Part 10 || SM

382 112 9
                                    

Abbas berjalan cepat menuju taman rumah sakit. Setelah sampai, ia pun duduk di kursi taman itu.

Ia menendang baru kerikil yang ada di balik rerumputan. Abbas menunduk, mengusap wajahnya.

Kenapa?

Setiap orang selalu menilai keburukan orang lain. Sementara, kebaikan, tak sama sekali ternilai.

"Emang ya, biarpun gue seribu kali berbuat baik. Tapi ada satu keburukan yang gue lakuin, mereka bakalan lupa sama kebaikan gue." Gumam Abbas menekan.

Ia mendongak, menatap ke arah langit biru. Ia memejamkan mata.

"Emang, nggak ada yang paham diri gue selain, Allah. Bahkan, orangtua kandung gue sendiri, nggak pernah nelfon atau beri kabar ke gue sampai detik ini." Batin Abbas.

Hatinya merasa sedih, rapuh, dan patah.

Semuanya melihat Abbas adalah orang yang beruntung.

Kaya, tampan, pintar, dan lain-lain.

Tapi, mereka tak sama sekali pernah berada di posisi Abbas.

Tidak tau kabar orang tua kandung selama, 13 tahun. Itu adalah hal yang menyedihkan.

Semenjak dirinya menjadi muallaf, orang tua kandungnya tidak pernah menemui, ataupun menanya kabarnya walau hanya satu kata.

Flashback on:

"Kamu lebih milih tante kamu, daripada mama?! kenapa kamu masuk Islam? Hah?!" tegas sang Mama dengan suara yang amat nyaring.

Membuat Abbas kecil semakin takut, dan dia semakin ingin menjauh.

PLAK!

Hantaman keras di punggung Abbas kecil, membuat dirinya terjatuh ke lantai.

"Kamu itu pintar, Abbas! harusnya kamu bisa berfikir! jangan mudah terhasut oleh agama orang lain!" tegas sang Papa yang tak kalah nyaring dari sang Mama.

Abbas menangis, "Islam me-melarang o-orang tua, mu-mukul a-anak ka-kaya gi-gini."

PLAK!

"RASAKAN!" tegas sang Papa lagi sesudah memukul Abbas dengan rotan yang luar biasa sakitnya.

Abbas menangis, apalah dirinya yang bertubuh kecil dan tak dapat memberontak sama sekali.

"Sekarang, kamu murtad dari Islam! ayo, MURTAD ABBAS!" tegas Mama.

Abbas menggeleng tak mau, ia sudah tetap dengan pendiriannya.

"Apa sih? sempurnanya orang Muslim!? sampai kamu mau masuk agama mereka?!" tanya Mama.

"Ka-karena, o-orang mu-muslim. Ba-baik, Ma. Me-mereka ju-juga le-lembut sama a-anak. Me-mereka eng-enggak ma-maksa a-anak da-dapet ser-seratus." Jawab Abbas kecil terbata-bata sambil menangis.

"Oh, jadi, kamu menganggap Mama sama Papa kamu ini bukan orang baik? begitu?!"

PLAK!

"Regina! Evan!" teriak seseorang dari ambang pintu.

Tante Abbas pun segera menghampiri Abbas dan memeluknya.

"Kalian punya adab dong sama anak!" tegas tante nya yang berkerudung syar'i.

"Heh, Salma! tidak ada istilah orang tua ber-adab sama anak, yang ada anak ber-adab sama orang tua!" balas Mama Abbas.

"Kalau kamu enggak ber-adab sama anak kamu, bagaimana anak kamu, bisa punya adab sama kamu!" balas tante Salma.

Mama Abbas memalingkan wajah.

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang