12. It's okay?

673 73 2
                                    

Reana POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reana POV

Aku sempat pamit kepada Adara setelah

makan berdua di kantin tadi. Kini diriku mencoba memberanikan diri untuk mengunjungi kelas Kenric.

Aku berhenti di suatu kelas yang letaknya di sebrang kelasku. "Ini bukan, sih?"

Sudah pasti ini kelas Kenric.

Aku memberanikan diri untuk menengoknya ke dalam. Tapi saat masuk aku tidak melibat keberadaan Kenric.

"Dia kemana?" tanyaku.

Seorang siswi lewat, tapi buru-buru aku cegah. "A-anu.. permisi, aku mau nanya, Kenric kemana, ya?"

"Tadi dia keluar kelas saat guru lagi gak ngajar. Terus balik lagi, tapi dia pingsan begitu sampai di depan pintu," jelas siswi itu dengan tatapan yang sama sekali tidak memancarkan kebohongan.

Kenric pingsan?

Tapi kenapa bisa?

Apa dia kelelahan? Atau dia sakit?

"Sekarang dia dimana?" tanyaku.

"Dia di bawa pulang sama anak cowok yang katanya dia sepupu Kenric."

Aku mengangguk. "Makasih, ya."

Sampai di kelas pun aku masih terpikirkan oleh sosok Kenric. Apa cowok itu benar baik-baik saja?

Ah, sial! Kenapa aku tidak pernah bertanya pada Kenric tentang dimana dia tinggal. Kalau begini caranya bagaimana aku bisa menjenguk Kenric? Tentu saja tidak bisa.

"REANA!!!"

Lamunanku buyar begitu mendengar seseorang berteriak. Ternyata guru yang sedang mengajar sedang menegurku, sepertinya alasannya karena aku melamun.

"Kamu jangan melamun! Perhatikan pelajaran yang ibu terangkan!" ujarnya. Aku pun mengangguk.

Hah, aku benar-benar khawatir dengan keadaan Kenric. Sekarang apa yang harus aku lakukan?

***

Saat bunyi bel pulang aku buru-buru menuju loker. Menunggu semua orang pergi dari koridor di sekitarku. Aku tidak mau satu orang tahu kalau aku membawa helm Rigel.

Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Sepertinya aku sudah menunggu lebih dari satu jam. Dan yang pasti, sekolah sudah lumayan sepi. Buru-buru aku membuka lokerku dan mengambil helm Rigel, lalu aku memakainya.

Saat sampai di parkiran, aku melihat Rigel yang sudah menatapku dengan tajam. Aish! Dia seperti singa yang kelaparan. Aku mencoba melangkah lebih dekat lagi ke arah Rigel dengan jantung yang ketakutan setengah mati.

"Dari mana aja lo?" tanya Rigel dengan suara ketus.

"A-anu... Tadi nunggu anak-anak pergi. Kan, nggak lucu kalau mereka semua tahu gue nyimpen helm lo di loker," jelasku.

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now