30

28 4 0
                                    

Semburat oranye bersatu dengan awan tebal di atas sana. Alunan musik klasik membangun suasana menjadi lebih hidup dan tenang. Di hamparan pantai yang indah berbagai hiasan telah di pasang rapi. Wartawan berkumpul di depan penginapan, seperti harimau lapar.

Penginapan milik Adrian itu telah di isi oleh beberapa tamu undangan. Tentunya tuan rumah juga telah hadir di sana. Tanpa penjagaan berlebih, tidak akan memprovokasi kelompok lain.

Waktu pertemuan hampir tiba, pesta pengangkatan Elcio, Devan, dan Dirga dilaksanakan secara meriah selama dua hari satu malam. Pelayanan kelas atas di berikan. Seluruh tamu undangan di arahkan menuju pantai. Mereka di jamu dengan baik.

Tidak lama kemudian Adrian menampakkan batang hidung. Diikuti Elcio, Devan, dan Dirga yang berjajar rapi di belakang Adrian. Di belakang mereka terdapat Daniel, serta beberapa orang lainnya.

Jubah abu-abu di padu gemerlap emas, membuat ketiganya terlihat lebih berwibawa. Rambut yang di sisir kebelakang membuat mereka tak lagi terlihat seperti anak remaja. Adrian berdiri di atas panggung dengan ketiga pemuda yang telah dia besarkan sebagai putranya.

"Terimakasih untuk para tamu undangan yang telah menyempatkan waktunya menjadi saksi pergantian pemimpin Shadow. Untuk para wartawan saya ucapkan terimakasih banyak atas kerja kerasnya. Di hari yang berbahagia ini saya ingin mengumumkan bahwa mulai detik ini ketiga putra saya akan mengambil posisi saya sebagai pemimpin Shadow. Sumpah telah kami laksanakan secara tertutup. Saya harap semuanya ikut berbahagia dengan keputusan ini. "

Para rekan bisnis Adrian bersorak sorai menatap masa depan Shadow. Sangat menjanjikan meski masih muda. Berbeda dengan ketiga kelompok yang selama ini bertentangan dengan dirinya. Mereka tidak terlihat bahagia.

"Di samping itu, anak terbaik saya. Daniel, akan menjadi penasehat Shadow sekaligus menjadi pendamping ketiga putra saya. " Jelas Adrian.

"Tidak perlu banyak basa-basi lagi. Selamat menikmati pesta ini, kedepannya mari selalu rukun. " Imbuh Adrian yang memicu sorakan bahagia.

Adrian turun dari panggung, begitu pula dengan Elcio, Devan, dan Dirga. Mereka berpencar menjamu tamu dengan sangat ramah. Membicarakan perihal bisnis, dan banyak hal.

"Minjae nuna, " Elcio merangkul seorang wanita blesteran negeri gingseng itu dengan erat. Seluruh rindu menguar, meluap perlahan.

Pemuda itu mendekatkan mulutnya ke telinga Minjae. Kemudian mengedipkan mata kiri kepada Rigel dengan senyum penuh arti. Rigel menggulirkan mata jengah. Sorotnya menajam menuntut penjelasan.

"Ikut gue, " Rigel menarik tangan Elcio dengan kasar. Membawanya menjauh dari keramaian.

Sisi gelap hutan sawit mengeluarkan sisi menyeramkan. Rigel menyandarkan punggungnya sembari bersila tangan. Elcio berdiri tidak jauh, sambil memainkan rantai gelang yang dia kenakan.

"Akhirnya lu milih berkhianat kaya gini? Gue kira lu beda dari yang lain. Ternyata selama ini gue salah, lu sama aja. Cuma ngincer tahta! "

"Orang mana yang ga pengen tahta? Makasih udah nganggep gue kaya adek lu sendiri selama ini, tapi sekarang gue udah ga butuh lu lagi. "

Asap keluar dari kepala Rigel. Tanpa bisa mengendalikan emosi, pria itu mencengkram erat kerah yang lebih muda. Maniknya memerah di sertai air mata yang menggenang di pelupuk.

"Gue tau lu ga bakal ngehianatin gue kaya gini! Tahta? Kalo lu beneran mau, harusnya dulu lu nerima tawaran gue! Gue bukan orang bego, Ci. Gue ga kecewa karena lu berkhianat. Tapi kenapa lu ga bisa jujur sama gue? "

Mata Elcio memincing, pemuda itu mendorong tubuh jakung Rigel hingga menciptakan sedikit jarak. Kepalanya mendongak, menatap remeh yang lebih tua.

[DISCONTINUE] HOPE ||TreasureWhere stories live. Discover now