Mengikuti Permainan Al

Start from the beginning
                                    

"Jalani ajalah ..." lirihnya penuh kesedihan.

"Bang Al!" seru Rexi memanggil Al.

"Hum ..." deham Al.

"Mau nachos," kata Rexi.

"Ya udah. Ayo. Gue juga mau ke market buat beli sabun. Sabun di kamar mandi gue udah habis," kata Al.

Rexi menghela napas panjang, entah sudah berapa kali dia terus menghela napas seperti itu. Sesak rasanya berpura-pura menerima kenyataan yang sepahit ini.

"Kenapa cinta sepihak sepahit ini, Tuhan?" tanya Rexi di dalam hati sambil meremas dadanya yang terasa begitu sesak.

***

Al dan Rexi sudah berada di mobil, dengan Al yang menjadi supir pastinya.

"Tumben banget lo mau makan nachos malam-malam kayak gini," kata Al membuka topik pembicaraan.

"Enggak tahu juga, sih. Gue cuma kepengen aja buat makan nachos," jawab Rexi.

Al hanya menggelengkan kepalanya saat mendengarkan jawaban Rexi.

"Ah iya. Deian baik banget, yah, Bang," kata Rexi tiba-tiba.

Al terdiam beberapa saat.

"Kenapa lo bilang kayak gitu?" tanya Al pelan.

"Hum ... Soalnya, dia baik banget sama gue, Bang. Dia bahkan sering banget buat gue ketawa dan buat gue juga lupa sama beberapa masalah gue," jawab Rexi.

"Hum ... Ya udah. Lo pacaran aja sama dia. Bagus, kan?" saran Al dengan santainya.

Rexi tersentak kaget saat mendengarkan jawaban Al yang menurutnya kelewat santai.

Hey! Apa Al tidak punya hati sampai merespon seperti itu?! Bukannya Al tahu kalau Rexi itu suka dengan dirinya? Ah ... Atau Al menyangka kalau perasaan Rexi sudah hilang begitu saja? Ck! Jangan samakan Rexi dengan Al. Hati Rexi masih setia untuk Al dan tidak mudah bercabang sama seperti Al.

Rexi tersenyum kecut.

"Iya, Bang. Gue niatnya mau jadian sama Deian. Tapi, dia enggak ada confess atau nembak gue, Bang," kata Rexi menjawab dengan nada suara yang dibuat sedih. Dia bahkan menekuk wajahnya agar terlihat sesedih mungkin.

Al tertawa pelan.

"Lo beneran mau pacaran sama si Deian?!" tanya Al geli.

"Lo masih bocah labil, Rex. Enggak boleh kalau lo belajar cinta-cintaan kayak gitu," kata Al lagi, terkesan meremehkan.

"Biarin aja, sih," balas Rexi sambil terkekeh pahit.

Untuk sekarang, Rexi berharap agar rasa cintanya kepada seorang Alvaro Addison berkurang. Dengan banyak tenaga, Rexi memilih pilihan Al. Lupakan masalah kekasih dan perasaan dan jadilah seorang adik tiri yang baik untuk Al.

***

- Skip, Besoknya -

Waktu istirahat di sekolah telah tiba. Rexi tengah berdiri berdampingan dengan Deian.

"Lo beneran enggak apa-apa, Rex?" tanya Deian yang berusaha untuk meyakinkan Rexi.

"Untuk?" tanya Rexi.

"Kalau ada di sana," jawab Deian sambil menunjuk ke arah meja yang ditempati oleh Al dan Renata.

"Iya, enggak apa-apa, kok, Dei. Hitung-hitung double date," jawab Rexi lembut.

Deian membulatkan kedua bola matanya dengan lebar saat mendengarkan penuturan dari Rexi yang mengklaim bahwa mereka akan double date.

"Lo beneran, Rex?" tanya Deian tak percaya.

Rexi bergeming sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.

"Hah ... Enggak apa-apa kalau emang lo mau manfaatin perasaan gue, Rex. It's okey," kata Deian lembut.

Rexi mengangkat pandangannya sambil menatap Deian dengan tatapannya yang penuh rasa bersalah.

"Maaf banget, Dei. Gue ... Gue beneran-"

"Enggak apa, kok, Cantikku," potong Deian lembut.

"Enggak akan ada rasa suka yang muncul tiba-tiba kalau lagi mau jatuh hati sama orang baru. Apalagi, jatuh hatinya sama orang asing kayak gue," kata Deian lagi.

Deian mengelus rambut Rexi dengan lembut.

"Ayo kita ke sana. Kita belajar aja dulu," kata Deian lembut sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Rexi.

Rexi menghela napas panjang sambil mengatur napasnya. Dia kemudian tersenyum dan membalas uluran tangan Deian.

"Makasih banyak, Dei," kata Rexi sambil sedikit berbisik pada daun telinga kanan Deian.

Deian terkekeh pelan sambil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

My BrotherWhere stories live. Discover now