Deka dan Jeka hampir baku hantam karena berebut air yang semakin lama semakin menghilang, beruntung Chungha datang untuk menggetok keduanya. Setelah itu mereka bergegas ke dalam mushola.

Awalnya Woozi didapuk untuk menjadi imam, lagi-lagi Chungha mengeluarkan kalimat yang berhasil membuat Woozi tertohok, terjungkal, dan tergiling.

Katanya, 'jangan tuyullah yang jadi imam, takut gak sah sholatnya' yang berakhir mereka baku hantam secara syar'i, tanpa bersentuhan.

Dengan penuh ketampanan, Jun pun mengajukan diri untuk menjadi imam, membuat hati kedua gadis di sana jadi MLYT, MLenYeT.

Changkyun yang duduk di bale depan warung dekat Mushola cukup menikmati keributan di pagi menjelang siang kala itu, sambil mengelus bulu Mandor yang menampakkan tampang bete.

"Look, mereka podo fight koyo bocil" gumamnya sambil terkikik.

"Masya Allah pada rajin sholat dhuha ya anak-anak KKN" celetuk Bu Yuyun, pemilik warung, yang membuat Changkyun terkejut.

Tidak tahu saja si ibu kalau mereka lagi Sholat Subuh.

"Masnya gak ikut sholat?"

Changkyun menggeleng, "ora bu"

"Lagi M ya?"

Dia hanya terkekeh.

"Ada pembalutnya? Saya jual kok" katanya menawarkan.

"Ora usah bu, saya biasa nganggo popok"

"Popok juga saya punya, mau yang celana atau enggak?"

"Enggak usah" balasnya sambil terkekeh.

"Berarti yang gak pake celana?"

"Ora bu,"

"Ya udah, saya amb..."

"Maksudnya enggak beli, Bu"

"Buat kucingnya kalau enggak" paksanya.

"Kucing nyong wis smart, biasa pipis in wc" katanya sambil terkekeh lagi.

Di detik itu juga Mandor pun turun dari pangkuannya, lalu mengangkat satu kaki dan menyemprotkan air pipis ke kaki bale milik ibunya.

Changkyun syok melihat itu, namun sebisa mungkin tenang. Dia terkekeh malu menatap si ibu seraya berkata, "hehe, dia lagi ora smart, Bu"

"Jadi mau beli popoknya?"

"Ora bu, wis yo," darah tinggi lama-lama dia menghadapi si ibu.

"Kalau mau popok beli di saya..."

"Iyo Bu iyo" kata Changkyun manut.

"Popoknya nanti beli y..."

"Iyo!" potongnya dengan kesabaran hampir habis, rasanya mau Changkyun borong warung ibunya, tapi sayang dia kan lagi pura-pura jadi rakyat biasa.

Sang ibu pun akhirnya masuk ke dalam rumah, membuat Changkyun bernapas lega. Tapi baru setengah napas, kini napasnya harus tertahan karena kedatangan seseorang.

"Eh si Aa ternyata ada di sini," dan itu adalah tukang uduk berambut panjang alias Mang Jeonghan

Rasanya Changkyun tidak ingin melanjutkan napasnya, tapi takut mati.

"Hehe, Mang" sapanya berusaha bersikap sopan.

"Sendirian aja?" tanya Mang Jeonghan sambil tersenyum membuat Changkyun takut setengah mati. Padahal cuma disenyumi, tapi bikin parno.

"Hehe ora, kan bertwo karo mamang" katanya dengan senyum terpaksa.

"Oh iya, hahaha" Mang Jeonghan tertawa lebar.

KKN 17Where stories live. Discover now