"Waw." Yutaek mendecak kagum, menatap Jungwon dari atas sampai bawah. "Kapan ini terjadi? Apakah ada efek samping?"

"Tadi siang," jawab Seokjin. Genggaman tangannya pada Jungwon tidak copot, melainkan sekarang hanya sebagai bentuk kekuatan untuk sang omega, berharap Jungwon akan baik-baik saja.

"Total, butuh tiga tahun," lanjut Seokjin. "Untuk efek samping, selama 5-6 jam terakhir, dia tidak menunjukkan apapun. Hanya saja, kakinya terluka pada saat ia masih menjadi..."

Seokjin tidak melanjutkan. Ia melirik Jungwon sekali lagi dan omega itu masih menatapnya tanpa jeda. Wajahnya yang tanpa ekspresi tersebut sulit dibaca.

"Ya. Itu." Seokjin berdeham. Tatapannya lari dari Jungwon. Satu-satunya hal yang bisa ia rasakan sekarang adalah eratnya genggaman tangan Jungwon. Memang, cepat atau lambat, Jungwon harus tahu realitanya.

"Tapi memang sejauh ini belum ada masalah. Ia masih dalam tahap pemulihan dan pemeriksaan lebih lanjut." Seokjin menutup laporannya.

Yutaek di hadapannya mengangguk-angguk. Seokjin akui, berada dalam bangunan itu ia merasa tercekam. Bawahan-bawahan Yutaek, termasuk Namjoon, berdiri mengelilingi mereka, seolah hendak menyergap jika Seokjin melakukan satu kesalahan pun.

"Menarik." Yutaek berkata sungguh-sungguh. "Keren. Impresif. Tanpa efek samping, itu impresif."

Seokjin tentu tahu yang dimaksud dengan efek samping. Tampaknya, sang ayah pun masih mencoba untuk mencari obat yang tepat setelah gagal dengan vaksin yang ia tanamkan ke tubuh anak-anak desa.

"Namjoon sudah menceritakan semuanya. Tentang kedatanganmu ke sini dua minggu yang lalu dan tentang kepergianmu untuk melanjutkan penelitian. Dengan sengaja aku memajukan rencana kami satu minggu lebih awal. Sebetulnya, ingin menggertakmu supaya cepat. Aku sudah punya firasat kau akan datang dan berhasil. Dan nyatanya, di sinilah kamu bersama zombi omega ini dalam keadaan sehat wal afiat."

Seokjin berkedip. Ternyata ini semua adalah rencana ayahnya. Entah berapa banyak lagi rahasia yang ayahnya simpan.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Bom lagi? Apakah kau sadar bahwa kebakaran besar dapat menyebabkan polusi udara yang besar? Efeknya bisa mendunia," tutur Seokjin prihatin. Ia benar-benar khawatir sekarang setelah tahu bahwa yang dilakukan ayahnya tidak sepenuhnya membantu umat manusia.

Yutaek tersenyum melihat reaksi puteranya. Seokjin memang seorang ilmuwan yang bertata krama. Ia akan lakukan apapun supaya penelitiannya tidak membahayakan makhluk lain, termasuk alam.

"Tentu saja, tidak. Emisi yang dikeluarkan terlalu berbahaya." Yutaek meyakinkan. "Namun, bom itu memang sudah kuracik untuk mematikan zombi secara airborne. Seharusnya tidak akan jadi masalah."

Seokjin tidak menanggapi apapun lagi. Masih banyak hal yang berlarian di kepalanya, tetapi tidak ia ungkapkan apapun lagi. Ayahnya terlalu eksentrik dan jenius. Seokjin baru akan turun tangan jika keadaan menjadi semakin buruk. Mungkin untuk saat ini, Seokjin akan biarkan.

"Oke. Karena sekarang sudah malam, sudah waktunya kita istirahat. Kerja bagus, semuanya." Yutaek bertepuk tangan, meminta anak-anak desa yang berada di sana untuk kembali ke kabin masing-masing.

"Namjoon, kau bisa antar Seokjin ke kabinnya yang baru," perintahnya yang langsung diiyakan oleh Namjoon tanpa protes. Lalu ia beralih pada Seokjin, "Aku sedikit merenovasi klinik yang kau tempati kemarin. Tempat itu sudah lebih layak, sekarang."

Mengedipkan sebelah mata, ia memberikan tatapan khasnya yang selama ini Seokjin rindukan.

Ya, ia rindu ayahnya. Sangat.

[taejin] ZOMBIE.ZIPWhere stories live. Discover now