○ 17

262K 25.6K 1.4K
                                    

"Kok cepet banget?"

Arkan menatap Ara bingung. "Apanya?"

"Cintanya. Emang Mas tau, jatuh cinta itu kayak gimana?"

"Ara, aku ini pria dewasa. Aku lebih berpengalaman daripada kamu," dengus Arkan.

"Oh iya, aku lupa. Suamiku ini kan udah om-om," goda Ara menjawil dagu Arkan.

Arkan menarik jari telunjuk Ara, dan menggigitnya pelan.

"Aduh Mas! Kok digigit sih?!" Pekik Ara kaget.

Arkan terkekeh pelan. "Kamu gemesin,"

"Sakit nih!" Ara menatap kasihan pada jarinya yang tercetak bekas gigitan Arkan.

"Padahal aku pelan," ucap Arkan seraya menarik tangan Ara lagi, dan menciumnya tepat dibekas gigitannya tadi.

"Ngapain sih digituin?"

"Biar cepet sembuh,"

Ara menyentil bibir Arkan.

"Kenapa disentil?" Tanya Arkan sambil mengusap bibirnya.

"Awas ya gigit-gigit lagi! Manusia apa vampir sih?"

"Kamu belum jawab pertanyaan aku,"

Kening Ara mengerut. "Pertanyaan yang mana?"

"Kamu udah cinta sama aku?" tanya Arkan seraya menarik tangan Ara untuk ia letakkan dipipinya.

Ara diam tak menjawab. Kalau dibilang cinta, dia belum bisa menyimpulkan itu. Yang jelas, Ara sudah nyaman dan terbiasa dengan kehadiran Arkan dihidupnya.

"Aku tau. Kita masih punya banyak waktu, jalani dulu aja," ujar Arkan menenangkan Ara yang tampak gelisah.

Ara mengangguk.

***

"Bi Inah udah lama kerja sama mama?"

"Udah, Non. Bibi kerja sama ibu sejak Den Arkan kecil,"

Ara menganggukkan kepalanya mengerti. Pagi-pagi tadi, ia kedatangan Bi Inah, yang mengaku sebagai asisten rumah mama mertuanya. Katanya, mamanya itu meminta Bi Inah untuk pindah ke rumah Arkan, bantu-bantu di sana.

"Berarti Bi Inah tau banyak soal Mas Arkan, dong?"

Bi Inah mengangguk. "Bibi tau sekali, Non. Den Arkan udah Bibi anggap sebagai anak kandung Bibi sendiri,"

"Bibi asli orang Jakarta?"

"Enggak, Non. Bibi dari Tasikmalaya."

"Suami Bi Inah kerja?"

Bi Inah menutup tas besar yang sudah selesai ia kemas, dan menatap Ara dengan senyuman hangat. "Suami Bibi udah meninggal,"

"Eh, maafin saya, Bi. Saya gak tau," sesal Ara menatap Bi Inah tidak enak.

"Gak papa, Non. Itu juga sudah lama. Suami Bibi meninggal 10 tahun lalu, karna sakit diabetes. Bibi punya anak laki-laki 2 sama anak perempuan satu. Anak ketiga Bibi di kampung sama budenya," jelas Bi Inah.

"Anak-anak Bibi masih sekolah?"

"Ada yang udah kerja, Non. Yang pertama itu namanya Bayu, dia kerja di Kalimantan. Yang kedua namanya Tita, dia masih SMA kelas 3. Yang terakhir Danang, masih kelas 5 SD."

"Tita sekolah di Tasikmalaya?"

"Di Jakarta, Non. Dia ikut Bibi ke sini, bantuin Bibi kerja di rumahnya ibu."

"Ooh, terus dia ikut Bibi ke rumah Mas Arkan?"

Bi Inah mengangguk. "Dia gak bisa jauh dari Bibi, Non. Padahal udah besar. Sama Non aja besaran dia,"

MY FUTURE HUSBAND [END]Where stories live. Discover now