CHAPTER 15 - Secangkir Kopi Buatan Suami

2.4K 169 0
                                    

Biasanya Azkaa bangun tidur agak siang di akhir pekan. Tapi pagi itu ia bangun lebih cepat. Setelah mandi, ia keluar kamar dan mendapati Azalea sedang berada di dapur. Melihat itu, Azkaa teringat akan percakapan dengan stafnya setelah selesai meeting kemarin. Meeting selesai tepat di jam makan siang dan obrolan santai pun terjadi.

"Menikah itu enak, Den," kata Raihan pada Denny yang seminggu lagi akan menjadi pengantin baru.

"Rasanya apa saja yang dilakukan bersama istri terasa menyenangkan," sambung Raihan lagi.

"Benar, Den." Aldo menimpali. "Termasuk soal makan. Makanan dan minuman biasa pun akan terasa lebih enak kalau dibuatkan oleh istri."

Azkaa hanya mendengarkan percakapan itu.

"Really?" Denny menatap kedua rekannya itu bergantian. "Kok bisa begitu?"

"I don't know why, pokoknya lebih enak. Apalagi kopi buatan istri. Bubuk kopi hitam beli di warung saja jadi berkali lipat enaknya kalau dibuatkan oleh istri. Kopi buatan coffee shop kalah, deh," jawab Aldo.

Azkaa mengerutkan keningnya. Ah, yang benar saja kopi bisa berkali lipat enaknya kalau dibuatkan oleh istri. Berlebihan, sungut Azkaa dalam hati.

"Betul, Den. Kalau enggak percaya coba tanya Pak Azkaa." Raihan menoleh pada Azkaa. "Pak Azkaa kan masih pengantin baru juga, nih. Pasti sudah merasakan nikmatnya kopi buatan istri. Ya, kan, Pak?"

Azkaa hanya tersenyum menanggapi ucapan Raihan.

Mendengar perkataan rekan-rekannya, Denny tersenyum dengan mata berbinar, seolah tak sabar menunggu hari bahagianya.

Lamunan Azkaa terhenti. Ia kembali memperhatikan Azalea yang sedang berada di dapur. Apa benar kopi buatan istri senikmat yang dikatakan para stafnya? Dulu Ilona sering membuatkan kopi untuknya, tapi terasa biasa saja. Rasanya sama saja seperti yang ia bikin sendiri atau seperti yang ia beli di coffee shop. Ilona memang bukan istrinya, tapi maksud Azkaa, apa bedanya yang dibuat oleh istri dengan yang dibuat oleh pacar, teman, atau orang lain?

Enak atau tidaknya kopi kan tergantung bahan baku, cara membuat, dan skill si pembuatnya, bukan apa hubungan si pembuat kopi dengan yang meminum kopi. Lantas, kenapa kopi buatan istri bisa menjadi berkali lipat enaknya? Tidak masuk akal. Itu pasti hanya omong kosong para stafnya itu. Tapi Azkaa tidak bisa menyangkal rasa penasaran di sudut hatinya. Apa dia minta Azalea untuk membuatkannya kopi saja, ya?

Azkaa menggeleng, lalu melangkahkan kakinya ke arah sofa ruang tengah. Tapi baru beberapa langkah, ia berhenti. Ia tidak bisa menepis rasa penasaran yang menguasainya. Azkaa menghela napas lalu berbalik dan memutuskan berjalan ke arah dapur mendekati Azalea. Rasa penasaran telah mengalahkan gengsinya.

"Azalea," panggil Azkaa pelan.

Azalea yang tengah memotong buah melon mendongak menatap Azkaa.

Azkaa berdehem. "Saya enggak maksud menyuruh kamu. Tapi kalau kamu berkenan, boleh tolong buatkan kopi untuk saya?"

Azalea tak langsung menjawab. Ia heran, ada angin apa Azkaa minta dibuatkan kopi olehnya? Masakan yang disiapkannya selama ini saja tidak pernah Azkaa makan, selain saat makan siang bersama Pak Raditya dan Bu Rianti waktu itu.

Azkaa berdehem lagi. "Kalau kamu enggak mau, enggak apa-apa, kok."

"It's okay, saya buatkan," jawab Azalea. "Sebentar."

Azalea menghentikan kegiatannya memotong melon, kemudian beranjak ke arah salah satu laci kitchen set. Ia mengambil beberapa kemasan kopi instant dari tiga merek yang berbeda.

Senandung Azalea (Completed)Where stories live. Discover now