○ 51

190K 20.9K 853
                                    

Minggu pagi yang cerah, secerah hati Ara saat ini, karna akan berkumpul dengan para tetangganya. Ia sangat bersemangat menyambut pagi ini, setelah mengadakan diskusi dadakan di grup chat yang berisikan ibu-ibu muda di kompleknya. Tentunya, Ara yang paling muda.

Di hari biasanya, Ara selalu menghabiskan hampir setiap harinya untuk homeschooling,  dan berdiam diri di depan televisi. Terkadang juga dia keluar bersama teman-temannya. Namun, akhir-akhir ini, teman-temannya tengah disibukan dengan try out dan simulasi ujian.

Ara hanya bisa memendam rasa bosannya seorang diri. Pergi ke rumah Mama mertuanya pun percuma. Mamanya itu ibu-ibu sosialita, yang punya kesibukan padat, seperti artis papan atas.

Ara merapikan pakaiannya sekali lagi, lalu keluar dari kamarnya, dengan tersenyum lebar.

"Mau kemana, sayang?"

Karna mood Ara pagi ini sedang sangat baik, maka dia akan menjawab pertanyaan suaminya. "Mau rujakan sama Mbak Katrin, Mbak Rani, Mbak Ajeng, Mbak Tia, sama Mbak Widia," jelas Ara dengan menyebutkan semua anggota komunitas ibu muda di komplek perumahan Anggrek, khususnya blok A.

"Jangan makan banyak-banyak, nanti sakit perut," pesan Arkan yang sedang memangku laptopnya mesra.

"Iya, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," balas Arkan.

Ara melangkahkan kakinya begitu cepat, nyaris berlari menuju rumah Rani yang menjadi basecamp mereka.

"Assalamualaikum! Mbak Rani! Ara cantik datang!" Teriaknya di pinggir jalan.

"Kebiasaan, belum nyampe rumah orangnya, udah teriak-teriak kayak tarzan!" Cetus Rani.

Ara berlari menuju teras rumah Rani yang sudah digelar tikar dan banyak camilan yang tersedia.

"Gue ngeri, kalo anaknya Ara brojol di rumah lo, Mbak," kata Ajeng pada Rani.

"Nih anak emang susah bener dikasih tau! Kalo ada apa-apa sama lo, gue yang dibeleh sama Arkan, Ra!" Kesal Rani.

Ara justru tertawa lebar. "Mbak Katrin belum datang?"

"Belum, katanya lagi mandiin Eve," jawab Tia, sambil menyuapi anaknya dengan bubur.

Ara mengangguk paham, lalu membantu Ajeng dan Rani mengupas buah-buahan yang akan mereka buat rujak.

Beberapa menit kemudian, Katrin datang dengan Eve yang tampak begitu imut menggunakan dress bunga-bunganya.

"Maaf ya, aku telat. Eve susah banget diajak mandi. Kalau aku gak nyebut ada kenzie, pasti dia gak akan mau mandi dan ikut aku ke sini," jelas Katrin.

"Gak papa, Mbak Katrin. Santai, kayak sama siapa aja," balas Ara.

"Wah, kayaknya gue mau besanan sama Mbak Katrin, nih," timpal Widia.

"Lah iya, anak kecil udah tau aja yang goodlooking." Rina menggeleng-gelengkan kepalanya, saat melihat Eve yang begitu gigih mendekati Kenzie.

"Gue jaman kecil masih main boneka, sama sepeda-sepedaan. Sekalinya kenal cinta, eh udah diselingkuhi aja," curhat Ara.

"Dih, curhat, lo?" Ejek Tia.

Ara terkekeh pelan. Mereka memang tau masa lalu Ara yang pernah diselingkuhi. Hanya mengetahui itu saja, tidak dengan siapa yang menjadi pelakunya. Itupun karna Ara keceplosan mengatakannya.

"Aku bantu apa, nih?" Tanya Katrin.

"Duduk aja sama gue, Mbak. Biar mereka aja yang kerja," sahut Tia, yang dibalas geplakan keras di pahanya.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang