Boleh Mengambil Secara Paksa?

Start from the beginning
                                    

"..."

Rexi bergeming sambil merasakan sesak pada dadanya karena permintaan Al.

"Diam berarti, iya," kata Al memutuskan saat melihat Rexi yang terdiam.

Al melirik ke arah Deian.

"Dei, jagain adik gue," kata Al.

"Siap deh!" balas Deian antusias.

"Gue bakalan jagain calon istri gue pastinya," lanjut Deian sambil berbisik pada telinga kanan Al.

Al tersenyum kecut saat mendengarkan penuturan dari Deian, lalu kemudian berjalan keluar apartemen meninggalkan Rexi dan Deian berdua.

***

Al kini duduk di kursi kemudi mobilnya. Kedua matanya menatap apartemen keluarganya dengan tatapan nanar.

Senyuman kecut itu kembali muncul pada bibirnya.

Ting!

Ting!

Ting!

Notifikasi pesan berkali-kali masuk ke dalam ponsel Al. Al melirik ke arah ponselnya untuk melihat, siapa yang sudah spam chat pada nomornya.

Message From Rexi Alexa :
Jangan pulang terlalu malam.

Message From Rexi Alexa :
Gue takut di apart tanpa lo.

Message From Rexi Alexa :
Cepat pulangnya, Al.

Al hanya membaca pesan Rexi dan tak ada sedikitpun niat untuk membalas pesan adik tirinya itu.

Sedangkan, di sisi lain.

Rexi menatap layar ponselnya dengan nanar karena dia melihat kalau Al hanya membaca pesannya tanpa ada balasan sedikitpun.

"Hah! Beneran dia jalan sama Renata?!" tanya Rexi di dalam hatinya tak percaya.

Rexi menundukkan kepalanya dengan sedih, tetapi dia kembali mengangkat pandangannya saat Deian tiba-tiba menyentuh pundaknya.

"Heh! Ngapain lo nunduk? Bengong kayak gitu pula," tanya Deian keheranan.

"Ah ... Enggak apa-apa, kok," jawab Rexi berbohong sambil tersenyum kecil.

"Ah ... Ya udah deh kalau gitu," gumam Deian sambil tersenyum kecil.

Deian menatap Rexi dengan pandangannya yang penuh rasa kagum pada wanita yang sudah berhasil merebut hatinya itu.

"Ah ... Akhirnya gue bisa berduaan sama Rexi!" batin Deian sambil tersenyum dengan begitu lebar.

***

Al berjalan memasuki apartemen keluarganya.

"Rexi! Lo di mana?!" teriak Al sambil mencari-cari keberadaan Rexi.

Seketika mata Al tertuju pada pintu kamar Rexi dan segera mengetuk pintu kamar Rexi

Tok! Tok! Tok!

Tak ada jawaban.

Tok! Tok! Tok!

Sekali lagi, tak ada jawaban dari sang pemilik kamar. Akhirnya Al lebih memilih untuk masuk saja ke kamar adik tirinya itu.

"Anjir ! Coba aja dari tadi gue tahu kalau nih pintu enggak dikunci. Dari tadi aja gue buka!" batin Alvaro kesal terhadap dirinya sendiri, lalu memasuki kamar Rexi dengan pelan

***

Di dalam kamar, terlihat Rexi yang sedang duduk menghadap jendela dengan balutan selimut di semua tubuhnya. Al yang kebingungan mendekati Rexi, lalu duduk di samping Rexi

My BrotherWhere stories live. Discover now