12

24 9 0
                                    

Kicauan burung elang menggelegar kencang, berkali-kali. Suaranya sangat menakutkan, seperti pada adegan film horor. Cahaya berintensitas sedang merambat masuk. Menyusup melalui celah gubuk reyot.

Mimpi indah Elcio terusik oleh sentuhan sarung tangan, seorang pemuda dengan topi hitam yang menutupi setengah wajahnya. Masker senada dia kenakan untuk menutupi bagian hidung hingga dagu.

Mengetahui Elcio akan segera terbangun, pemuda itu segera menjalankan misinya. Sebuah jarum suntik dia keluarkan dari saku jaket kulit berwarna serba hitam. Tangan terampilnya membuka penutup pada jarum suntik. Dia juga mengatur dosisnya dengan cepat.

Elcio mendesis kecil kala merasakan sensasi panas pada lehernya. Seketika kedua matanya terbuka lebar. Tangannya bergerak cepat mencengkram tangan pemuda itu, sebelum berhasil melarikan diri.

Elcio melompat seketika, tubuh lenturnya sedikit menekuk kebawah. Sebelum akhirnya dia dapat berdiri sempurna. Elcio memutar badannya memelintir tangan pemuda itu. Tidak tinggal diam, pemuda itu balas menyerang.

Dia memanfaatkan tangannya yang terbebas. Di sikutnya sekuat tenaga ulu hati Elcio, hingga membuatnya terhuyung kebelakang sambil memegangi bagian bawah tulang dadanya.

Memanfaatkan kesempatan tersebut, Pemuda itu hendak melarikan diri. Sekuat tenaga Elcio menahan rasa sakit yang nyengat pada ulu hatinya. Dengan cekatan, tangannya menarik pemuda itu. Lalu membantingnya ke tanah.

Keduanya berguling di lantai tanah, dan berakhir saat Elcio berhasil duduk di atas perut pemuda itu. Pergerakkan terkunci sempurna, dia tak bisa melakukan perlawanan lagi. Masker dan topeng pemuda itu di buka secara kasar oleh Elcio.

Kedua sudut bibir Elcio terangkat keatas, namun tersirat sorot remeh di matanya.

"Ga usah keras kepala kak, lu ga bakal menang lawan gue. " Tawa remeh Elcio terdengar.

Pemuda bernama Yovin itu meludahi wajah Elcio. Mata elangnya tak kalah tajam dari tatapan Elcio kepadanya.

"Kali ini gue yang bakal menang. " Yovin berkata, penuh penekanan.

Elcio mengusap wajahnya menggunakan lengan baju. Asap mengepul diatas kepala. Pertanda dia marah besar atas penghinaan yang Yovin berikan. Sesaat setelahnya, pukulan brutal mengenai wajah Yovin. Hingga membuat wajah besinya penyok.

"Emang gue salah ngasih kesempatan ke orang kaya lu! Lebih baik lu mati aja sekarang. " Pukulan Elcio mengenai bagian yang bekerja menjalankan motorik robot.

"O-ra-ng na-if ka-ya lu ba-kal te-ru-s di-khi-anat-in, " Ucap Yovin terbata.

Selanjutnya pemuda itu hanya bisa pasrah, karena seluruh sistemnya sebentar lagi rusak total. Pukulan terakhir Elcio menghancurkan pusat sistem Yovin. Kini robot artificial intelligence itu menjadi besi rosokan.

Dada Elcio bergerak naik-turun dengan cepat. Dia menghempaskan diri, duduk di sebelah tubuh tak berdaya mantan asisten kepercayaannya. Air matanya meluruh, mau bagaimanapun dia memiliki banyak kenangan baik dengan Yovin.

Elcio menarik tubuh Yovin keluar. Menggunakan, sebatang kayu pipih dia menggali lubang di sebelah gubuk tersebut. Setelah berjam-jam menggali, akhirnya sebuah lubang cukup dalam terbentuk. Elcio mengambil kartu kecil yang tertanam pada kepala Yovin. Setelah itu Elcio memasukkannya perlahan ke dalam lubang, lalu menguburnya.

Elcio mengambil tas hitam Yovin. Dengan langkah tertatih, dan tangan yang mencengkram erat sebatang kayu kokoh. Dia mulai mengembara tanpa arah. Sembari mempelajari keadaan pada pulau tersebut.

Langit semakin kelam, tengah malam mungkin telah tiba sejak beberapa menit yang lalu. Elcio memutuskan untuk beristirahat di atas dahan pohon yang lumayan tinggi jaraknya dari tanah. Pemuda itu segera memejamkan mata, berharap sengatan di kepala serta perutnya berhenti.

[DISCONTINUE] HOPE ||TreasureWhere stories live. Discover now