○ 50

196K 21K 2.8K
                                    

Ara melihat foto usg anaknya saat berusia dua bulan, sampai 7 bulan saat ini. Ia menempelkan semua foto usg itu di dinding kamarnya bersama Arkan. Ara sudah tidak sabar menanti anaknya keluar, dan bermain bersama dengannya.

Setelah puas memandangi foto anaknya, Ara memutuskan untuk turun ke bawah, menghampiri suaminya yang tumben tidak mengusik dirinya sedari tadi.

Ara berjalan menuju dapur, saat suara bising menyapa telinganya. "Mas Arkan?"

Arkan menoleh dengan senyum manisnya. "Sini, sayang."

"Mas Arkan beli sate?"

"Enggak, ini buat sendiri."

Ara mengangguk paham. Ia duduk di kursi meja makan, dan mengambil satu tusuk sate berlumur sambal kacang yang terlihat menggiurkan itu.

"Kok kenyal banget? Ayamnya diapain?" Kata Ara setelah menelan kunyahan satenya.

"Itu bukan sate ayam, sayang."

"Terus?" Ara masih sibuk dengan satenya, merasakan kenikmatan daging yang sangat lembut di dalam mulutnya.

"Sate kelinci."

Mulut Ara berhenti mengunyah. Ia menatap suaminya dengan kening mengerut. "Kelinci?"

Arkan mengangguk antusias.

"Mas ngidam lagi?"

"Gak tau, aku ketagihan sama sate kelinci yang kamu beli kemarin. Aku jadi pengen lagi," ucap Arkan sambil memakan satenya dengan semangat.

"Kok banyak banget? Mas mau ngabisin ini semua?"

Arkan menggeleng. "Kita makan sama-sama. Soalnya dagingnya banyak."

"Kamu borong di warungnya?"

"Aku gak beli di warung. Ini buat sendiri, sayang. Aku sama Bibi yang buat sate kelincinya."

"Kelinci dari man—" kedua bola mata Ara membulat sempurna. "Jangan bilang, ini Milky aku?"

Arkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya, itu kelinci kamu."

"MAS ARKAN!!"

***

Ara tengah menangis tersedu-sedu di kuburan Milky yang ia buat di halaman belakang rumahnya. Malam ini, bulan purnama yang menjadi saksi bisu pemakaman tulang belulang Milky, kelinci kesayangannya.

"Sayang ...."

Ara tak menggubris panggilan suaminya. Sungguh, ia merasa terkhianati mendengar suaminya sendiri yang membunuh hewan kesayangannya. Teman yang menemani Ara saat wanita itu tengah kesepian dan tidak memiliki pekerjaan.

"Sayang, besok aku beliin lagi ya? Kamu mau yang gimana? Yang sama persis kayak Milky?"

Andai Arkan tau, mencintai tak semudah itu. Ara terlalu mencintai Milky, sampai ia enggan ada Milky yang lain. Hanya Milky lah hewan kesayangannya.

"Semoga kamu bahagia di surga sama Milly, ya Milky. Yang bunuh kamu, seret aja ke neraka," ucap Ara dengan suara parau.

"Jangan dong, masa kamu tega liat aku di neraka."

Ara terdiam sesaat, kemudian mengusap batu nisan Milky yang tak lain dan tak bukan adalah batu kali, bertuliskan Milky Bin Arkana.

"Gak jadi Milky. Semoga kamu ikhlas, dan gak dendam sama yang bunuh kamu."

Arkan mengulas senyum lebarnya. Istrinya ini tampak begitu menggemaskan dengan daster kebesarannya, dan wajah yang merah berderai air mata.

Ara pergi meninggalkan kuburan Milky dengan duka yang mendalam. Belum genap dua minggu, Milly mati, sekarang Milky yang mati. Mungkin Allah tidak mempercayakan hewan ciptannya kepada Ara. Ini semua salah Arkan! Lihat saja, dia akan marah sama suaminya itu.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang