○ 20

260K 26.2K 2.2K
                                    

"BODOH!!"

Tita terlonjak kaget mendengar teriakan Selena di depannya. "Ma-maksud lo apa ngatain gue bodoh?"

"Emang lo bodoh! Kenapa lo kasih informasi busuk itu ke gue?!"

Tita terdiam. Sekarang ia tau maksud Selena. Apalagi kalau bukan tentang foto yang ia berikan kepada gadis itu.

"Gue mau Ara jatuh," lirih Tita.

Selena mengusap wajahnya kasar. "Tapi gak gitu caranya! Liat kan sekarang? Siapa yang jatuh, hah?! KITA!"

"Gue pikir, Ara belum siap dengan status barunya."

"Nyesel gue ngerekrut lo di geng. Orang bodoh kayak lo cuma bisa nyusahin aja! Gak guna!"

Setelah mengatakan itu, Selena pergi diikuti ketiga antek-anteknya. Meninggalkan Tita yang terduduk lemas di lantai koridor yang sudah sepi.

"Gue gak bakat jadi orang jahat. Selena bener, gue emang bodoh." Tita menatap lantai di depannya dengan lesu.

***

"Gue gak nyangka, sebegitu kerasnya usaha lo demi menjatuhkan gue. Sampe-sampe jadi paparazi di rumah ini?"

Tita hanya diam mendengar serangan dadakan dari Ara. Tangannya saling meremas, menandakan bahwa dia sedang takut dan gugup.

"Lo suka sama Mas Arkan?"

Kedua mata Tita membulat sempurna. "K-kok tau?"

Ara mendengus. "Lo gak bisa melawan takdir, Tita. Harusnya lo bisa terima kalau yang jadi istrinya Mas Arkan itu gue, bukan lo. Kalau lo bener-bener cinta sama Mas Arkan, lo akan ikhlas melepas dia yang gak pernah lo miliki. Bukan mencoba merebut apa yang sudah menjadi milik orang lain."

Tita terdiam mendengar penuturan Ara. "Lo gak pernah tau rasanya jadi gue, Ra."

"Karna kita beda. Lo juga gak pernah tau rasanya jadi gue, Ta."

"Gue suka sama Kak Arkan sejak kita kecil. Dia segalanya buat gue. Dia selalu lindungin gue, perhatian sama gue, manjain gue. Gue bener-bener diperlakukan dengan sangat baik. Dan itu kali pertama gue diperlakukan sespesial itu. Gak mudah buat gue mengikhlaskan dia menikah dengan orang lain, setelah kebersamaan kita dulu. Di dunia ini, cuma Kak Arkan yang selalu percaya sama kemampuan gue. Dia selalu ada disetiap langkah hidup gue.

"Gue lebih dulu kenal dia, daripada lo. Gue gak rela Kak Arkan jadi milik orang lain. Gue mau sama-sama kayak dulu. Cuma dia, alasan gue terus semangat menjalani hidup ini. Lo anak orang kaya. Lo gak pernah tau gimana susahnya hidup gue." Tita menatap Ara dengan berkaca-kaca.

Ara menatap Tita datar. Asal Tita tau, kalau kehidupan Ara tidak seindah seperti apa yang dia pikirkan! Ara menghela nafasnya pelan. Di sini, mereka ingin menyelesaikan masalah, bukan adu nasib.

"Lo salah mengartikan perhatian Mas Arkan selama ini."

"Maksud lo?"

"Mas Arkan hanya menganggap lo sebagai adik. Gak lebih. "

Setetes air bening jatuh dari sudut mata Tita. Rasa sesak mulai menjalar di dadanya.

"Ara benar, Tita. Selama ini saya hanya menganggap kamu sebagai adik saya. Kebersamaan kita, dan perhatian saya kepada kamu hanya sebatas kakak dan adik. Sekarang, saya sudah menikah dan saya hanya mencintai istri saya, Ara." Arkan datang dari dapur, dan ikut dalam obrolan kedua gadis itu.

