Taking care

17.8K 2.5K 275
                                    



♡ 𝐻𝑜𝓌 𝓉𝑜 𝑀𝑜𝓋𝑒𝑜𝓃 ♡



       Malam semakin gelap di Kota Bandung, jalanan yang tadinya ramai, mulai berangsur sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang. Jeno mengemudikan mobilnya dengan santai, sembari sesekali melirik ke kursi samping, dimana seorang pria duduk tenang di sana, sambil menyandarkan kepalanya pada jendela, memilih melihat ke arah luar.

       "Masih pusing?" Jeno menempelkan tanganya pada kening Juan, dan tentu saja langsung ditepis oleh pria itu.

       Tadi setelah mengambil obat, dokter sempat mengatakan mungkin saja Juan akan demam setelah ini karena reaksi alergi. Juanda memang punya alergi terhadap buah strawberry. Sejak kecil, pria itu sebisa mungkin menghindari olahan berbahan dasar buah tersebut. Reaksi pada alergi terkadang berbeda, tapi yang paling parah seperti tadi, ia kesulitan bernafas dan tenggorokanya terasa panas.

       "Kita cari makan dulu ya, abis itu kamu minum obat." ucapnya lagi, tidak ada jawaban apapun dari pria itu.

       Setelahnya Jeno kembali terdiam, matanya terfokus pada lampu lalu lintas yang masih berwarna merah. Di sisi lain, Juan memang sengaja bersikap dingin pada pria disampingnya, seolah membuat pertahanan yang kokoh, berjaga jikalau ia terjatuh lagi nantinya.

       "Mau makan apa? karena udah malem, jadi ga banyak yang buka." lagi-lagi Jeno mencoba membuka pembicaraan dengan pria disampingnya.

       Juan menggigit bibirnya, entah mengapa malah sedikit bersalah. Mau bagaimana pun, Jeno sudah berbaik hati menolongnya, dan kini bahkan bertanggung jawab merawatnya. Jadi kalau ia lebih lama begini, maka Juan sama saja dengan tidak tahu diri.

       "Juan?" panggilnya sekali lagi dengan suara lembut.

       "Bubur." akhirnya Juanda bersuara walaupun sangat pelan.

       Jeno tersenyum "Bubur Pak Sunar?" tanyanya. Ia melirik, melihat Juan mengangguk, kemudian kembali menatap keluar jendela.

       Mobil Pajero Sport warna hitam milik Jeno, terparkir di pelataran Indomaret, yang sepertinya buka 24 jam. Keduanya turun, dan berjalan ke arah penjual bubur langganan mereka. Dulu saat masih bersama, Jeno dan Juan sering sekali datang ke sini. Salah satu keunikan di Kota Bandung, kalian dapat menemukan warung bubur ayam yang buka sampai malam.

       "Mang." sapa Jeno pada penjual yang memang sudah akrab denganya.

       "Eh. . kamana wae atuh?" tanya pria paruh baya itu yang berarti 'kemana aja?'.

       "Sibuk kuliah mang, pesen dua ya. Yang satu campur tapi ga pake cakwe, yang satunya ga pake kacang, terus seledrinya banyakin." Jeno berucap dengan lancar, ia masih ingat dengan jelas semuanya. Menu yang biasa mereka pesan.

       Setelah memesan ia menghampiri Juan yang sudah duduk terlebih dahulu di salah satu meja, "Mau makan disini aja atau di mobil?" Jeno membuka jas yang sedari tadi ia kenakan kemudian meletakanya di samping meja.

       "Disini aja." jawab Juan singkat.

       Tak lama, dua porsi bubur ayam datang, porsi yang cukup banyak untuk satu orang dengan toping yang juga tak pelit. Sebelum makan, secara otomatis Jeno mendekatkan mangkuknya ke arah Juan. Pria disampingnya ini memang sedikit pemilih, ia akan memberikan beberapa toping yang menurutnya tidak sesuai. Kali ini ia memindahkan suwiran ayam yang terlalu garing, kemudian bagian putih telur, serta bawang goreng yang gosong.

How to Moveon ㅣNOMIN [End]Where stories live. Discover now