33. MASA LALU 3

328 49 0
                                    

Setahun sudah berlalu, pertemanan antara dua bocah itu masih terjalin baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setahun sudah berlalu, pertemanan antara dua bocah itu masih terjalin baik. Bahkan Kenric sudah tahu bagaimana hancurnya hubungan Reana dengan ibunya. Kenric selalu siap jadi tempat sandaran kala Reana letih.

Malam itu Reana lagi-lagi habis menangis. Gadis kecil itu tadi bercerita tentang masalahnya dengan isak tangis tak henti-henti.

Hingga akhirnya gadis itu tertidur di sampingnya. Anak lelaki yang tidur di sebelah gadis itu menatapnya lekat. Kasian, pikirnya.

Reana yang mempunyai kepribadian ceria dan asik, ternyata punya masalah yang berat. Bahkan Reana masih kecil, dan gadis itu harus menerima kenyataan kalau ibunya tak menganggap Reana.

Kenric mengelus rambut Reana lembut. "Kamu kuat, Ann," katanya.

Saat menatap gadis itu yang tertidur pulas, perlahan ada setitik rasa bersalah di hatinya.

Kenric menghela nafas. Menatap ke langit-langit ruangan VIP-nya. "Maaf, Ann. Kayaknya aku nggak bisa selalu ada buat kamu. Sebab..." Kenric tak bisa melanjutkan kalimatnya. Kisahnya serasa kelu. "Beberapa hari kedepan aku bakal pergi ke luar negeri buat pengobatan. Maaf, Ann. Maaf."

Ya, Kenric akan pergi. Pergi ke AS untuk melakukan pengobatan lebih. Dan hal ini juga demi Reana.

"Ma... Kenric nggak mau pergi!"

"Kamu harus pergi sayang. Biar kamu cepat sembuh, ya?" bujuk Bunda Acika.

"Kenric mau di Indonesia aja, Bunda! Kenric nggak mau ninggalin Reana! Kenric mau di sini aja pokoknya! Bunda pasti ngerti, kan?" Kenric terus menolak untuk melakukan pengobatan di luar negeri.

Bunda Acika menatap putranya bingung. Kenric terus menatap Bunda Acika dengan tatapan memohon.

"Ya, Bunda? Kenric di sini aja, ya?"

Acika menghela nafas pelan. Lalu menggeleng. "Tetap tidak bisa."

"Tapi Reana gimana?"

"Kalau Kenric masih mau main sama Reana terus. Kenric harus sehat dulu. Dan satu caranya yaitu berobat di luar negeri. Kenric masih mau, kan, main sama Reana?" Kenric nampak mengangguk pelan.

Acika mengelus kepala Kenric dengan sayang. "Jadi gimana? Kenric setuju buat berobat lebih?"

Kenric menatap Acika dan mengangguk tegas.

Semua keputusan ini Kenric terima untuk kebaikan Reana. Ia masih ingin bermain dengan Reana. Bermain layaknya anak-anak di luar sana; pergi sekolah bersama, bermain di taman, main petak umpet, membeli jajanan enak, dll.

Melihat itu membuat Acika bernafas lega. Acika memeluk Kenric dengan kasih sayang. Acika harap setelah berobat di luar negeri nanti, keadaan Kenric lebih baik dari pada sekarang.

"Bunda sayang sama kamu," gumam Acika.

"Kenric juga, Bunda."

Setetes air mata lolos dari pelupuk matanya. Kenric tak tega meninggalkan teman satunya ini sendirian. Apakah nanti Reana akan baik-baik saja begitu dia pergi? Apakah Reana akan punya teman yang lebih baik dari dirinya? Apakah nanti setelah kembali Reana akan melupakannya?

Kenric menoleh. Menatap Reana yang tertidur pulas. "Jangan lupain Erik, ya, Ann," katanya.

***

Beberapa hari ini Reana tidak menemui Kenric di sebabkan banyaknya les yang harus dia ikuti. Sungguh, Reana tak pernah semangat begitu pergi les. Karena di pikirannya penuh dengan sahabatnya, Kenric. Dia begitu merindukan anak laki-laki yang cengeng itu.

Diam-diam setelah pulang dari les, Reana meminta sopir untuk mengantar ke rumah sakit dimana Kenric di rawat.

Awalnya sang sopir menolak karena hari sudah malam dan Reana harus pulang begitu selesai les. Tapi Reana tetap tidak mau pulang. Dia bahkan mengancam pak sopir jika dia tidak di bawa ke tempat sahabatnya, Reana pastikan dirinya esok akan bolos diam-diam dari tempat les.

Mendengar itu membuat pak sopir terpaksa mengiyakan permintaan Reana.

Tapi begitu sampai di ruangan Kenric, ruangan itu sudah sepi. Untung saja ada suster yang baru selesai membereskan ruangan.

"Sus, teman Ann kemana, ya?" tanya Reana pada perawat yang sedikit dia kenal.

Suster itu berjongkok. "Lho, kamu nggak di kasih tahu? Kenric, kan, mau pergi berobat ke luar negeri. Dia baru saja tadi keluar dari ruangan." Ucapan suster itu membuat Reana kaget.

"Berobat ke luar negeri?"

"Iya."

Gadis kecil itu sontak langsung membalikkan badan dan beranjak pergi dari sana. Ia yakin Kenric tidak jauh dari rumah sakit.

Dan benar saja, di parkiran nampak Kenric yang sudah masuk ke sebuah mobil mewah.

"ERIKKK!!!!"

"ERIKK TUNGGU, ANN!!!!"

"KENRICCCC... HIKSS.... KENRIC!!!!"

gadis itu terus mengejar mobil yang sudah melaju pergi.

"NON REANA!!!!" pekik sopir mengejar Reana yang tak mau berhenti berlari.

"KENRICCCCC... HIKSS... JANGAN PERGIII!!!!"

Di lain sisi, Kenric bisa mendengar teriakan sahabatnya yang terus memanggil dirinya.

"Maaf, Ann. Maaf. Aku janji akan datang lagi buat ketemu kamu," batin Kenric.

"NON AWASSS!!!" pekik Pak sopir histeris.

BRAK!

Saat itu juga terjadi kemacetan besar di jalan raya depan rumah sakit. Banyak orang yang mulai berkumpul dan kasian melihat seorang anak tersungkur dengan darah yang sedikit demi sedikit mengalir dari kepalanya.

Reana masih dalam kesadaran sedikit saat itu. "E-erik...," lirihnya.

"Astaga! Cepat bawa ke dalam rumah sakit di sana!"

"Panggil seseorang!"

"Cepat bantu anak itu!"

"Wah ada apa. Ada apa?"

"Kasian sekali anak itu."

Bisik demi bisikan Reana dengar. Sampai akhirnya dia tak sadarkan diri.

***

Ada yang kangen?

Kenapa sih masih mau baca cerita ini?

Menurut kalian bagus g ceritanya?

Seperti biasa jangan lupa untuk vote dan komen. Sekalian share ke temen-temen kalian biar ikutan ngerasain sensasi baca cerita ini.

Beautiful Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang