32

71 6 5
                                    

4 tahun kemudian

Musim semi kembali, bunga-bunga mulai bermunculan menghiasi pohon. Terik matahari mulai terasa menyengat. Cahaya menyusup kedalam kamar melalui sela gorden yang tidak tertutup rapat.

Langkah cepat dari sepasang kaki mungil terdengar. Kedua tangannya memegang erat satu buket bunga mawar yang di beli saat perjalanan menuju rumah sakit. Mata mungil itu terus menatap bunga di tangannya, dia tidak ingin merusak kecantikan  bunga tersebut.

Dia berjinjit berusaha meraih knop pintu. Tinggi yang belum memadai, membuatnya tidak bisa menggapainya meski sudah berjinjit. Sebuah tangan besar membantunya, pintu terbuka lebar. Anak itu langsung mengambil langkah cepat.

"Papa, Jeje dan uncle datang. Hari ini Jeje membawa bunga mawar, daddy bilang papa sangat menyukai bunga. " Buket bunga itu di ambil alih oleh yang lebih dewasa, dan di tata rapi dalam vas bunga. Menggantikan bunga yang telah mengering.

Anak kecil bernama Jayden yang biasa di panggil -Jeje- berusaha memanjat kursi kemudian duduk di atas ranjang pesakitan papanya. Tangan mungilnya bergerak merapikan anak rambut Elcio yang sedikit berantakan.

"Semalam Jeje bermimpi, papa bangun dan tersenyum. Tapi saat Jeje mencari, papa masih tidur di kasur yang sama. Jeje ingin bermain dengan papa. Kantong mata Daddy terlihat sangat buruk, papa harus bangun dan memarahinya, " Bibir mungil itu mengerucut ke depan. Jayden berharap bunga tidurnya menjadi nyata.

Jantungnya berdegup kencang membayangkan pertemuan pertamanya dengan pria manis yang selalu dia bawai bunga dan ajak bicara tentang hari-harinya. Arjuna menarik kursi, bergabung dengan percakapan kecil itu.

"Cio, lu pasti bangga punya anak sepinter Jayden. Bangun Ci, kita omelin bang Niel yang udah nikah tanpa nungguin lu bangun atau kita omelin papa yang seenak jidatnya jodohin gue sama anak rekan bisnisnya, " Air mata Arjuna keluar dengan sendirinya.

Sudah terlalu lama pemuda manis itu absen dalam hidupnya. Sebenarnya mimpi indah apa yang berhasil menahan si manis agar tidak membuka matanya. Arjuna frustasi, dia ingin sang adik bangun untuk menguatkannya dan memberikannya keberanian agar dapat menolak paksaan sang ayah.

Pintu kembali terbuka, menampilkan sosok jakung Jinendra dengan tulip di tangan. Vas bunga yang di dominasi oleh warna merah itu nampak lebih menarik dengan paduan warna hijau dan juga putih.

Jinendra membawa Jayden ke dalam gendongan. "Ayo kita berangkat ke sekolah, " Serunya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mungil itu.

Meski terlahir di tengah orang tua yang kacau. Bisa di bilang dia adalah kesalahan. Jayden selalu di penuhi dengan senyuman. Dia selalu membawa aura baik. Kecerdasan dan kedewasaannya juga membuat siapapun akan terpana.

Putra yang di gadang sebagai anak Elcio itu menerima banyak cinta dari keluarganya. Walau hingga sekarang belum ada bukti nyata jika anak itu adalah putra kandung Elcio. Bahkan saat lahir, Elena dan Leo menawarkan diri untuk membesarkan bayi tampan itu. Tetapi ditolak mentah-mentah oleh Devan dan juga Dirga. Begitu pula saat Daniel yang telah menikah ingin mengambilnya, guna menjaga reputasi keluarga.

Kedua pemuda yang bahkan belum beranjak dewasa itu memaksa agar dapat membesarkan bayi lucu itu. Seluruh tenaga di kerahkan, keduanya sampai mengikuti kursus merawat bayi. Mereka juga kerja banting tulang untuk memberikan kehidupan yang baik kepada makhluk berlendir itu.

Dunia gelap masih menggerayangi, meski mereka telah berganti profesi menjadi bussinessman. Berkat semua kerja keras, Jayden dapat mengicip kehidupan bergelimang harta. Dia tidak pernah kekurangan apapun, meski begitu tidak membuat kepalanya membesar.

[DISCONTINUE] HOPE ||TreasureWhere stories live. Discover now