"Gue gak ikut eskul kalo lo inget." Arsen menatap sinis cowok disampingnya.

"Ngapain nginget-nginget tentang lo? Berasa penting banget lo di hidup gue?"

Dan perdebatan keduanya masih berlanjut. Hingga Elxon tiba membuyarkan celotehan mereka yang tak henti-hentinya berdebat. "Lo berdua ngapain?" Elxon menaikan alisnya.

"Lah lo ngapain?" Keduanya berujar bersamaan.

"Gue? Gak lagi ngapa-ngapain." Ketiganya sama-sama memasang wajah bingung. Lantas berjalan bersamaan menuju ke ruang olahraga untuk menemui Pak Tino. Ya, Arsen dan Gavriel baru tahu kalo Elxon juga ikut dipanggil oleh guru itu.

Gavriel mengetuk pintu serta mengucap salam sebelum masuk ke dalam. Ternyata bukan hanya dirinya, namun banyak anak basket lain yang berada di dalam ruangan. Entah apa yang sedang Pak Tino rencanakan.

Pak Tino mengintrupsi para cowok untuk berbaris rapi. Terutama Gavriel, Arsen, dan Elxon yang baru saja tiba.

"Pagi Anak-anak. Kalian tahu? Pasti gak tahu 'kan?" Para cowok dibuat gemas dengan ucapan Pak Tino yang melatih kesabaran mereka. "Jadi Bapak mengumpulkan kalian disini pasti ada alasannya. Kalian mau tau aja, apa mau tau banget?"

"Pelatih lo modelan ginian?"

"Gak tau, aneh. Untung muridnya modelan gue, yang kece gini." Gavriel menjawab santai ucapan Arsen tanpa memedulikan ekspresi cowok itu yang bergedik ngeri mendengarnya.

"Najis."

"Lo berdua diperhatiin sama Pak Tino. Ngobrol mulu sampe gue dikacangin, jangan-jangan ada apa-apanya nih." Elxon memincingkan matanya curiga pada Gavriel dan Arsen. Habisnya mereka berdua tiba-tiba akrab gitu. Padahal kan cecok mulu kenyataannya.

"Sebenarnya gak penting-penting amat. Tapi penting banget, ekh gak terlalu juga sih. Tapi lumayan lah, penting dikit."

"Pak jangan bikin lier atuh, udah tua banyak gaya lagi." Somad berdecak kepanasan mendengar ucapan Pak Tino.

"Kurang asem kamu ini Mad. Kamu liat otot Bapak, masih kekar 'kan? Gini-gini Bapak baru umur 28 masih pengantin baru." Pak Tino menarik kerahnya. "Masih kekar di atas kasur," bisiknya pelan namun dapat didengar semuanya.

"Kekar doang, baru masuk langsung keluar! Canda kekar!" Sebuah bola basket melayang mulus ke arah Somad. Sang pelaku hanya bersedekap sambil menjulurkan lidahnya. Siapa suruh ngeledek.

"Pak serius dong ini mau apa. Buang-buang waktu belajar aja," protes Diki yang Gavriel tahu kelas IPS 1.

"Serius buang-buang waktu belajar? Emang kamu belajar?" selidik Pak Tino.

Diki menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Habisnya hari ini Bu Mawar yang ngajar, mana cakep. Hehe."

"Pstttt, itu calon selingkuhan Bapak," bisik Pak Tino dengan sifat setannya.

"Kalo nelfon Istri Bapak sekarang, pasti langsung cerai 'kan?" Alis Gavriel terangkat. Sedangkan Pak Tino kelabakan.

"Udah-udah! Serius. Jadi Bapak mau beritahu sesuatu pada kalian." Pak Tino mengubah mimik wajahnya menjadi serius. Guru itu seakan-akan lupa dengan apa yang dibicarakan tadi.

"Pengalihan pembicaraan tuh," sinis Somad merasa benar.

"2 minggu yang akan datang. Ada pertandingan basket antar sekolah, dan SMA Bintang akan melawan SMA Samudra. Dengan itu Bapak memilih kalian yang berada disini untuk berlatih, dan membuktikkan bahwa diri kalian pantas untuk mengikuti perlombaan."

***

"Udah makan?"

"Udah, cilok."

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now