Nabila 23 • Toxic Relationship

4.6K 650 13
                                    


Masih menunggu komentar kalian 🤭

***

Perception is the process whereby sensory stimulation is translated into organize experience

Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi, dimana  dengan kecermatan dalam mempersepsikan sebuah stimuli inderawi maka akan mengantarkan kepada keberhasilan dalam suatu proses  komunikasi yang dilajani. Pertanyaannya, why understanding how the someone's perception is preceived is important? Karena kegagalan dalam mempersepsikan stimuli dapat menjadi penyebab terjadinya  mis-komunikasi.

Kebanyakan orang tidak menyadari akan pentingnya menyamakan persepsi dalam sebuah hubungan. Padahal tanpa kita sadari, perbedaan dalam menginterpretasikan makna akan sesuatu hal jika dibiarkan akan meningkatkan probabilitas terancamnya sebuah ketahanan hubungan tersebut.

"Mbak, mampir Jco sebentar ya," Ucap Aldo ketika aku masih asik mengikuti suara  nadin amizah yang diputar via speaker mobil.

"Ngapain? Bukannya lo nggak suka makanan manis gitu?" Aku melontarkan pertanyaan karena Aldo memang sangat tidak menyukai makanan manis.

Aldo hanya mengangguk. "Buat Dea, Mbak," Jawabnya yang membuatku mendengus kesal

"Lo belum putus emang sama dia?" Entah kenapa aku sangat tidak menyukai pacar Aldo yang bernama Dea itu. Dari perspektifku, dia bukanlah gadis yang baik dan sepertinya juga tidak tulus menyayangi Aldo.

Bahkan, dari pengertian toxic reltionship yang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan tidak sehat yang dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang, aku sudah menarik kesimpulan jika hubungan Aldo dengan pacarnya kali ini termasuk ke dalam hubungan beracun yang satu ini.

"Mbak......" Aldo menekankan panggilanku untuk memberi tahu jika dia tidak suka dengan pertanyaanku barusan.

Aku mendengus  kesal. "Do," Segera aku menoleh ke samping kanan untuk memfokuskan pandangan ke arah Aldo yang sedang fokus menyetir.

"Please, Do. Dengerin mbak buat kali ini aja," Lanjutku sembari mengamati Aldo dengan seksama.

Aku menghembuskan napas pelan. "Hubungan kalian tuh nggak sehat, Do. Over protective-nya dia sama elo tuh udah abnormal dan berlebihan banget. Ngebatasin pertemanan lo, kegiatan-kegiatan di waktu senggang lo, dan bahkan dia udah berani ikut campur urusan keluarga kita."

Aldo terlihat mengacak-acak rambutnya setelah mendengar pernyataanku. "Inget nggak bulan lalu waktu gue minta jemput dan elo lagi bareng  sama dia,  lo bela-belain minta tolong Reno buat jemput gue di mall gara-gara nggak dibolehin sama Dea.  Padahal waktu itu udah malem, dan  lo justru lebih mentingin dia yang notabenya baru pacar lo, ketimbang gue yang kakak kandung lo sendiri." Aku mengungkapkan unek-unek yang ada dipikiranku semenjak kemaren.

Lagi-lagi Aldo tidak mengelak akan kalimat-kalimatku barusan. "Maaf, Mbak." Hanya itu kata yang akhirnya berhasil keluar dari mulutnya.

"Do," Aku merendahkan suaraku untuk memberitahunya bahwa apa yang akan aku bicarakan kali ini memang benar-benar serius.

"Renungin baik-baik apa yang bakal gue omongin. Ini terakhir kalinya gue ngingetin lo, dan setelahnya gue nggak bakal ikut campur lagi. Apapun keputusan yang bakal lo ambil nantinya itu sepernuhnya adalah milik lo sendiri. Tapi sori, gue tetep pada pendirian awal kalo gue nggak suka sama dia."

"Mungkin dari awal lo memang nggak mempermasalahkan soal sikap dia yang pelan-pelan mau memonopoli lo, Do." Kataku sambil melirik Aldo yang masih saja terlihat bingung.

"Lo mungkin ngerasa hal itu wajar buat dia lakuin, apalagi di masa-masa awal kalian pacaran. You have a great time with her, dan gue yakin lo nggak bisa nggak mempertimbangin itu semua dengan adanya masalah ini."

"Tapi Do, this is different. You know what... gue rasa hubungan lo udah kelewat gila. Lo bahkan nggak pernah keliatan lagi  mabar sama Mas Panca ataupun Reno. Dan lagi, gue rasa tiap kali lo diajak jalan sama dia, lo juga selalu nggak punya argumen buat nolaknya,  meskipun saat itu lo harusnya lagi quality time sama keluarga."

"Habis gue mesti gimana? Dea pasti bakal marah mbak kalo nggak gue turutin!" Akhirnya Aldo mau membagi keluh kesahnya denganku.

Aku tersenyum melihat responnya. "Nah itu, Do. Satu hubungan itu kudu seimbang antara kedua belah pihak, nggak bisa kalo berat sebelah. Kaya gini nih, ungkapin apa ya lo rasaian, bilang sama dia kalo lo nggak nyaman sama apa-apa yang dia tuntut sama lo. Omongin baik-baik, pahami, dan coba saling ngerti. Kalo tetep nggak bisa dan lo ngerasa kalo pandangan kalian soal hunungan beda, putus aja, " Lanjutku pada akhirnya.

Setelah itu kami sama-sama terdiam. Aldo yang mungkin sedang mempertimbangkan saran-saranku barusan, dan aku yang akhirnya kembali memfokuskan pandangan ke depan dan mulai memainkan gawai di tangan.

Point OutWhere stories live. Discover now