16. Pria Baik

Mulai dari awal
                                    

"Ya Lea, ada apa?" tanya Jane setelah menerima panggilan.

"Sorry gue ganggu waktu istirahat lo, tapi gue mau ngomong sesuatu." ujar Lea to the point.

"Ya elah tinggal ngomong aja kali, kayak sama siapa aja lo?!" jawabnya santai, karena Jane sendiri tidak merasa terganggu. Meski Jane sudah siap untuk tidur sekalipun, dia akan bangun untuk menerima panggilan Lea.

"Ini tentang Alex."

Aktifitas Jane yang sedang membaca buku kehamilan, terhenti.

"Iya ada apa sama Alex? Eh dia udah bilang belom kalau besok mau ke sini? Gue suruh dia minta ijin ke lo dulu, takutnya lo marah karena biarin Alex masuk kerumah lo tanpa ijin. Gimanapun ini kan masih rumah lo."

"Iya dia udah bilang kok tadi, dan gue udah ngasih dia ijin buat datang ke sana. Gue tahu lo pasti bosen kan, selama ini cuma berdua sama bi Ani aja. Seenggaknya dengan adanya Alex lo gak ngerasa kesepian."

Jawaban Lea ini entah kenapa membuat Jane senang. Sebenarnya dia tidak begitu kesepian bersama bi Ani, tapi tetap saja jika bisa bertemu atau mengobrol dengan teman itu pasti lebih menyenangkan pikirnya.

"Thanks Lea, lo kenapa bisa ngerti banget sih perasaan gue tanpa perlu gue kasih tahu?" seru Jane senang.

"Tahu lah kan gue soulmate lo," celetuk Lea, membuat keduanya tertawa.

"Terus lo mau ngomong apa soal Alex?" tanya Jane kembali pada hal yang ingin di bahas Lea.

"Gue cuma mau kasih tahu aja, kalau sebaiknya lo jangan percaya seratus persen sama dia..."

Jane ingin memotong, tapi Lea dengan cepat melanjutkan perkataannya.

"Gue tahu selama lo kenal Alex dia orang yang baik, dia jadi fans yang sopan dan gak pernah nyinggung privasi lo. Tapi saat ini keadaannya berbeda, lo sedang hamil dan dia fans lo. Gak mungkin kalau dia gak ngerasa kecewa waktu tahu lo hamil. Jadi bukan pilihan yang tepat untuk terlalu percaya sama Alex, apa lagi dia bukan orang sembarangan. Lo bisa lihat berapa banyak orang suruhannya kemarin," terang Lea dengan kehati-hatian.

"Tapi gue juga gak mau jauhin dia Lea, dia pria yang baik!" balas Jane dengan nada yang sedikit merengek.

Lea tersenyum sebentar, "gue gak minta lo jauhin dia kok, gue cuma minta lo hati-hati aja. Dan kalau bisa jangan cerita semua hal ke dia, lo pasti tahu mana yang boleh dan gak boleh untuk di kasih tahu ke dia kan?"

"Iya gue ngerti, gue akan hati-hati!" jawab Jane sambil mengangguk patuh, meski Lea tidak melihatnya.

"Lagi-lagi lo ngingetin gue, mungkin kalo gak ada lo gue pasti jadi cewek yang sering dimanfaatin kali ya. Makasih Lea, entah apa kata makasih yang berkali-kali gue bilang ini cukup untuk ngebales semua kebaikan lo selama ini?" sambungnya.

"Sama-sama Jane. Gue cuma pengen ngelindungi orang yang gue sayang aja, dan kebetulan orangnya itu lo"

Senyum Jane langsung terukir indah, menjadi seseorang yang disayangi seorang gadis seperti Lea, adalah anugrah yang tidak bisa Jane dapat dari orang lain. Bahkan pada kedua orang tuanya sekalipun.

Mendiang neneknya pun hanya memberikan didikan keras padanya yang lemah ini. Tapi itu tidak mengurangi betapa berterima kasihnya Jane, pada sang nenek yang sudah merawatnya sejak kecil. Di saat kedua orang tuanya sibuk dengan keluarga baru mereka masing-masing. Setidaknya didikan keras Neneknya ini bisa membuat Jane berani merantau ke Jakarta, demi bisa bersekolah di SMA Nusantara. Tempat dimana ia bertemu dengan gadis bar-bar seperti Lea.

"Oh iya, katanya Alex juga bakal naruh bodyguard buat jagain lo selama di sana," sambung Lea memberi tahu.

"Ya ampun berasa orang penting gue, pake dijaga bodyguard segala!" timpal Jane.

SCANDAL PROTECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang