02

90 21 4
                                    

Mall di penuhi orang berlalu lalang. Tentu saja tempat ini tidak pernah sepi, kecuali saat jam tutup atau baru saja buka. Jika sepi, pemiliknya akan sakit gigi. Mata Elcio berbinar melihat berbagai mainan, boneka, makanan, baju, sepatu, tas, serta aksesoris lainnya.

Di saat seperti ini dia terlihat seperti seorang balita berusia lima tahun. Tanpa sengaja matanya menangkap sebuah boneka snoopy berukuran sedang berada di balik kaca salah satu kios boneka. Daniel dan Jinendra sedang ada urusan pribadi di kamar mandi. Dia bersama Arjuna di suruh jalan-jalan terlebih dahulu, setelah keduanya selesai memenuhi panggilan alam, mereka akan berkumpul di kedai es krim langganan.

Elcio berhenti di depan kios, sementara Arjuna yang sedang berkutat dengan ponsel tidak menyadarinya. Pemuda itu terus berjalan. Beberapa menit setelah itu Elcio memalingkan pandangannya mencari keberadaan Arjuna.

Dia bergegas mempercepat langkahnya sembari memperluas pengelihatan. Dalam beberapa menit saja Arjuna telah lenyap tanpa jejak. Mall tersebut sangat besar. Jika tersesat disini cukup sulit untuk di temukan. Di tambah hari libur, kepadatan bertambah dua kali lipat.

Radar siaga Elcio menyala. Siluet wanita di balut setelan berwarna hitam rapi, lengkap dengan kacamata hitam. Membuat peluhnya berlomba keluar dari pori-pori. Dari sisi lain dia juga mendapati orang dengan pakaian serupa. Pikirannya semakin kalut.

Orang-orang yang dia kenal identitasnya, menyadari keberadaannya. Jarak diantara mereka terkikis. Elcio terpojokkan. Dia sama sekali tidak bisa lari. Pasrah, hanya itu yang dapat dia lakukan sekarang. Kakinya berubah menjadi jelly. Elcio duduk di sebuah sudut minim penerangan. Pemuda itu menyembunyikan wajahnya di perpotongan kaki.

Tanpa bisa di tahan air matanya meluruh begitu saja. Bersiap untuk kemungkinan terburuk. Bukan hanya tertangkap, mungkin selamanya dia tidak akan menemukan jawaban yang selama ini dicari.

Tiba-tiba saja bahunya di angkat oleh seseorang. Elcio mendongakkan kepalanya. Wajah kalut penuh peluh ketika pemuda yang lebih tua membuat air matanya semakin berlomba keluar.

"Bang Juna maaf, tadi Cio tidak sengaja melihat boneka. " Ucapnya di tengah isakkan.

Arjuna mendekap erat tubuh mungil Elcio. Beberapa kali dia mengecup lembut pucuk kepala yang lebih muda. Matanya memerah menahan airmata. Arjuna bukanlah tipe orang yang mudah perduli dengan seseorang, tetapi jika sudah perduli dia akan memberikan segalanya.

"Gue yang salah, " Suara Arjuna bergetar, membayangkan jika Elcio menghilang membuatnya takut. Dia tidak ingin berpisah dan di tinggalkan lagi.

Jinendra menarik tubuh mungil Elcio. Tangannya terangkat menghapus air mata pemuda itu. Matanya bergerak teliti memastikan Elcio tidak terluka. Dia merasa lega menemukan yang lebih muda dalam keadaan baik. Kedua tangannya menangkup pipi Elcio.

"Lain kali pegang tangan abangnya ya," Jinendra mencolek hidung kemerahan Elcio.

Pemuda itu mengangguk patuh. Tangannya terangkat mengusap jejak air mata, sangat memalukan menangis di tempat umum. Mengingat usia serta gendernya. Elcio kembali mengulum senyum menggemaskan. Dia sangat senang ketiga kakaknya datang di saat yang tepat.

"Tadi Cio bilang melihat boneka, Cio mau membeli bonekanya heum? " Tawaran Daniel membuat binar mata Elcio bersinar cerah.

Anak rambutnya ikut bergerak ketika dia menganggukan kepala, penuh semangat. Melupakan kejadian menegangkan, ketiga pemuda lainnya tersenyum melihat tingkah menggemaskan Elcio.

Bahkan ketika tidak melakukan apapun pemuda itu tetap menggemaskan. Menumbuhkan rasa ingin merawatnya dengan baik pada hati ketiga pemuda yang lebih tua.

[DISCONTINUE] HOPE ||TreasureWhere stories live. Discover now