21. Karma?

77 6 3
                                    

"Lo harus tanggung jawab, Cak! " Anggia mengeluarkan semua kekesalan.

"Tanggung jawab apa? "

Anggia menghapus air matanya, "Gue hamil! Gue gak mau kalo perut udah besar, tapi kita belum sah! "

"Sah? Sah apa, sih? Gue punya istri! " Balas Cakra penuh penekanan.

"Kita bisa nikah siri! "

"Gue gak mau, parah maksa gue buat nikah sama lo! "

"Gak mau? Oke! Kita lihat aja nanti."

"Lo ngancam gue? " Cakra mendekatkan tubuhnya ke arah Anggia, sontak perempuan yang tadi tampak berani kembali merasa takut.

Anggia memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan tajam dari Cakra. Ia tahu bahwa Cakra cukup nekat, bisa saja dirinya pun kehilangan nyawanya karena Cakra.

"Gue hamil, Cak! Kenapa malah gini? Lo yang bilang bakal nikahin gue setelah cerai dari Bestari! "

"Tapi sekarang gue belum cerai, gue ingetin itu! "

"Kita bisa nikah siri! "

"Gue bilang gak mau! Dan anak lo itu belum tentu anak gue! "

Seketika Anggia langsung menampar pipi mulus Cakra, cukup keras hingga mengeluarkan bunyi serta menciptakan warna merah merona di kulit putih itu. Anggia yang tersulut emosi pun tak sadar jika tangannya sudah mendarat di pipi milik kekasihnya itu.

Cakra geram, langsung mendorong kedua bahu Anggia ke tembok.

"Berani ya lo! " Ucapnya penuh penekanan.

Anggia tersedu, "Kok lo jadi kasar begini sih, Cak? Cakra yang lembut ke gue kemana? "

Cakra yang tatapannya tajam kini meneduh, lalu membuang muka tak lagi menatap perempuan yang tengah mengeluarkan air mata. Cakra menjauhkan badannya dan menatap ke arah lain.

"Gue gak bakal nikahin lo, tapi kalo anak itu terbukti anak gue, gue bakal tanggung jawab. Dengan satu syarat, lo tutup mulut masalah ini, dan kalo lo melanggar syarat, gue gak akan lanjutin nafkah buat anak ini. Paham? "

Anggia berpikir sebentar, sampai akhirnya ia mengangguk lemah penuh pasrah, air matanya pun mengalir. Dan Cakra pergi begitu saja.

"Gue minta maaf Bestari, nyesel gue ambil Cakra dari lo! Nyesel gue jadi wanita kedua. Sekarang gue sadar, gue terlihat gak punya harga diri, hidup gue hancur. " Teriaknya setelah kepergian Cakra.

Anggia terduduk rapuh dengan air mata yang terus mengalir, hatinya perih. Ia kira Cakra adalah lelaki yang tepat untuknya, namun ternyata sebaliknya. Huh, ia harus sadar, mana ada lelaki yang tepat saat lelaki itu milik orang lain.

Ia memutar otak, bagaimana caranya agar Cakra mau menikahinya. Bisa dibilang sekarang adalah masa sulit untuknya. Keluarganya pasti akan sangat marah mengetahui dirinya sedang dalam kondisi hamil diluar nikah, ingin mencari pekerjaan pun akan sulit apalagi sekarang ia sedang hamil muda, sedang masa sensitif.

Maka dari itu, hidupnya akan bergantung pada Cakra.

-𝓑𝓑-

Anggia tiba di rumah Bestari, ia berniat meminta bantuan, meskipun ia sebenarnya sedikit malu. Bestari pun kaget saat tahu yang datang adalah madunya.

Bestari mengernyit heran melihat Anggia yang datang ke rumahnya dengan mata sembab. Setelah keduanya duduk, Bestari langsung pada intinya, menanyakan apa tujuan pacar suaminya itu datang.

I FOUND YOU IN DESPAIRWhere stories live. Discover now