"Lo udah sembuh?" Zera membuka mata sambil memundurkan wajah Gavriel yang dekat dengan wajahnya.

"Udah, kan yang ngerawat Zera."

"ZERAAA! UDAH SIANG! BUATIN ABANG MAKANAN!"

Dug!

"Shit! Sakit Gavriel." Zera mengelus dahinya yang menghantam dahi Gavriel karena kaget mendengar teriakan Bang Rama.

"Lah kamu."

"Makan tuh kamu!"

"Lucu ya kalo panggilnya aku-kamu."

Zera tidak memedulikan segala ucapan Gavriel. Cewek itu mencepol asal rambutnya untuk bergegas turun membuatkan sarapan sang Abang.

"Gavriel mendingan lo pulang aja sekarang."

Gavriel menggeleng, menampilkan wajah sok lemasnya. "Masih lemas, belum dikasih asupan sama kamu."

"NO kamu!"

"Kamu aja Zeraaa...."

"Gelayyyy!!"

Gavriel tertawa, pagi-pagi membuat Zera kesal lucu juga. "Jangan lupa masakin sarapan buat suami ya."

"Mata lo!"

"Kan udah tidur bareng."

"Astaghfirullah, aing darah tinggi yaallah ngadepin maneh."

Gavriel tergelak melihat Zera yang mengelus dadanya sabar. "Lo diem aja disini, nanti gue balik lagi bawa makanan. Jangan kemana-mana! Kalo mau pulang ya monggo Mas."

"Tuh kan udah panggil Mas. Udah fiks jadi istri ini mah."

"Astaghfirullah 33 kali gue."

"Ah sayanggg!"

***

"Kita udah lama gak main sama Zera 'kan? Gimana kalo hari ini kita ajakin Zera ke kafe biasa. Zera pasti seneng tuh." Glen mengangguk setuju mendengar ucapan Arlan. Setelah sibuk dengan urusan masing-masing, kini mereka bisa berkumpul kembali.

Begitu pula dengan Sean yang mengangguk, dirinya juga merindukan Zera. Sudah lama cewek itu tidak ada kabar. Biasanya Zera selalu mengirimi kabar padanya, tapi sekarang sudah jarang.

"Tapi bukannya Zera baru pulang camping? Pasti Zera capek," ujar Sean ada benarnya juga.

"Kita kabarin aja dulu. Kalo Zera nolak ya udah gapapa."

Arlan mengambil ponsel dan mengirimi Zera pesan. Hanya centang dua, belum centang biru. Mungkin Zera memang sedang sibuk atau belum bangun.

Padahal kenyataannya Zera memang sedang sibuk membuat nasi goreng untuk Bang Rama, dirinya, dan juga Gavriel. Untung saja Bang Rama tidak menaruh curiga saat dirinya mengambil banyak nasi dalam satu piring.

"Abang makan yang banyak ya, Zera mau di atas aja. Masih capek."

"Lo makan segitu banyaknya? Saat camping gak dikasih makan, atau makan rumput?"

Zera menggigit bibir bawahnya, namun dilain hatinya merasa kesal tak kala mendengar ucapan Rama. Dikira sapi apa.

"Zera laper, kemarin malam kan gak sempet makan, Zeranya langsung tidur. Jadi paginya kelaparan."

"Rakus, bukan laper." Rama menatap datar ke arah Zera lantas kembali memakan nasi goreng yang dibuat Zera. Rasanya tidak berubah, sama seperti masakan Bundanya. Tunggu dulu, Bunda? Kenapa hati Rama mendadak sesak, seperti ada yang mengganjal.

Pada kenyataannya sebenci apapun anak terhadap orang tua. Pasti akan menyimpan rasa kasih sayang yang disembunyikan.

Rama merasa, ada yang dirinya lupakan. Sesuatu yang amat penting. Tapi apa?

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now