Part 24 || SM

284 44 48
                                    

PRANG!

Vas bunga berbahan kaca itu terhempas ke lantai, hingga hancur berkeping-keping.

"Udahlah, Ma! Aku udah besar! Bisa cari cewek sendiri! Nggak butuh perjodohan! Kuno tau nggak!?" tegas Aldo membantah kepada ibunya.

"Aldo, dengerin dulu mama, nak." Kata Mama melembut.

"Alah! Nggak! Aku baru aja kehilangan Jane! BARU AJA, Ma! Dan mama minta aku dengerin mama?!" tegas Aldo.

"Sayang... Mama cuma-" belum lagi beliau melanjutkan kalimat berikutnya, beliau sudah menangis.

Aldo memalingkan wajah.

"ALDO!" ketegasan suara parau terdengar mengaung di rumah mewah itu. Papa datang, sambil melempar tas ke sofa.

"Kamu menangisi mama mu lagi?! Hah?!" tegas papa sambil merangkul mama.

"APA?!" tegas balik Aldo menyahut.

"Mama yang salah, Pa!" tegas Aldo lagi.

"Mama mau jodohin aku, padahal aku baru aja kehilangan seseorang!"

"ALDO! CUKUP!" tegas papa.

"Kalau kamu tidak mau, yasudah! Tidak usah membuat ibu kamu menangis seperti ini!" tegas papa.

"Aldo emang nggak mau!"

"Yasudah kalau tidak mau!"

"Iya makanya Aldo nolak!"

"Yasudah jangan membentak ibumu!"

"Aldo nggak ngebentak!"

"Lalu kenapa mama mu menangis?!"

"Mama nangis sendiri!"

"STOP!" teriak mama yang ada di antara keduanya.

"Jangan berantem..." Lirik Mama sambil menangis.

"Kenapa ini?" Fathur si anak sulung, datang bersama Ara.

"Mama..." Gumam Ara lalu memeluk sang ibu.

"Apa lagi ini, Do?!" tegas Fathur kepada Aldo.

"APA?!" balas Aldo tak kalah tegas.

"Mau nyalahin gue? SALAHIN GUE, BANG!" tegas Aldo kepada kakaknya.

"ALDO, CUKUP!" tegas papa.

"Iya, bela. Bela lagi, Kak Fathur, Pa. Bela dia!" tegas Aldo.

"Aldo!"

"APA?!"

"Jadi anak tengah itu, nggak mudah, Pa! Kadang, aku harus iri sama anak pertama yang terus di puji-puji orang tua!" tegas Aldo tiba-tiba sambil menunjuk ke arah Fathur.

"Belum lagi, aku nggak suka sama anak bungsu yang terus-terusan di manja!" Aldo menunjuk ke arah Ara.

Topik Aldo melenceng.

Mereka terdiam.

Aldo tak pernah mengucapkan seperti ini sebelumnya.

"Kadang, aku merasa kasih sayang mama sama papa tuh, kurang buat aku!" tegas Aldo menatap kedua orangtuanya.

"Mama lebih sayang sama Ara! Papa lebih banggain Kak Fathur! Terus aku siapa?!" tambahnya.

Aldo menoleh ke arah papa nya, "Pernah nggak, papa banggain aku sama kayak papa banggain Kak Fathur?"

Ia beralih menoleh ke arah mama nya, "Pernah nggak, mama manjain aku kayak mama manjain Ara?"

Aldo tersenyum pahit, lalu ia menggeleng "Nggak pernah."

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang