Tiga belas.

1.1K 126 2
                                    

Setelah mina meninggalkan chaeyoung sendirian di pinggir lapangan, ia kembali ke kelas untuk mengikuti jam paginya hari ini.

Dan saat itu juga ponsel mina berdering, ada pesan masuk ternyata.
Mina membukanya, bambam lah si pengirim pesan tersebut kepada mina.

(Mina, nanti jika sudah selesai dengan urusan mu, kabari aku ya, aku akan menjemputmu, tadi kau berangkat bersama ku, dan sekarang, pulangpun harus bersama ku juga.")

Setelah mina membaca pesan dari bambam, ia tidak sempat membalas pesan itu karena pengajar sudah datang. Mina pun memasukan ponselnya kedalam saku jaketnya.
.
.
Setelah chaeyoung menemui coachnya tadi, ia pergi untuk menemui somi yang tiba-tiba saja mengirim pesan padanya untuk segera datang ke apartement miliknya.
Somi bilang, ia sedang tidak enak badan sekarang, ia juga merasa pusing di kepalanya, orang tua somi berada di luar negeri, jadi satu-satunya orang yang bisa ia hubungi adalah chaeyoung.
Tentu saja chaeyoung khawatir, ia tau betul jika somi sangat susah untuk makan jika sedang sakit, dan hal itu membuat sakitnya menjadi tambah parah.

Tok..tok..tok..

Chaeyoung mengetuk pintu apartement milik somi, selang beberapa detik kemudian, pintu terbuka menampilkan sang pemilik rumah.

"Kau sudah sampai rupanya, ayo masuk." Ujar somi, menarik tangan chaeyoung, membawanya masuk kedalam dan duduk di ruang tengah, didepan tv.

"Apa kau sudah makan?." Tanya chaeyoung yang sudah duduk di sebelah somi.

"Belumm~" ujar somi.

"Hahhh, kenapa kau tidak makan, seharusnya jika kau sedang sakit, segera makan dan minum obat, lalu istirahat, itu akan mengurangi rasa sakit yang ada di tubuh mu." Jelas chaeyoung yang menatap somi khawatir.

"Aku tidak punya nafsu makan chaeng." Jawab somi.

"Sekarang kau makan dulu, setelah itu minum obat dan tidurlah." Ujar chaeyoung yang kini meninggalkan somi untuk ke dapur, membuatkan bubur untuknya.

Inilah alasan somi menyayangi chaeyoung, dia orang yang tulus, baik dan pengertian. Semua orang menyukainya, beruntungya dia yang dulu sempat memiliki chaeyoung.

Dan saat ini juga, ia tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hati chaeyoung kembali.

"Chaeyoung hanya miliku, tidak akan kubiarkan siapapun mendapatkan hatinya, apalagi si gadis myoui itu, aku tidak akan rela jika chaeyoung bersamanya." Batin somi.

Selesai dengan urusan di dapur, chaeyoung membawa semangkuk bubur untuk somi.

"Ini, makanlah, habiskan jika bisa." Ujar chaeyoung memberikan bubur itu kepada somi, tapi somi memilih diam.

"Somii, ayo makan." Ujar chaeyoung.

"Aku akan makan jika kau yang menyuapiku." Ujar somi manja.

Mau tidak mau chaeyoung pun menyuapi somi agar ia mau makan.
Setelah menghabiskan semangkuk bubur tadi, chaeyoung membawa somi untuk masuk kedalam kamarnya, membaringkan somi di atas ranjang dengan lembut.

"Apa kepala mu masih terasa pusing?" Tanya chaeyoung yang kini duduk di pinggir ranjang dekat somi.

"Sudah agak mendingan chaeng, tidak separah seperti tadi." Ujar somi menatap chaeyoung.

Chaeyoung melihat arloji yang ia kenakan, menunjukan pukul 12.00 siang, ia ada janji untuk menemui mina siang ini.

"Somi, aku harus pergi sekarang, apa kau yakin sudah lebih baik.? Tanya chaeyoung.

"Kau mau kemana chaeng, kenapa buru-buru sekali, aku masih menginginkan mu disini." Ujar somi bangkit dari tidur nya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

MINE. [END]Where stories live. Discover now