Part 30 || SM

289 34 21
                                    

"Kerumah sakit sekarang! Abbas kecelakaan parah!"

"Astagfirullah! Yang bener, Umma? Rumah sakit mana? Hajar ke sana sekarang."

"Rumah sakit Sari Mulia, Nak. Cepet ke sini!"

"Iya, Umma. Tenang. Tapi, ini Hajar gimana berangkat? Kan mobilnya sama Umma."

"Minta anterin Fathur aja, Nak. Ya, telfon dia ya. Umma tunggu."

Umma pun memutuskan sambungan sepihak. Dan menunggu Abbas sembari menautkan jemari beliau, khawatir.

"A-Abbas, mau ket- ketemu, mama Ren-Renatha ... Umma ..."

Umma teringat ucapan Abbas beberapa menit yang lalu.

Yang mana, suara itu membuat Umma sesak.
Bagaimana, ia bisa mempertemukan Renatha dan Abbas?

Bagaimana ia bisa menghubungi Renatha, kalau nomor telepon Renatha juga tidak aktif?

***

30 menit kemudian ...

Hajar datang di iringi dengan Fathur. Mereka segera menghampiri Umma.

"Gimana Abbas, Umma?" tanya Hajar risau, sambil memeluk Umma dari samping.

"Masih di periksa, Nak. Lama banget, udah setengah jam Umma nunggu." Kata beliau khawatir.

"Umma, yang sabar ya. Kita doa sama-sama. Abbas baik-baik aja kok, Insyaallah." Ucap Hajar menenangkan.

Umma diam, tak menjawab. Beliau masih khawatir akan keadaan Abbas.

"Baju Umma kotor banget, ganti baju, ya, Umma." Kata Hajar lembut.

Umma hanya menggeleng tidak mau. Beliau masih khawatir dengan keadaan Abbas, karena sudah 30 menit, dokter tak kunjung keluar.

"Umma takut terjadi apa-apa sama Abbas. Umma nggak mau kehilangan Abbas. Umma nggak mau ..." Lirih Umma lalu menangis kembali.

Hajar diam, dan ia pun memeluk Umma dengan hangat. Dan mengusap punggung beliau dengan lembut.

Fathur hanya diam sedari tadi, menyaksikan semuanya. Sepertinya, Abbas adalah bagian penting dari keluarga Hajar.

Dan sepertinya, Umma sangat menyayangi Abbas.

Fathur hanya menghela napas pelan, lalu duduk, sambil menunggu dokter keluar.

Padahal, baru saja tadi siang ia bertemu dengan Abbas. Dan sangat terlihat, bahwa wajah Abbas seperti sinis padanya.

Ya, Fathur tahu, bahwa Abbas adalah orang yang dingin. Tetapi, sifat dingin Abbas berbeda. Seperti, ada kemarahan, setiap kali Fathur ada di hadapannya.

Setiap kali, Fathur ingin berbincang ringan, berniat agar lebih mengenal Abbas. Hasilnya nihil, Abbas selalu menjauh darinya.

Apakah, Abbas marah padanya?
Tapi, apa yang membuat Abbas marah padanya?
Apa alasannya?

"Umma, bentar ya, aku telfon temen-temennya Abbas dulu." Kata Hajar dengan lembut.

Umma hanya mengangguk pelan, lalu duduk dengan seperti semula.

Hajar pun berdiri, dan berjalan beberapa langkah. Setelah itu, ia pun menelfon salah satu teman Abbas, Fernan.

"Assalamualaikum, Fer. Bisa ke rumah sakit nggak sekarang?"

"...."

"Abbas kecelakaan parah, dan aku mau, kamu dan yang lainnya kesini jenguk Abbas."

"...."

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang