42- Ungkapan Palsu

39 4 0
                                    

Kesepian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kesepian. Itulah yang Sella rasakan saat di kelas. Beberapa anak menatapnya dengan berbisik dengan teman mereka yang lainnya. Sella bersikap bodo amat karena memang ia sudah tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan tentangnya dan masalah kedua sahabatnya itu.

Guru Bimbingan Konseling datang ketika bel baru saja di bunyikan. Guru yang satu itu memang sangat rajin datang lebih awal dari perkiraan semua siswanya.

Beberapa anak berhamburan ke tempatnya masing-masing saat Bu Dewi, selaku guru BK itu masuk ke dalam kelas Sella. Sella duduk sendirian di pojokan. Biasanya ada Thea yang duduk di belakangnya, sementara Rwin duduk di sampingnya.

Tetapi, saat Sella menoleh ke samping dan belakangnya, tidak ada siapapun di sana. Hanya dua bangku kosont di belakang, dan satu bangku kosong di sampingnya. Sella nampak menghela napas gusar saat ia menyadari bahwa kedua sahabatnya tidak akan datang.

"Selamat pagi semua," sapa Bu Dewi. Ia berdiri di depan papan tulis dengan gaya yang anggun. Meskipun keanggunannya kadang tertutupi oleh sifatnya yang keras. Ya, wajar, dia kan guru BK.

"Pagi, Bu," jawab murid dengan serempak.

Bu Dewi tersenyum. Lalu pandangannya teralihkan dengan Sella yang hanya diam saja dengan wajah yang sedikit di tekuk. Membuat semua murid lainnya ikut menoleh ke arah mana mata Bu Dewi terfokuskan.

"Apa yang sudah terjadi salah kamu kan Sella? Atau ada orang lain di balik tersebarnya aib Rwin dan Thea?" tanya Bu Dewi mencibir. Itulah yang kadang tidak di sukai murid dan bahkan guru di SMA Cakrawala.

Sella menoleh muak, "maksud Ibu apa?" Sella berbalik bertanya tidak terima. Bu Dewi memang selalu saja membawa sifat jeleknya itu ketika ingin mengajar.

"Pagi-pagi sekali, Rwin dan Thea datang ke sekolah. Mereka mengundurkan diri dari sekolah. Mereka keluar dari sekolah kita karena aib mereka yang sudah tersebar di sekolah."

"Ibu tahu Rwin dan Thea sahabat kamu. Tapi, Ibu bingung dan nggak habis pikir kenapa kamu berlaku buruk sama mereka," lanjut Bu Dewi.

Sella mendesis pelan, ia tidak paham dengan Bu Dewi. Jika di lawan juga tidak ada gunanya. Karena Bu Dewi tidak akan membiarkan dirinya kalah telak dengan anak muridnya.

Sella memutar bola matanya malas, "bu Dewi, saya kasih tahu sama Ibu, kalau ini urusan Pribadi saya dengan mereka dan dengan orang yang sebar aib itu. Kalau Bu Dewi terlanjur berpikir kalau itu adalah ulah saya, mungkin emang itu pilihan Bu Dewi."

"Toh, saya mengelak juga nggak akan pernah benar di mata orang yang memandang saya buruk," lanjut Sella dengan tenang sembari tersenyum.

Bu Dewi bungkam. Ia menatap Sella dengan tidak suka. Sementara Sella hanya membalas itu dengan senyuman menang karena berhasil membuat mulut Bu Dewi yang asal ceplas itu menjadi diam.

🌙🌙

Suster masuk ke dalam kamar rawat Ari. Sebenarnya Ari sudah di perbolehkan untuk di rawat di rumah. Tapi Janu tidak menyetujuinya dan memilih Ari untuk tetap di rawat di rumah sakit. Membuat Ari terus saja menatap Janu yang tengah duduk di sofa khusus itu sambil bermain ponsel dan menyilangkan tangannya itu.

"Mas, apa mau Masnya aja yang suapin pacarnya?" tanya Suster.

