6. Hari Pertama

Mulai dari awal
                                    

Dengan cepat Lea langsung menargetkan laptop milik Lingga. Javin sudah bilang pada Lea jika ia tidak bisa memasang alat sadap di sana karena terbatasnya akses masuk. Berhubung Lingga belum datang, ini adalah kesempatan bagus untuknya menaruh aplikasi penyadap buatan Javin pada laptopnya. Dia hanya perlu menyambungkan flashdisk pada laptop, maka aplikasi itu akan secara otomatis terunduh.

CEKLEK!!

Pintu di ruangan Lingga tiba-tiba terbuka, menampakkan seorang pria berpakaian rapi lengkap dengan dasi dan jas hitam yang melekat sempurna di tubuhnya.

Pengunduhannya belum selesai! Bahkan Flashdisk yang Lea bawa masih terpasang di laptopnya. Dengan cepat Lea menutup layar laptop dan menutupi flashdisk itu dengan map yang ada di meja.

"Lo ngapain disini?" tanya Lingga bingung.

"Kerja lah, ngapain lagi?" jawab Lea acuh, dia mencoba santai dengan bersandar pada kursi milik Lingga.

Sementara sang pemilik hanya menatap Lea dengan tatapan tidak suka.

"Maksud gue ngapain masuk ke ruangan gue? Dan gimana lo bisa masuk kesini?" Tanya Lingga sekali lagi, kini dengan nada suara yang menuntut jawaban.

"Lupa ya kalo hari ini, hari pertama gue gantiin lo jadi ketua tim Scantion?"

"Terus gimana gue bisa masuk karena gue punya ini!" sambung Lea sembari menunjukkan kartu akses yang terapit di jari telunjuk dan tengahnya. Wajah Lingga terkesiap sebentar,

"Dari mana lo dapat itu?" tanya Lingga

"Dari Presdir Jonathan tentu saja, dari siapa lagi? Lo juga belum ngasih gue kartu akses kan?" jawab Lea santai.

"Ah ya, gue lupa."

"Gak becus! Untung gue minta ke Papa, kalo gak gimana gue bisa masuk?" ujar Lea mencemooh. Meski ketidak becusan Lingga ini menjadi kesempatan bagi Lea, dia tetap tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyalahkan Lingga.

"Tapi masuk ke ruangan orang tanpa permisi, itu juga gak sopan Lea" ujar Lingga membela diri.

"Alah, bentar lagi juga ini bakal jadi ruangan gue" jawab Lea semakin menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, membuat kepalanya sedikit mendongak.

"Siapa yang bilang?" tanya Lingga dengan nada yang sedikit meninggi.

"Gue barusan! Gak denger?" jawab Lea acuh, masih dengan posisi yang sama.

"Ruangan lo bukan di sini Lea tapi di sebelah, ini akan tetap jadi ruangan gue!"

Setelah mendengar jawaban Lingga barulah Lea menatapnya. Bukan karena terkejut tapi lebih karena menyesal, karena hanya memasang penyadap di laptopnya saja. Lea fikir jika Lingga pindah ruangan, otomatis laptopnya juga ikut ia bawa. Tapi pria ini tetap ingin berada di ruangan ini, tahu gitu dia pasang spy kamera saja sekalian di sini!

"Bukannya ini ruangan ketua Scantion? Dan gue ketuanya, otomatis ini ruangan gue!"

"Jabatan lo memang ketua Scantion, jabatan gue juga ada di bawah lo. Tapi ruangan ini tetap ruangan gue!" tegas Lingga membuat Lea mengalah, lebih tepatnya pura-pura mengalah. Karena tidak ada kata mengalah dari kamus Lea.

"Ok..ok..!! Terus ruangan gue dimana?"

Tanpa menjawab pertanyaan Lea, pria itu langsung berteriak memanggil seseorang. Karena pintu ruangannya belum tertutup.

"ALI!!"

Selang beberapa detik, pria yang dipanggil itu masuk ke ruangan. Dia terkejut begitu mendapati Lea sedang duduk di kursi milik Lingga. Ekspresi wajahnya dipenuhi dengan tanda tanya dan kebingungan.

SCANDAL PROTECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang