(22)

628 81 15
                                    

Ini hari ketiga Sky berada di rumah Mira mamanya. Sky bahkan sempat lupa dengan sekolahnya karena dia merasa bahagia bersama Izani di sini. Sky juga tidak pernah pulang ke rumah, di sini pakaian ganti dan keperluannya semua Izani yang menyiapkan untuknya. Siapa yang tidak akan betah tinggal di sana kalau mendapat pelayanan khusus dari adiknya? Begitulah bahagianya Sky dengan kembalinya hadir Izani yang sempat Sky lupa akan suaranya.

"Kak, laper enggak?" tanya Izani saat hening sedikit mengudara di suasana senja yang mulai memerah.

"Enggak juga sih, kamu laper?" tanya balik Sky.

"Iya, aku mau buat mie instan dulu, ah! Kakak tunggu sini ya, aku buatin satu!" perintah Izani dan bergegas ke dapur mencari mie instan yang dibutuhkannya.

Sky sebetulnya ingin menolak karena dia tidak lapar, tapi Sky tidak bisa mengucapkannya karena gadis itu terlalu bersemangat untuk melakukannya. Sky tentu tidak ingin mengganggu bahagia adiknya itu, untuk sekarang ini Sky ingin memanjakannya karena sudah terpisah cukup lama. Tetapi, di sini malah Sky yang mendapat pelayanan istimewa dari adiknya itu.

Baru saja Sky hendak mengikuti Izani ke dapur, suara bel membuatnya mengubah jalur. Sky perlahan-lahan menuju pintu, bukan karena dia belum hapal lokasi rumahnya, tapi karena ada tangga yang mengharuskannya berhati-hati menuju ke sana. Suara bel itu semakin banyak saat Sky masih belum sampai di pintu, akhirnya Sky mempercepat sedikit langkahnya. Takutnya ada hal penting yang mungkin tamu itu bawakan.

"Siapa?" tanya Sky membuka pintu dan menelengkan kepalanya agar suara yang nanti menjawab bisa dia tebak pemiliknya kalau-kalau Sky mengenalnya.

"Pulang!" Satu kata yang tertangkap oleh indera pendengarannya cukup membuat Sky kebingungan.

"Sean? Kenapa lo bisa sampai ke sini?" tanya Sky saat mengenali betul siapa pemilik suara itu.

"Pulang!" Sean memungut ujung tongkat Sky dan mencoba menariknya agar keluar dari pintu.

Sky langsung menahan tongkatnya yang membuat Sean berbalik dengan kerut di dahinya. "Gue masih mau di sini!" jawab Sky tidak seperti apa yang Sean harapkan.

Sean terdengar tertawa sumbang. "Mau sampai kapan lo di sini? Di sini pasti lo merasa jadi orang asing 'kan? Mereka pasti enggak memperlakukan lo dengan baik 'kan?" tebak Sean.

"Enggak, gue malah mendapat perlakuan baik di sini. Gue suka tinggal di sini, gue bisa ngajak adik gue bicara dan saling bagi-bagi cerita. Enggak seperti di rumah kita, gue bahkan merasa asing dengan orang yang gue panggil saudara." ujar Sky seakan dia menyindir Sean dalam ucapannya.

"Lo dapat perlakuan baik di sini? Kalau pun enggak diasingkan oleh mereka, palingan juga lo dicuekin 'kan sama nyokap lo itu?!" tuding Sean lagi.

Sky sempat terdiam untuk sesaat sebelum benar-benar menjawab tudingan Sean. Sky pikir apa yang Sean katakan ada benarnya karena memang itu yang dia dapatkan. Sky memang mendapatkan perlakuan istimewa dari Izani, tapi sebaliknya Sky harus mendapat pengabaian dari Mira yang selalu Sky rindu akan sosoknya. Memang benar apa kata Sean kalau Mira memandang Sky tidak suka dan Sky bisa merasakannya tiga hari ini.

"Seenggaknya gue enggak diabaiin sama adik gue sendiri!" Lagi-lagi ucapannya itu seperti sindiran yang ingin menyadarkan Sean akan kesalahannya.

"Terserah lo mau ngomong apa, pokoknya lo harus pulang sekarang juga!" desak Sean kembali menarik tongkat Sky dan berbalik kembali.

Lagi-lagi tongkat itu tertahan, tapi kali ini terasa lebih berat dari sebelumnya yang membuat Sean ingin berteriak. Saat dia kembali menoleh ke belakang, dia yang Sky sebut sebagai adiknya ikut menahan tongkat Sky dengan kedua tangannya. Tentu saja dia tidak ingin membiarkan Sean membawa kakaknya pergi begitu saja.

Sea (n) Sky [End✅]Место, где живут истории. Откройте их для себя