NB&AG || Part 44

88.1K 12.8K 646
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

.
.
.
.
.

H A P P Y  R E A D I N G  !



Penampilan keduanya kemarin membuat Bu Anggun terpukau dan mengakibatkan mereka mendapatkan nilai yang sempurna. Tentu saja mereka, Reina dan Raisa.
 
Double R itu sekarang berada di meja kantin seraya menikmati bakso di hadapannya masing-masing.

Reina yang menikmati dengan wajah cerahnya, sedangkan Raisa dengan wajah lesunya.

“Udah, jangan sedih. Nanti lo pasti dapet yang lebih baik, kok,” tutur Reina yang sedari tadi melihat raut wajah Raisa yang memancarkan kesedihan. Tentu saja hal kemarin belum hilang di pikiran Raisa. Gadis itu memang jarang mengenal cowok, apalagi dekat. Kevin adalah sosok pertama yang mampu memasuki hati Raisa. Kesedihannya itu tak luput dari pandangan Reina.

“Iya,” lirih Raisa.

“Semangat!” ucap Reina antusias dengan mengangkat kepalan tangannya di udara.

Raisa menyunggingkan sedikit senyuman dan mengangguk.

Dipikir-pikir juga, mengapa ia harus memikirkan Kevin? Hal yang sudah tergenggam pun bisa terlepas, kan? Dirinya malah terlepas sebelum tergenggam. Mungkin ini hal yang terbaik untuknya.

“Mungkin belom saatnya lo mengenal tentang cinta, Sa. Lo bakal dapet itu semua, tapi nanti,” ucap Reina sedikit menenangkan Raisa yang sedari tadi melamun dengan tatapan kosong.

“Gak usah sok bijak, anjir! Geli gue." Raisa bergidik ngeri ketika Reina berbicara sok bijak. Sungguh perkataan ini tidak pantas dikeluarkan dari mulut Reina.

“Ye ... Kemarin aja lo nangis-nangis kek orang gila. Sekarang balik lagi kek uler keket!” ledek Reina sedikit kesal.

“Siapa yang nangis?” tanya Kevin yang tiba-tiba berada di belakang Raisa. Ia menatap Reina seperti berharap pertanyaannya terjawab.

Raisa yang mendengar suara yang familiar ini pun beranjak dari duduknya. Ia ingin pergi entah kemana. Tetapi, pergerakannya terhenti kala Kevin menarik tangannya menjauh dari Reina tanpa mengucap sepatah kata pun.

“NA, TOLONGIN GUE!”

***

Reina dan Galang berjalan menuju parkiran. Niatnya hari ini mereka akan ke sekolah lamanya Gilang.

Di depan deretan motor Reina berhenti berhadapan dengan Devon dan teman-temannya.

Laki-laki itu menatapnya remeh dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana seragamnya.

“Eh, Cupu!”

“Mau kemana, lo?” tanya Devon sok cool.

Reina yang hendak menghantam Devon itu ditahan oleh Galang. Sedari tadi tangannya sudah mengepal di samping paha.

“Pulang,” jawab Galang singkat.

“Pulang kemana? Akhirat? Kayak adik, lo?” ucap Devon dengan kekehannya. Tentunya teman-temannya juga ikut tertawa.

“Lo tau dari mana? Kalo adiknya Galang udah meninggal?” Kini Reina yang bertanya.

“Kasihan. Pasti lo gak tau, siapa yang ngebunuh adik lo!” sentak Devon. Ia menatap lekat mata Galang yang menyiratkan kebenciannya.

“Karena gue baik ... Gue kasih tau deh, siapa yang ngebuli adik lo itu,” ucap Devon seraya berjalan semakin dekat ke hadapan Galang.

Ia memajukan wajahnya ke telinga Galang. “Adiknya, Rio."

Reina terkejut mendengar ucapan Devon. Sedangkan Galang, ia masih dengan tatapan kosongnya. Apa mungkin teman baiknya semasa SMP itu berbuat seperti itu. Apa yang Rio permasalahankan dengan Adiknya?

Reina masih berpikir kala Devon dan teman-temannya meninggalkan parkiran. Ia masih teringat ucapan Rio yang katanya tidak terlalu dekat dengan Galang. Tapi mengapa seolah-olah Rio adalah musuh di balik selimut? Di balik wajahnya yang tenang terdapat dendam yang mendalam.

***

Kevin menyeret Raisa hingga gudang belakang sekolah.

Kevin mengukung tubuh Raisa dengan kedua tangannya. Ia menatap lekat wajah Raisa yang berpaling. Gadis itu enggan menatap wajahnya.

“Kenapa chat gue gak dibales? Telfon gak diangkat? Dari tadi mukanya juga jutek. Kenapa?” tanya Kevin yang menatap Raisa serius. Kini ia seperti cowok posesif yang sedang mengintrograsi kekasihnya.

“Apa peduli, lo?” sungut Raisa kesal, masih dengan memalingkan wajahnya.

“Jelas peduli, lah."

“Gue suka sama, lo,” ucap Kevin penuh tekanan.

“Suka? Suka kata lo?” ucap Raisa tepat di depan muka Kevin.

“Basi!” tukas Raisa.

“Gue serius. Apanya yang basi?”

“Kalo suka, gak mungkin lo buat gue jadi alat bales dendam lo!” Raisa berteriak dengan air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya. Ia tak bisa menahan ini semua. Hatinya terasa sakit ketika melihat wajah Kevin.

Shit, pasti dia denger omongan gue di ruang musik,” batin Kevin.
 
Kevin memeluk Raisa erat. Ia mengelus surai hitam milik Raisa. Dadanya terasa basah, pasti air mata dari Raisa. Ia sungguh menyesal karena pernah membuat Raisa sebagai alat balas dendamnya. Apakah ini yang dinamakan senjata makan tuan?

“Gue serius suka sama, lo,” lirih Kevin dengan menaruh dagunya di atas kepala Raisa. Gadis itu masih setia dengan tangisannya tanpa membalas pelukan dari Kevin.

“Lo gak perlu ragu. Bales pelukan gue kalo lo juga suka sama, gue,” ucap Kevin.

Raisa masih berfikir. Hatinya tidak bisa berbohong bahwa ia juga menyukai Kevin. Apakah ia harus menyingkirkan egonya? Tetapi, bagaimana dengan harga dirinya?

“Gue gak bakal nyakitin elo, Ra,” Kevin berusaha meyakinkan Raisa dengan mempererat pelukannya.

Persetan dengan harga diri. Ia bisa apa jika hati yang memilih?

Raisa membalas pelukan Kevin tak kalah erat. “Jangan bohongin, gue.”

“Iya, pasti.” Kevin sedikit melonggarkan pelukannya kemudian mengecup singkat dahi Raisa.

“Percaya sama gue, Ra." Raisa pun mengangguk.

Kedua remaja berbeda jenis itu masih setia melihat pemandangan romantis di depannya itu. Reina dan Galang. Mereka mengintip adegan uwu-uwu Raisa dan Kevin sedari tadi.

Sebelum balik ke kelas, Reina memang ingin mencari Raisa. Ia takut jika Kevin memperlakukan hal buruk pada sahabatnya. Ternyata, hal manis yang Kevin lakukan. Reina senang jika Raisa senang.

“Lang, kapan sih, lo uwu-uwuin gue kayak gitu,” rajuknya pada Galang.

“Besok kita uwu-uwuan, ya,” kata Galang dan Reina mengangguk.

 




[JANGAN LUPA VOTE SESUDAH MEMBACA! KOMEN JUGA BOLEH!]


***
TBC!

Nerd Boy & Absurd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang