NB&AG || Part 41

89.4K 12.8K 319
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

.
.
.
.
.

H A P P Y  R E A D I N G !


Reina dan Galang berada di depan tepat gundukan tanah yang mulai mengering tanpa bunga dengan nisan yang bertuliskan Gilang bin Andi Satria.

Selepas pulang sekolah, Galang langsung mengajak Reina ke sini. Ia rasa, ia akan menyeritakan semuanya.

Galang melangkah ke depan guna mengelus nisan putih itu. Tatapannya menjadi haru dan setetes air keluar dari pelupuk matanya.

Ia mengusap pipinya kasar, agar bekas air matanya tak terlihat oleh Reina.

“Nangis aja gak papa,” celetuk Reina.

Ia berjalan menghampiri Galang kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Galang. Ia mengusap bahu Galang pelan.

“Dia siapa?” tanya Reina lembut.

“Adikku.”

Reina terkejut seraya menatap nisan tersebut. Ia tidak mengetahui jika Galang mempunyai adik. Karena selama ia mengunjungi rumah Galang tak terlihat siapa pun selain Galang dan bundanya. Ternyata, adik Galang sudah beda rumah dan beda alam.

Galang berdiri melihat Reina yang masih menatap nisan adiknya itu. Ia memegang bahu Reina dan mengajaknya untuk beranjak.

Reina dan Galang berjalan meninggalkan tempat pemakaman itu.

***

“Dia meninggal ... Karena dibully.”

“Aku pengen ngerasain jadi gilang. Gimana rasanya dibully, gak punya temen, diasingkan, dan diremehkan.”

Reina tertegun mendengar pernyataan Galang. Pasti ini menyakitkan untuk Galang.

“Gilang temen aku satu-satunya. Walaupun dulu aku punya temen di sekolah, tetep aja, gilang yang paling bisa ngertiin aku. Tiap hari kita belajar bareng, main bareng, dan masih banyak lagi. Makanya, aku lebih suka main di rumah sama gilang dari pada main sama temen sekolahku.”

“Gilang gak bakal meninggal kalo aku satu sekolah sama dia. Semuanya salah aku. Aku gak bisa jagain dia, Rein, Cuma dia temen yang aku punya. Setelah dia meninggal, aku kesepian.”

Reina menggenggam tangan Galang. “Jadi ini, alasan lo berpenampilan cupu?”

Galang mengangguk. “Iya, dan aku udah pernah ngerasain yang namanya dibully sama dikatain.”

“Sakit rasanya. Pasti dulu gilang menderita.”

"Semua yang kita punya, bakal hilang ketika fisik jadi patokan utama."

Galang menyudahi pernyataannya. Ia menatap kosong ke arah depan. Bayang-bayangnya tentang dia dan Gilang terus berputar di kepalanya. Hingga kepalanya tak kuat lagi menopang dan ambruk di bahu Reina.

“Nangis aja kalo mau,” ucap Reina seraya mengusap surai hitam milik Galang.

“Lo gak salah. Ini semua udah takdir. Lo cukup buktiin ke semua orang, kalo gak ada orang yang berhak dibuli, dicaci dan dimaki. Lo seharusnya tegasin itu ke orang lain, biar gak ada korban-korban selanjutnya,” tutur Reina.

Galang meneteskan air matanya lagi. Ia berharap adiknya ditempatkan yang paling bagus di sisinya.

Ia tidak akan melupakan adiknya. Sungguh! Ia bertekad untuk menemukan siapa yang membuli adiknya hingga meninggal.

Benar kata Reina. Ia harus menegaskan perihal ini.

“Kamu udah ikhlas, kan?” tanya Reina dengan tangan yang masih mengusap rambut Galang. Tanpa sadar, ia mengganti lo gue-nya menjadi aku-kamu.

“Udah. Tapi, aku pengen tau, siapa yang buli adikku sampe meninggal.”

“Aku bantuin,” ucap Reina tulus.

“Kamu masih tetep mau kayak gini?” lanjutnya.

Galang paham jika Reina tengah membahas penampilannya. “Biarin kayak gini ya, Rein. Aku udah nyaman. Kalo udah waktunya aku berubah, aku bakal berubah kayak dulu.”

“Oke, gak papa. Gue juga gak mau kalo lo jadi ganteng. Nanti semua cewe suka lagi, sama lo!” sungut Reina. Bahasanya pun sudah berganti jadi lo-gue setelah kesal sedikit.

“Gini aja, lo udah ganteng," goda Reina seraya mengedipkan satu matanya pada Galang. Galang pun tersenyum setelah lepas dari bahu Reina.

“Makasih. Ada kamu, masa SMA-ku jadi gak abu-abu banget.”

“Maksud lo, gue rainbow gitu? Warna-warni?” Galang geleng-geleng sambil terkekeh. Ia bingung sendiri menghadapi Reina yang absurd ini. 









[JANGAN LUPA VOTE SESUDAH MEMBACA! KOMEN JUGA BOLEH!]

***
TBC!

Nerd Boy & Absurd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang