36. TELAH KEMBALI

Start from the beginning
                                    

"Kalo iya kenapa?"

"Sinting lo njing!" Zera menggeleng tak percaya. Dirinya bahkan hampir mati saat dulu-dulu sering celaka. "Cowok yang waktu di rooftop siapa? Itu suruhan lo?" Nafas Zera memburu.

Aluna bersedekap. "Ya, dia Abang gue. Kenapa? Keren kan hampir buat lo jatuh dari atas rooftop saat itu juga."

"Lo berdua sama-sama gila. Setidaknya sekarang gue udah tau sifat busuk lo dan Abang lo!"

"Emang lo tau siapa Abang gue?" Alis Aluna terangkat menggoda.

Zera terdiam. Dulu, ia pernah mendengar suaranya. Terdengar begitu familiar di telinga Zera. Tapi hati kecilnya sulit untuk mengucapkan nama itu.

"Minggir bangsat, gue mau keluar." Zera mendorong tubuh Aluna hingga terjatuh. Cewek itu memegang handle pintu namun tubuhnya kembali ditarik dan dihantamkan ke tembok hingga rasa nyeri menjalar keseluruh tubuh.

"Wah kurang ajar gue dikunciin." Zera mengepalkan tangan saat Aluna mengunci dirinya dari luar.

"SELAMAT BERDUAAN SAMA TAI-TAI LOO!"

"Anjing."

***

"Gue tau rencana lo kali ini."

"Why? Lo gak akan bisa gagalin rencana gue kali ini."

"Lo benar."

"Lo biarin Zera mati detik itu juga?"

"Kita liat aja nanti."

Dia memperhatikkan tubuh seseorang yang semakin menjauh dari pandangannya. Tanpa mau peduli, dia kembali masuk dan mengambil sesuatu dari bilik lemari kecil.

Sebuah botol kecil berisi racun yang akan disuntikan nanti.

Tinggal menunggu beberapa hari lagi.

Dan semuanya akan selesai.

Dendamnya akan terbalas.

Dia akan membalas semua rasa sakit yang diderita sang pacar.

Dan semua ini hanya karena Zera.

"Kali ini gak akan ada yang bisa ngehentiin gue Zera. Lo akan mati hari itu juga."

"Kakak baik, aku suka sama Kakak. Selalu jadi orang baik Kak, meski tanpa aku nanti."

"Gak tanpa lo." Dia berdecak. "Lo pergi begitu aja, tanpa ada kejelasan. Lo bilang lo udah sembuh, kenapa lo pergi? Kenapa!  Kasih gue penjelasan Jessy!"

Prang!

Sebuah vas bunga hancur berkeping-keping disertai tetesan darah.

***

Cewek dengan jaket kulit yang melekat ditubuhnya tak henti-henti melunturkan senyumnya. Hari ini hari ke 2 dirinya berada di Indonesia. Dan dirinya akan mencari seseorang, untuk menyelesaikan sebuah masa lalu yang belum juga selesai, karena kejelasannya ada di surat ini. Meski setelah ini tidak memungkinkan bahwa dirinya akan dibenci.

"Loh? Vanna balik lagi ke Indonesia? Sejak kapan?"

Cewek itu membalas senyuman para tetangganya. "Iya Bu, kangen suasana rumah disini."

"Orang tua kamu mana? Gak ikut pulang? Emang gak mau ke makam anaknya sendiri? Orang tua macam apa itu?" Para tetangga mulai nyinyir.

"Ayah sama Bunda masih sibuk sama kerjaannya di Prancis Bu, jadi gak bisa ikut Jeo ke Indonesia."

"Segitu sibuknya orang tua kamu sampai bertahun-tahun gak ziarah ke makan anaknya?"

"Udah ya Bu, ini keluarga saya. Jadi Jeo mohon Ibu-ibu gak usah ikut campur terlalu jauh ya. Gak sopan." Jeo tersenyum tipis. Lantas pamit kembali masuk ke dalam rumah. Setelah menutup pintu, barulah air matanya tumpah saat itu juga. Rasa nyeri kembali menghantam ulu hatinya.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now