17. Tak ada bintang

568 63 7
                                    

Author POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author POV

Rigel keluar dengan jaket hitam kesayangannya. Dia menuruni anak tangga dengan santai. Jari-jarinya memainkan kunci motor kesayangannya. Oh ya, kalian belum kenalan dengan motor kesayangan Rigel, kan? Kalau begitu mari kenalan. Namanya Angkasa. Aneh menang namanya. Tapi kata Rigel, motornya itu sudah seperti semestanya, jadi dia beri nama Angkasa saja.

Rigel memberhentikan langkahnya begitu melihat Wisnu di hadapannya. Canggung dan bingung.

Hubungan mereka sama sekali tidak dekat. Tapi kalau hubungan Rigel dengan ibunya, dia lumayan dekat. Jika untuk Wisnu... Kemungkinan tak akan ada kata dekat untuk mereka.

"Mau kemana kamu malam-malam begini?" tanya Wisnu sambil mengaduk kopi yang dia pegang.

"Biasa," jawab Rigel seadanya.

Cowok itu langsung melangkah melewati ayahnya begitu saja tanpa mau memberikan kata basa-basi lainnya. Bahkan untuk berpamitan saja Rigel tak sudi.

Biar saja orang-orang berkata kalau dirinya anak durhaka. Toh, dia memang begitu di mata orang tua Rigel. Hanya menjadi beban. Dan begitu Rigel memberontak sedikit, dia selalu dikatai tidak becus. Memang tak becus, Rigel akui itu. Rigel muak dengan semuanya.

Kenapa dia harus di lahirkan ke dunia jika hanya menuruti semua permintaan orang tuanya? Memangnya dia robot?

"Kalau kamu sampai buka pintu, Papa nggak segan-segan buat ngusir kamu saat itu juga!" ujar Wisnu begitu santai. Tapi kata-katanya penuh penekanan.

Rigel mendengus sinis. Senyum miringnya nampak begitu jelas. Dia menatap Wisnu dengan mata yang menantang. "Oke!"

Rigel begitu nekat, dia membuka pintu dengan begitu lebar agar ayahnya itu bisa melihat perbuatannya.

"Rigel!" teriak Wisnu begitu emosi.

Tapi Rigel tidak peduli.

"Kenapa, Pa? Ada apa?" Pita-Mama Rigel-datang ke ruang tengah dengan raut yang bingung.

"Lihat anakmu! Di suruh jangan buka pintu, tetap saja tidak mau dengar. Memang dasar anak nggak becus! Selalu saja melawan apa yang orang tua bilang!" ujar Wisnu.

"Kalau sudah tahu anak kalian tidak becus dan tidak berguna. Kenapa tidak kalian buang saja?" tanya Rigel samtai.

"RIGEL!!!" pekik Pita.

"Kenapa, Ma? Bukankah itu yang harusnya kalian lakukan biar terbebas dari beban yang begitu besar? Bukankah anakmu ini beban selama ini karena nggak bisa mencapai semua impian kalian?" Rigel mengalihkan pandangan secepatnya. Air matanya hampir runtuh saat itu.

"Nggak gitu sayang." Pita mendekat ke Rigel dan menangkup wajah putranya begitu lembut.

"Yasudah kalau itu mau-mu. Mulai sekarang jangan pulang lagi ke rumah! Seterah kamu mau tinggal dimana! Saya nggak peduli!" ucap Wisnu begitu tega.

Beautiful Girl [END]Where stories live. Discover now