"Dan aku juga mencintai Mas Arkan."

Arkan menoleh ke arah Ara dan tersenyum manis.

"Gue tau lo orang yang baik. Lo bukan tipikal orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang lo mau. Enggak semua apa yang lo sukai, bisa lo miliki, Tita. Tapi percayalah, suatu saat lo akan mendapatkan yang lebih baik dari apa yang lo inginkan. Disaat rencana kita tidak berjalan sesuai kemauan kita, hanya rencana Allah yang terbaik untuk kita." Ara menatap Tita dengan senyuman hangatnya.

Pada dasarnya, Ara dapat melihat sifat asli Tita yang lugu. Lingkungan pertemanannya yang membuat Tita seperti ini. Menjadi gadis licik dan ceroboh.

"Ma-maafin aku, Kak Arkan. Maafin aku, Ara. Aku salah. Aku salah." Isak Tita dengan menunduk.

Ara dan Arkan menatap Tita dengan diam.

"Aku minta maaf." Setelah itu, Tita pergi menuju kamarnya dengan menunduk, tak lupa isakkan tangis yang menemani langkahnya.

Ara masih menatap Tita, sampai gadis itu hilang dibalik tembok. Sedangkan Arkan, ia justru menatap Ara dalam.

"Sayang,"

"Apa?"

"Kamu serius?"

Ara menatap bingung suaminya. "Serius apa?"

"Ck. Masa kamu lupa. Baru juga diucapin," decak Arkan.

"Apa sih, Mas?"

"Cinta," ucap Arkan seraya menaikturunkan kedua alis tebalnya.

"Serius."

Arkan mencuri ciuman singkat di bibir Ara. "Ayo kita bikin anak!"

Ara memukul perut keras Arkan, dan memelototi pria itu. "Mas!"

"Enggak, sayang. Maksudnya itu, ayo kita tidur. Ini udah malem," kilah Arkan.

Ara hanya menggerutu pelan, dan berjalan menuju kamar mereka.

***

Pagi ini, Ara berjalan di koridor bersama Arkan. Pria itu ada urusan di sekolah, untuk menandatangani berkas-berkas penting.

'Ara beruntung banget dapet suami kayak Pak Arkan.'

'Iya. Mana ganteng banget, kaya raya pula.'

'Cantik sama ganteng. Tau deh anaknya nanti kayak apa.'

'Kalau jodoh gue belum ketemu, gue mau deh nungguin anak mereka. Pasti bibit unggul.'

'Pak Arkan buka lowongan sugar baby gak ya?'

Ara mendengus kesal mendengar ucapan orang-orang yang menatap mereka.

"Aku langsung ke kelas ya?"

Arkan mengangguk. Ara mencium tangan suaminya, dibalas kecupan hangat di kening gadis itu.

'EMAK! GUE MAU NIKAH MUDA!'

'Gue gak sabar pengen halalin pacar gue.'

'Mau dikasih makan apa, anak istri lo nanti? Lo aja masih utang indomie di Bu Watik.'

'Pengen nikah, tapi sama siapa?'

'Sama patrick noh! Sama-sama gak ada otak.'

'Yang udah sah mah emang beda. Kecup-kecup manja aja dapet pahala.'

'Beda lagi kalo lo yang nyium. Pahala kagak, HIV iya.'

'Anjir! Mulut jahanam lo!'

Ara tak menghiraukan ucapan lainnya. Semenjak warga SMA SRITAMA mengetahui status barunya, pasti ada aja yang sedang membicarakan dirinya.

Ini adalah pencapaian tertinggi Ara. Menjadi artis dadakan!

***

Tbc.

Terimakasih banyak-banyak yang udah voment. Aku sayang kalian 1500 😍

Yang belum vote, semoga kalian segera mendapat hidayah. Aku juga sayang kalian kok 😃

Mon maap kalo ada typo.

See you next part ❤


Semarang, 14 April 2021
Salam Indah♡

MY FUTURE HUSBAND [END]Where stories live. Discover now