuh berpikir untuk menafsirkan semua kata-kata Sean barusan. Apa maksudnya dengan Sean yang hanya punya Kuntum saja? Bukannya dia punya teman yang bisa diajaknya untuk berbahagia? Ditambah lagi dengan ucapannya mengenai Atika yang jelas kalau ucapan itu mengartikan bahwa Atika tidak menyayangi Sean dan malah menyayangi Sky. Sky terlalu buntu untuk mempercayai kalau Atika lebih menyanyanginya daripada Sean. Karena yang Sky peroleh selama ini hanya bahagianya Atika ketika obrolan mereka membahas tentang Sean.

"Pergi!" usir Sean sekali lagi.

Sky tahu apa yang sedang Sean lakukan hanya dengan mendengarnya saja. Sky tahu Sean sedang mengistirahatkan dirinya dan Sky juga tidak bodoh untuk mengenali suara Sean yang terdengar lelah. Sepertinya sekarang ini masih belum waktunya untuk membahas masalah mereka. Jadinya Sky mengikuti kata Sean yang memintanya pergi.

"Kalau lo butuh teman, gue ada! Panggil kalau lo butuh." Pintu kamar Sean kembali Sky tutup dan membiarkan Sean beristirahat.

Sean yang sempat menutup matanya pun membuka kembali matanya perlahan. Masih mampu ia tangkap bagaimana pintu menutup dengan bayangan Sky perlahan menghilang. Teman? Apa Sean masih butuh teman tambahan? Sepertinya dua orang yang dia miliki sekarang sudah cukup untuknya. Sean memang membutuhkan teman, tapi tidak seperti yang dia miliki saat ini, seharusnya Sean menyadari itu. Teman bukan orang yang akan tertawa saat luka menimpanya, tapi teman adalah dia yang mengerti pula akan luka yang Sean rasa.

Sean akhirnya kembali menutup kelopak matanya untuk mengistirahatkan diri dari dunianya yang penuh drama. Entah bagaimana hari ke depannya karena bahagianya sudah tiada dan digantikan pula dengan rasa sakit akan kata-kata Atika yang membuatnya semakin terpuruk saja. Sean memang kasar perbuatan dan ucapannya, tapi hatinya berlaku sebaliknya. Karena dia juga manusia biasa yang terbiasa dengan sakit hati dan membuatnya lemah akan perasaan.

Sementara Sky, dia sedikit lebih mengerti tentang Sean yang selalu berlebihan dalam marah. Sky akhirnya bisa memahami kalau Sean tidak hanya marah karena Kuntum, tapi juga karena Atika. Untuk ke depannya Sky tidak akan lagi melakukan hal yang sama, dia ingin memperbaiki semuanya. Mungkin dengan membujuk Kuntum dan juga menghindari Atika untuk membiarkannya lebih dekat dengan Sean.

Bersambung...

Sea (n) Sky [End✅]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora