***

"Zera kangen Abang."

"Makanya sembuh, jangan sakit mulu. Kamu udah tulang semua ini." Zera mencebikan bibirnya kesal mendengar ucapan Bang Sean.

"Zee, Rama nanyain kamu." mendengar ucapan Glen membuat Zera mendongak kearahnya.

"Nanya apa? Tumben."

"Keadaan kamu. Tapi dia gak bisa jenguk kamu."

Zera tersenyum miris. "Gakpapa kok Bang, udah di tanyain keadaan aja udah buat Zera senang."

"Padahal ya sedih," sindir Arlan membuat Zera kesal.

"Diem deh Bang Arlanjing!"

Arlan mendengus kesal kembali sibuk dengan ponselnya.

"Gue mau beli makanan. Lo mau ikut gak?" ajak Sean kepada Glen dan Arlan. Glen mengangguk, lagi pula dirinya juga lapar. Tidak dengan Arlan yang menggelengkan kepalanya.

"Gue disini aja, jagain Zera. Titip aja nasi goreng yang pedas."

"Abangg! Zera gak mau sama Bang Arlan!"

Arlan membekap mulut Zera. Berisik. Bisa-bisanya lagi sakit teriak-teriak mulu. "Diem deh Zee, bawel banget kamu."

"Bang Arlan nyebelin!"

"Lah kamu kali." Arlan mendelik tidak terima.

Zera terkekeh kecil. "Bang sini. Cerita-cerita apa gitu, biar gak sunyi." Arlan mengangguk. Ia ikut duduk di atas brankar menemani Zera. Sejujurnya Zera dekat dengan semua Abang-abangnya. Cewek itu akan berubah manja jika bersama ketiganya. Hanya saja jika bersama Arlan sering ribut karena Arlan selalu membuat Zera kesal.

"Masih sakit?"

Zera menggeleng, cewek itu menidurkan kepalanya dipangkuan Arlan. "Udah lebih baik daripada sebelumnya. Oleh karena itu, berarti Zera udah boleh berangkat sekolah kan?"

"Boleh. Tapi nanti kalo udah sembuh total." Arlan mengusap rambut Zera dengan tatapan terfokus ke televisi, begitupun Zera.

"Bang. Kenapa Zera selalu celaka?"

Tubuh Arlan menegang mendengar ucapan Zera. "Musibah Zee, gaada yang tau."

"Tapi semua ini seakan-akan di rencanakan."

Arlan terdiam. Tangan yang tadi mengusap rambut Zera kini terkepal kuat tanpa dapat Zera lihat.

"Diem Zee." Arlan berujar datar. Mendadak suasana berubah menjadi tegang.

"Bang Arlan kenapa?" Zera mengerutkan dahinya melihat perubahan sifat Arlan.

"Bang!"

"Bentar."

Jelas melihat Arlan yang pergi keluar membuat Zera bingung.

Arlan mencari kontak seseorang. Ia menghubungi seseorang saat memastikan bahwa Zera masih berada di dalam dan tidak mengikuti dirinya.

"Zera ada sama gue."

"...."

"Intinya lo intai terus Zera. Jangan sampai Zera tau."

"...."

"Untuk hari ini Zera sama gue." Arlan terkekeh kecil saat sambungan terputus.

"Bang Arlan bicara sama siapa?"

Deg!

Itu suara Zera. Arlan membalikan tubuhnya, ia berusaha bersikap biasa saja agar Zera tidak menaruh curiga pada dirinya. "Zera ngapain keluar?"

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now