Part 28 || SM

223 26 44
                                    

Kampus

"WIDIH! kemana aja lu kemaren? Tumben banget lo cuti." Kata Aldo sambil duduk di meja Abbas yang baru saja sampai di lokal.

"Sibuk." Jawab Abbas singkat.

"Masa sehh?" goda Aldo dengan wajah yang menyebalkan serta bibir yang di monyong-monyongkan.

Abbas memutar bolamatanya malas, berdebat dengan Aldo tak akan ada habisnya. Kalaupun habis, endingnya tetap Aldo yang kalah.

"Eh, Bas? Lu tau nggak, itu si Hajar dia sama cow-

"Tau." Potong Abbas, sambil membuka laptopnya.

"Lah? elu tau darimana?"

"Kasyaf."

"HAHAHA!" Aldo tertawa keras. Abbas mengerutkan kening, tak lucu sama sekali, kenapa tertawa?

Aldo mulai menetralkan tawanya, "Coba, kalau lo kasyaf. Tebak, tadi gue mandi pakai sabun apa?"

Abbas bangkit dari duduknya, "Lifeboy." Jawabnya asal, lalu pergi dari lokal sambil membawa laptop, meninggalkan Aldo.

"Lah? bener. Beneran kasyaf tuh anak?"

***

Abbas sampai di perpustakaan. Ia pun duduk, sambil mengerjakan tugasnya.

Ketika sedang mengetik, mata Abbas terlirik pada dua orang yang sedang berbincang di salah satu kursi perpustakaan.

Abbas memutar bolamatanya, ia pun melanjutkan mengetik.

Abbas terlirik lagi, dua orang itu malah berbincang sambil tersenyum. Dada Abbas terasa panas, tapi ia mencoba untuk menahannya. Ia kembali mengetik lagi.

"Hah!" gumam Abbas pelan, ia pun bangkit dari duduk menghampiri dua orang itu.

Siapa lagi kalau bukan Hajar, dan lelaki misterius itu. Oh, tidak. Bukan misterius, hanya saja Abbas belum tahu namanya.

Keduanya terkejut ketika ada seseorang tanpa izin mengambil sebuah pensil yang ada di kotak pensil di depan mereka, siapa lagi kalau bukan Abbas.

Abbas mengambil pensil itu, dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Jar, lo sama dia terus. Dia siapa?" tanya Abbas to-the-point.

"Abbas kamu ngagetin aj-

"Jawab gue." Potong Abbas cepat.

"Gue Fathur." Tiba-tiba lelaki yang bernama Fathur itu menjawab, membuat Abbas menoleh.

Abbas menatap dingin Fathur. Yang di tatap hanya kebingungan.

"Oh." Kata Abbas, lalu menoleh lagi ke Hajar.

"Dia siapa, Jar?" tanya Abbas kepada Hajar.

"Gue ponakan-

"Gue nanya Hajar, bukan lo." Potong Abbas.

Fathur mengangguk pelan, "O-oke."

"Dia ponakannya Umma. Anak dari tante aku." Jawab Hajar lembut.

"Deket sama Umma?" tanya Abbas lagi.

"Deket, Bas. Deket banget malah." Jawab Hajar dengan senyumannya.

Tak!

Pensil yang Abbas genggam patah terbelah dua. Membuat Fathur dan Hajar membulatkan mata.

"Oh." Ucap Abbas singkat, lalu pergi meninggalkan mereka.

Abbas mengambil laptopnya, lalu keluar dari perpustakaan. Tak lupa ia membuang pensil yang patah terbelah dua tadi.

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang