Bisa aja Una tiba-tiba marah dan ngebentak orang tanpa alasan, tiba-tiba nangis, dan dia selalu ngerasa nggak aman setiap kali ada diluar disusul sama tangan dan kakinya yang suka gemetar.

Kejadian beberapa tahun lalu emang punya pengaruh yang besar buat Una. Bahkan dulu Una nggak mau ketemu sama laki-laki termasuk Ayahnya sendiri.

"Kata Ayah kamu sakit?" Tanya Jeffri berusaha mencairkan suasana.

"Udah mendingan kok."

"... beneran?"

"Iya, beneran."

"Besok lagi kalau ada apa-apa kabarin aku, ya? biar aku nggak clueless kayak gini."

"... maaf."

"Enggak," Jeffri benerin posisi duduknya, "Kamu nggak salah, aku paham kemarin kamu emang lagi sibuk, jadi wajar kalau nggak sempet kasih kabar. Terus juga pasti masih kaget soal hangga-ah, sorry, aku nggak bakal bahas soal itu lagi."

Jeffri akan selalu mencoba untuk memahami Una. Seenggaknya itu yang bisa Una simpulkan.

Selama beberapa hari ini Jeffri nggak memaksa Una buat bicara sama dia, akhir-akhir ini juga Jeffri nggak berusaha untuk selalu menemui Una. Semua itu dilakuin bukan karena Jeffri nggak peduli, tapi karena Jeffri tau Una butuh waktu buat nerima fakta kalau orang yang buat dia trauma sampai berpikir buat mengakhiri hidupnya, ternyata adik tiri Jeffri, pacarnya.

"Besok aku bakal usahain buat kabarin kamu."

Jeffri senyum, "oke."

"Jeff..."

"Ya?"

Una ngasih kertas post-it. Jeffri sempet bingung awalnya, tambah bingung lagi waktu Una ketawa.

"Kenapa ketawa, Na?"

"Nggak usah nyuruh Cello bikin fotokopian."

Ah, Jeffri ingat sekarang.

Kemarin siang cowok itu beliin Una roti sama susu kotak buat sarapan. Tadinya mau sekalian ditempel kertas post-it biar lucu, tapi ternyata anak-anak kosan nggak ada yang punya. Mau ke fotokopi, tapi kalo pagi-pagi kan belum ada yang buka.

Dengan ide cerdik nya Ucan yang pagi itu lagi siap-siap mau ke sekolah langsung nyamperin Jeffri dan ngeluarin selembar kertas ulangan kimia yang diatasnya tertera angka 50.

"Pake ini aja, Bang. Sekalian buang ya udahannya, soalnya Ucan bingung kalo disimpen di rumah terus diliat sama Bunda yang ada uang jajan Ucan dipotong."

Yaudah karena pagi itu semua penghuni kosan lagi pada sibuk sama urusannya masing-masing sehingga rasanya nggak memungkinkan buat Jeffri nanya, "woy, ada yang punya kertas post it, nggak?" jadilah dia menyobek sebagian kecil kertas ulangan itu dan nulis beberapa kalimat.

'Na, jangan lupa dimakan, ya. Kalo kurang telfon aku aja, ntar aku beliin lagi. Terus... duh, gimana ya bilangnya. Ini karena anak kosan miskin kertas post-it jadi pake kertas ulangannya Ucan aja gapapa, ya? Besok deh aku suruh Cello bikin fotokopian biar aku nggak usah pake kertas ulangannya Ucan lagi.'

Jeffri nggak tau aja, waktu baca itu Una dibuat senyum-senyum sendiri dan hampir dikira gila sama orang-orang.

"Tapi udah terlanjur bilang, gimana dong?"

"Yah, kasian Cello dong?"

"Na, Cello orangnya dermawan. Jangaknan minta dibikinin fotokopian, kamu minta dibikinin seribu candi dalam semalam juga kayaknya dia jabanin."

"Hahahaha bener-bener ya, kamu."

"Serius, Na! inget, nggak, dulu dia pernah melihara harimau di halaman belakang kosan?"

21:00, jaehyun.Where stories live. Discover now