Janu dan Ari saling bertatapan satu sama lain. Saat Ari menyadari Janu menatapnya juga, Ari langsung mengalihkan pandangannya tidak ingin melihat Janu. Sementara Janu menatap sang Suster yang kebingungan karena keduanya mendadak diam.

"Taruh aja, Sus. Pacar saya masih kenyang katanya," balas Janu asal.

"Oh. Saya belum melihat pasien makan. Darimana Mas tahu pacarnya sudah kenyang?"

"Eum ituㅡsaya pake telepati sama pacar saya. Kita tuh antimainstream, Sus."

"Oh begitu ya. Kalau begitu saya permisi. Selamat makan dan semoga cepat sembuh ya, Mba," ucap Suster itu pada Ari. Lalu pergi.

Ari menoleh ke arah Janu yang berdiri dan mengaduk-aduk bubur yang di bawakan Suster tadi. Melihat bubur itu saja sudah membuat Ari mual. Tidak ada pelengkap sama sekali di atas bubur itu. Hanya warna putih bubur yang pucat dan tidak enak di lihat.

"Makan dulu nih," titah Janu.

Ari terlihat jengkel, "gue lagi demam. Masa makan sendiri."

"Apa hubungannya?"

"Ya ada lah!"

"Bilang aja minta di suapin! Gitu aja gengsi."

"Cih!" sebal Ari.

Janu menarik kursi lalu duduk. Ia mengaduk kembali bubur yang sudah ia aduk dari tadi. Ari sedikit mengintip makanan itu. Rasanya sangat mual ketika Ari membayangkan bubur itu masuk ke dalam kerongkongannya.

Tetapi yang membuat Ari heran, Janu justru mengeluarkan sesuatu dari kantung kresek yang ada di meja dekat brankar. Melihat hal itu, membuat Ari sedikit terkejut saat melihat Janu mulai menuangkannya ke dalam bubur.

"Kak Januㅡmasih ingat gue suka bubur pake kecap?" tanya Ari.

Janu menoleh setelah selesai menuangkan kecap. Ia menaruh kecap itu dan mengaduk bubur itu kembali. Ia mengambil satu sendok dan menyuapinya pada Ari. Ari membuka mulutnya ketika tahu bubur itu sudah di campur dengan kecap.

"Apa sih yang gue lupa. Gue ingat."

Ari tersenyum, "gue kira lo melupakan semua masa lalu kita."

"Gue nggak akan lupakan itu mulai sekarang," ucap Janu. Membuat Ari langsung mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Maksud Kaka?"

Janu menghela napas. Pria itu menatap Ari dengan detail. Membuat Ari sedikit meneguk ludahnya karena tatapan Janu sangat berbeda sekarang ini. Lebih di herankan lagi oleh Ari ketika Janu menaruh makanan itu di meja, dan berdiri.

Janu mengecup kening Ari. Membuat mata Ari membulat sempurna dan tubuhnya mendadak kaku. Sementara Janu hanya tersenyum setelah mengecup kening Ari.

"Karena gue, sayang sama lo," ucap Janu.

Deg!

Jantung Ari seperti berhenti berdetak saat mendengar pernyataan dari Janu. Mata mereka saling bertatapan satu sama lain. Membuat Ari kembali meneguk ludah dan berusaha tidak salah tingkah dengan itu.

"Udah. Sekarang abisin buburnya. Setelah ini kita pulang. Gue tahu kalau lo nggak suka berlama-lama di rumah sakit. Makanya gue ubah keputusan gue untuk rawat inap."

"Iya, Kak." Ari masih tidak menyangka kalau Janu akan mengatakan hal itu kepada Ari. Ntah itu tulus ataukah tidak.

"Setelah perkataan gue ini. Lo akan terus kepikiran, sampai akhirnya lo mengakui kalau lo juga menyayangi gue, Ri. Tapiㅡmaaf, itu semua kebohongan," batin Janu sambil melihat Ari yang hanya menunduk.

🌙🌙🌙

JanuAri [COMPLETE]✔Where stories live. Discover now