Andai ia mendengar kata-kata Jimin. Andai Taehyung memerhatikan peringatan dari Hoseok. Ia tidak akan mengalami sakit hati yang seperti ini.

Taehyung menjatuhkan tubuhnya ke dalam rengkuhan Yoongi. Ia ingin saja menangis meraung-raung dalam dekapan omega itu. Namun, merasa tidak ingin menjadi beban, Taehyung hanya bisa diam sambil menitikkan air mata.

"Taehyung," Yoongi memanggil lagi. Karena Taehyung sudah terlanjur memeluknya, Yoongi akhirnya memberanikan diri untuk membelai kepala sang omega.

"Bisakah kau ceritakan, apa yang membuat Seokjin marah?"

Sejujurnya, Taehyung tidak ingin bicara dulu. Ia ingin diam membiarkan hatinya tenang terlebih dahulu. Namun, Taehyung tahu bahwa ia tidak boleh bertingkah seperti anak kecil. Yoongi sudah cukup repot karena dirinya selama seminggu ini dan Yoongi berhak tahu segalanya.

Lagipula, tidak akan sakit jika Yoongi mengetahuinya karena mereka semua adalah yang tersisa.

Menarik napas susah payah, Taehyung tidak melepaskan Yoongi sama sekali. Ia mengais-ngais rasa tenang dari feromon susu stroberi itu, berharap setidaknya tenang sambil membayangkan dirinya sedang minum susu stroberi.

Kemudian, barulah dia bicara.

"Seokjin menemukan ini saat sedang memandikan aku." Taehyung menyingkap kausnya dan sedikit menurunkan celananya sampai pinggul, menampakkan sebuah tato permanen yang bertuliskan angka 30.

Yoongi melihatnya dengan seksama. Entah mengapa, ini pertama kali Yoongi melihat tato itu. Padahal saat pertama kali Taehyung datang penuh luka ke basemennya, hal pertama yang Yoongi lakukan adalah mencopot pakaiannya agar bisa mengobati dengan mudah.

"Ini adalah tato yang diberikan kepada semua orang yang diberi vaksin oleh dokter kami." Taehyung menjelaskan. "Aku dan semua orang di desaku adalah volunteer, bukan, kami dipaksa untuk menjadi volunteer penanaman vaksin oleh dokter kami di Korea Utara."


***


Jungkook dan Seokjin berhasil naik ke atas tanpa masalah. Gangneung Olympic Park memiliki halaman yang luas sehingga area itu masih tergolong aman dari zombi-zombi acak yang berkeliaran. Jikapun mereka bertemu satu, keduanya lebih tahu untuk jalan pelan-pelan dan tidak mengeluarkan suara apapun.

Tanpa diduga, keduanya memiliki kerja sama yang bagus. Dalam perjalanan menuju garasi di sisi barat taman, bermodalkan satu senapan di tangan masing-masing, Seokjin dan Jungkook melindungi dan menjaga satu sama lain sampai ke tujuan dengan selamat.

"Kau menyimpan kendaraan di sini? Dan semuanya masih berfungsi?" tanya Seokjin takjub.

Garasi yang Jungkook bangun--sepertinya--semulanya merupakan toko merchandise pada acara Olimpiade Musim Dingin beberapa tahun lalu. Seokjin mengingat tempat itu sebagai toko yang sangat besar dan meriah oleh pengunjung. Di dinding masih tersisa sedikit tulisan-tulisan memperingati olimpiade tersebut beserta gambar maskot harimau putih yang membekas dalam ingatan. Stiker-stiker yang melekat di dinding bernuansa warna biru tersebut telah terkelupas banyak dan terhalang debu.

Di tengah-tengah ruang besar itu, terdapat beberapa kendaraan yang membuat Seokjin takjub. Jungkook menyimpan segenap mobil-mobil sedan, yang mungkin ia selamatkan selama 3 tahun terakhir. Kemudian mobil jip, mobil sport, hingga motor ukuran 1200 cc juga nangkring manis di garasi tersebut. Semuanya tidak berada kondisi terlalu baik. Yang terpenting bagi Jungkook adalah fungsi mereka yang setidaknya masih bisa dikendarai.

Terakhir, yang membuat Seokjin berteriak, "Wah!" dengan sangat terpukau, adalah hadirnya sebuah tank milik militer diparkir di sana.

"Kau... kau menyimpan sebuah tank?! Tank tentara? Dengan meriam asli di depannya?!"

[taejin] ZOMBIE.ZIPWhere stories live. Discover now