Aktifitasnya terhenti saat handphonenya bergetar, tanpa ragu ia langsung menerima panggilan itu.

"Hallo"

"MY BROTHER AARON..!" teriak seseorang di sebrang, sungguh teriakannya hampir membuat gendang telinganya pecah. Tapi pria bernama Aaron itu hanya menjawabnya datar dan singkat.

"Apa?"

"Buset...!! Irit banget kalau jawab" ujar pria itu berkomentar. "Jadi gimana, besok lo jadi ke pesta ulang tahun perusahaan gue kan?"

"Gak bisa, akhir-akhir ini banyak kerjaan di kantor"

"Apa? lo bisa dateng!" pria itu berpura-pura tidak mendengar jawaban Aaron. Alias dia tidak ingin mendengar penolakan dari teman bisnisnya itu.

"Saya bilang, Saya gak bisa datang!" jawab Aaron lagi dengan suara yang lebih keras.

"Oh oke..oke lo mau nemuin gue sekarang? Gue lagi di club biasa, gue tunggu ya ron, bye"

"Gilang ka-"

Tut... Panggilan terputus.

Pria bernama Aaron ini pun mendengus frustasi, sifat pemaksa temannya itu memang tidak bisa berubah. Mau tidak mau ia harus bertemu dengannya. Sebenarnya Aaron bisa saja tidak memperdulikan ajakan Gilang, tapi ia tidak ingin membuat kerjasamanya dengan perusahaan temannya itu terganggu hanya karena ia tidak memenuhi keinginan Gilang. Aaron tahu betul seberapa nekat pria itu.

Sudahlah sekali-sekali pergi ke club malam juga tidak buruk, dia memang sedang membutuhkan refresing. Terlebih baru-baru ini ia harus menangani masalah yang dibuat oleh orang menjengkelkan, yang sialnya memiliki darah yang sama dengannya.

***

"Yo Aaron..!! akhirnya datang juga"

Seru Gilang saat melihat sosok pria tinggi dengan masih menggunakan setelan jas menghampirinya. Sejak ia masuk, pria itu sudah menjadi pusat perhatian orang-orang terutama wanita di sana. Bukan karena pakaiannya formalnya yang sebenarnya tidak cocok untuk digunakan di sini. Tapi karena wajah tampannya yang bisa dengan mudah menarik perhatian lawan jenis.

Mata coklat gelap, rambut yang selalu rapi, bibir yang menggoda, dan jangan lupakan rahang tegas yang sekarang ditumbuhi brewok tipis. Semua keanehan dari cara berpakaiannya termaafkan dengan mudah.

Pria itu tengah berdiri menatap Gilang, Lucas, Fahri dan beberapa pria yang Aaron kenal karena bisnis. Mereka sudah dikelilingi oleh beberapa gadis di sampingnya, Aaron menatapnya Gilang dengan tajam.

"Duduk dong, jangan diem aja kayak patung," ajak Gilang yang tidak menghiraukan tatapan tajam itu.

Dengan malas pria itu pun duduk di sofa yang ada di sebelahnya, dan belum sampai semenit kedua sisi Aaron sudah di isi oleh beberapa gadis. Mereka menuangkan minum untuknya, dan sesekali menggoda Aaron dengan menyentuh tangan dan dada bidangnya. Tapi Aaron tidak bergeming, ia tidak menolak ataupun menerima semua godaan yang para gadis itu lemparkan padanya.

Jujur saja dia pria normal dan dia menyukai itu, tapi Aaron bisa mengendalikan ekspresi dan tindakannya dengan sangat apik. Karena kemampuan itulah rekan bisnis yang ingin mencari tahu kelemahan Aaron selalu berakhir kecewa, karena mereka selalu mendapati Aaron yang begitu sempurna.

"Katanya tadi banyak kerjaan?" sindir Gilang yang di balas dengan dengan ketus oleh Aaron.

"Diam!"

SCANDAL PROTECTIONWhere stories live. Discover now