Prolog

52K 3.7K 237
                                    

Sebelum mulai baca, aku minta tolong kalau ada typo pada tulisanku, tandain pake komentar ya. . supaya mempermudah mengoreksi yang salah♡ Karya ini masih belum sempurna, tapi aku harap kalian bisa tinggalkan komentar dan juga vote ><



♡ 𝐻𝑜𝓌 𝓉𝑜 𝑀𝑜𝓋𝑒𝑜𝓃 ♡



       Langit Parahiyangan nampak lebih gelap dari pada siang tadi. Titik-titik air yang mulanya kecil, kini bertambah lebat mengguyur hampir seluruh kota. Sore itu Juanda Albiyan menangis tersedu-sedu sembari memakan cuanki yang nampaknya masih mengepul. 

       Suara dari speaker memutar lagu To The Bone milik Pamungkas, entah karena lagunya sedang viral, atau memang bisa relate dengan keadaanya, yang jelas lagu itu mampu membuat rasa galaunya semakin maksimal.  Sejak tadi Juan terlalu fokus pada dunianya, sampai tak menyadari beberapa penghuni kost yang lain merasa terganggu dengan suara musik yang begitu keras.

       Tadi siang, setelah membeli beberapa buku pengantar untuk kuliah, sang kekasih tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya. Di parkiran Gramed, sembari memegang Ice cream cone McD yang mulai meleleh, Jeno Davian meminta putus dengan alasan terkonyol paling klasik, ingin fokus pada studinya. Hal itu membuat posisi Juan seolah hanyalah pengganggu dalam perkuliahan yang bahkan baru akan dimulai.

       Rencana romansa masa kuliah yang sudah ia susun dengan Jeno di dalamnya, tentu saja menjadi berantakan. Tiga tahun hubungan mereka yang sangat berharga, nyatanya harus berakhir tragis dilembaran baru semester ini. Sebenarnya Juan tak paham apa yang ada di pikiran pria itu, ia merasa hubungannya baik-baik saja selama ini, tetapi tiba-tiba semuanya berakhir, tanpa aba-aba, membuat dirinya tak siap.

       "Juanda!"

       Suara seorang pria terdengar dari luar sana, bersamaan dengan ketukan pada pintu kamar kostnya. Juan bangkit, kemudian membuka pintu yang lansung menampilkan sosok sang sahabat, dengan balutan hoodie coklat, dan celana pendek. Kedua tangannya terlihat sibuk membawa semangkuk cuanki yang masih panas.

       "Minggir, panas nih." pria itu langsung masuk ke kamar Juan, karena sudah tak tahan dengan rasa panas dari mangkuk yang hampir membuat tangannya terbakar.

       Dia Haidar Januar, sahabat dekatnya sejak masih SMP. Pria berkulit kecoklatan itu, kini sudah nyaman duduk bersandar pada tembok, sembari mengaduk cuanki yang ditambah indomie kuah. Sementara itu, Juan memilih kembali ke tempat duduknya  tadi untuk melanjutkan kegiatan santapnya.

       "Jadi beneran putus?" tanya Haidar tiba-tiba, membuat air mata Juan kembali menetes. Rasanya mendengar kata 'putus' membuat syarafnya secara otomatis memproduksi air mata.

       "Jahat banget sumpah." Juan menyeka air matanya kemudian melahap dua siomay sekaligus kedalam mulut, sebelum akhirnya melanjutkan, "When pamungkas said, kalo makan cuanki gabisa pake sambel, tapi kalo udah putus sama kamu, sambelnya 5 sendok." jelas kalimat itu sangat berlebihan.

       "Kapan anying Pamungkas ngomong kitu?"

      Haidar membuang nafas kasar, maniknya menatap Juan yang terlihat kacau, atau mungkin lebih tepatnya 'sudah tak tertolong sama sekali'. Selama ini, Juan selalu terlihat mengagumkan dengan wajah tampan miliknya. Ia tak menyangka, jika fase putus bisa membuat temannya itu sangat mengerikan, pipi dan hidung yang merah, air mata yang menetes, rambut acak-acakan, serta selimut biru motif Elsa frozen yang membungkus badannya.

       "Udah jangan nangis, manusia kaya Jeno tuh banyak di kampus." Haidar menepuk-nepuk bahu Juan pelan, mencoba sedikit menenangkan sang sahabat yang sedang mengalami masa galau.

       "Kata siapa?! nggak ada lagi yang seganteng dia, sebaik dia, semanis dia, sesoft dia, itu tuh gada lagi. Gue maunya cuma Jeno aja."

       "Selama ini mata lo tuh udah ketutup bucin Jeno, makanya ga bisa liat yang lain. Gue jamin banyak yang lebih dari dia, udah jangan nangis, emang dia nangisin lo? orang tadi aja dia pamit mau latihan band, nggak ada tuh gue liat dia galau."

       Kalimat tadi membuat Juan bingung, ia baru tahu fakta yang barusan Haidar sebutkan, "Dia kesini?" tanyanya.

       "Iya, nganterin buku punya lo, katanya ketinggalan di mobilnya. Terus ngambil gitar."

       Juan baru teringat dengan buku yang ia beli memang tertinggal di mobil Jeno. Karena tadi siang setelah Jeno minta putus, ia langsung keluar, dan memilih pulang naik angkot, yang tentu saja membuat dirinya jadi pusat perhatian karena menangis sendirian ditengah padatnya orang, ia sampai melupakan buku-buku kuliah miliknya.

       "Dia latihan band?" 

       "Iya, dia kan direkrut sama band fakultas jadi gitaris. Emang ga cerita?"

       "Dia ga cerita sama gue. Seniat itu kayaknya dia mau putus sama gue Haikuuu."

       "Yaudah jangan dibahas lagi, udah jangan nangis Juan."

       Beberapa jam putus dengan Jeno, rasanya sudah berat. Juan tak bisa membayangkan bagaimana hari-hari berikutnya nanti? pasti tidak mudah. Selama ini ia selalu bersama dengan sosok Jeno, tak pernah terbayangkan akan kehilangan pria itu seperti ini. Apakah ia bisa melakukan semuanya dengan normal setelah ini?




Juanda Albiyan(Fakultas Ekonomi Bisnis)+ Mint Hoodie kebanggan +

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juanda Albiyan
(Fakultas Ekonomi Bisnis)
+ Mint Hoodie kebanggan +


Jeno Davian(Fakultas Kedokteran)+Gitar Kesayangan+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeno Davian
(Fakultas Kedokteran)
+Gitar Kesayangan+

How to Moveon ㅣNOMIN [End]Where stories live. Discover now