18. I'll Do Anything for You

1.7K 270 12
                                    

          "Sakura ...."

Sasuke berjalan mendekat ke arah Sakura. Dia mengambil nampan yang dipegang oleh perempuan itu, lalu menaruhnya ke atas meja. Tangannya terulur, membawa Sakura untuk duduk di sofa.

Sakura masih terlihat diam. Dia tersentak saat merasakan sebuah tangan menggenggam kedua pipinya. Mata hijaunya menangkap wajah Sasuke yang berada di hadapannya, cukup dekat.

"Sakura ... tenang saja," Sasuke berujar dengan suara beratnya. Ia menatap ke dalam hamparan rumput hijau itu. "Kau tidak perlu khawatir. Aku yang akan mengurus semuanya."

Perlahan, gumpalan air mata bergumpul di mata Sakura. Isakkan kecil perlahan keluar, "A-aku ... aku bahkan tidak tahu apa salahku, Sasuke."

Sasuke membawa perempuan itu ke dalam dekapannya, membuat tangis yang Sakura tahan sejak tadi akhirnya luruh juga. Dia menggeram dalam hati. Siapapun paparazzi yang telah menyebarkan foto dan gosip menjijikkan tersebut, dia tidak akan bisa lolos dari kejaran Sasuke.

Beberapa menit kemudian, tangis Sakura perlahan mereda. Dia meletakkan tangan di atas dada Sasuke yang basah terkena air matanya, "Maaf ... kau ... aku membuat pakaianmu kotor."

"Hn, tidak masalah."

Sebenarnya, Sakura ingin melepas pelukan itu. Tapi, tangan Sasuke masih bertengger di pinggangnya—seolah laki-laki ini tidak mau melepas pelukannya. Dia menunduk, tangisnya sudah berhenti total, namun sekarang dirinya justru merasa malu. Dapat dirasakan oleh Sakura tatapan lekat yang diberikan Sasuke.

"Mmm, itu ... anu ... Sasuke ... bisa dilepas? Aku sudah tidak apa-apa."

Seakan baru menyadari perbuatan yang dilakukannya, Sasuke dengan kikuk melepas pelukan Sakura. Pria itu menggaruk belakang kepalanya, yang Sakura yakini bahwa sebenarnya Sasuke sedang tidak merasa gatal.

Mereka kini duduk bersebelahan, ada sedikit jarak di antara keduanya, sekitar dua jengkal. Suasana di ruangan itu berubah menjadi sedikit canggung. Masih belum ada yang mau membuka mulut, hingga akhirnya Sakura memutuskan untuk memecahkan keheningan ini.

Dia bangkit dari sofa, berdehem sekali, "A-aku ke dapur dahulu. Sarapan yang di meja harus kau makan, agar efek mabuknya berkurang. Kau makan di sini, aku sarapan di meja makan saja," lalu dengan secepat kilat Sakura pergi dari sana. Sasuke bahkan sampai cengo mendengar ucapan Sakura yang sudah seperti seorang rapper.

Mata hitamnya dapat menangkap muka merah Sakura, sebelum perempuan itu pergi. Ia terkekeh kecil. Ada-ada saja kelakuannya ketika merasa malu. Sangat menggemaskan.

Namun beberapa detik setelahnya, ekspresi Sasuke kembali datar. Ia harus segera menghubungi Kakashi, dan membuat perhitungan dengan paparazzi sialan itu.
    
     
    
    
   

***
    
    
   
   
   

          Setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan pagi, Sasuke langsung pamit untuk pergi ke kamar apartment sebelah milik Kakashi. Sementara itu, Sakura hanya berdiam diri di kamarnya, tidak tahu harus melakukan apa. Dia ingin pergi ke rumah Ino, namun situasi saat ini belum kondusif. Terlalu riskan untuknya pergi berjalan-jalan di luar sekarang. Sakura juga terlalu malas untuk menonton televisi semenjak kejadian tadi terjadi. Duduk di sofa itu ... membuat skenario pelukan Sasuke terus terngiang di kepalanya.

Kejadian itu terlalu berbahaya untuk Sakura ingat. Pipinya ini terlalu mandiri untuk membuat warna sendiri, seluruh wajahnya bahkan terlihat seperti kepiting rebus yang baru di angkat dari panci. Jujur saja, Sakura tidak tahu mengapa dia bertingkah seperti ini. Seperti seorang remaja yang sedang dilanda mabuk cinta. Sangat bukan—tunggu sebentar ... apa itu tadi? Remaja yang sedang di mabuk cinta?

ANTI-FAN! [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن