Nabila 19 • Serius?

4.4K 657 6
                                    

Menurut Ellis & Boyce, (2008): Lazarus, (1999) stress pada dasarnya adalah pengalaman tidak nyaman, tekanan yang tidak sehat sehingga menyebabkan perasaan yang tidak menyenangkan. Stress terjadi akibat adanya kondisi yang melebihi batas sehingga seseorang tidak dapat mengatasinya.

Stress banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti life event, pressure, frustation, atau bahkan juga environment.

Faktanya, semua orang bisa mengalami stress. Apapun pekerjaannya dan berapapun umurnya.

I know its difficult to manage stress, makannya kita butuh untuk melakukan tindakan preventif yang biasanya kita sebut dengan coping strategi. Coping adalah sebuah cara untuk mencegah, menunda, menghindari, atau mengelola stress. Coping sendiri dapat dilakukan dengan mencari/menawarkan bantuan kepada orang lain, sharing the experience, use the support system, dan biasakan untuk selalu berfikir sebelum bertindak.

Artinya, stress atau tidaknya seseorang tergantung bagaimana dia menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi. Jika dia memang tipe yang tidak bisa memendam permasalahan seorang diri, maka sharing lah masalah tersebut kepada sahabat agar beban yang dipikul dapat lebih berkurang. Meski tidak selalu mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut, percayalah bahwa dengan berbagi perasaan kita yang tadinya begitu berat akan menjadi lebih ringan. Keluh kesah yang mengganjal di hati akan menguap dan tidak mengerak menjadi emosi yang bisa keluar sewaktu-waktu.

***


Dua minggu belakangan, satu-satunya hal yang membuatku merasa stress adalah tugas kuliah yang entah kenapa dl-nya amat sangat sungguh cepat, sedangkan tugas yang diberikan begitu berat. Aku tahu di manapun kita menuntut ilmu, pasti akan selalu sejalan dengan tugas. But its totally, apa ya... melelahkan kalo kataku.

So, aku memutuskan untuk memilih mengerjakan tugas di luar rumah untuk mengurangi kesuntukkan. Dan seperti siang di hari rabu ini, aku sedang duduk manis di salah satu meja pojok di sebuah kafe yang sedang tren di kalangan mahasiswa.

"Lo gila, Fa?" pekik seorang gadis yang berada tepat di sebelah mejaku.

Seketika aku menoleh, lalu mendapati dua orang gadis yang sepertinya juga seorang mahasiswa sepertiku.

"Gue masih cinta banget aseli sama dia, Fa." Jawabnya atas pertanyaan temannya.

Bukan. Bukannya aku mencuri dengar obrolan mereka ya. Mereka berdua memang berbicara sekeras itu, dan nyatanya bahkan terdengar hingga di meja makanku. Dan tambahannya, amat sangat mengganggu fokusku.

Aku ingin menginterupsi, saat tiba-tiba obrolan mereka menjadi menarik untuk benar-benar aku curi dengar.

"Jadi beneran ya gosip kalo si Gilang mau tobat?" Suara perempuan yang dipanggil Fa itu benar-benar membuat telingaku langsung fokus terhadap apa yang terdengarnya.

"Ya gitu, kayaknya bener sih. Soalnya ini dari kemaren jadi obrolan panas gitu di fakultas gue," Jelas si perempuan dengan rambut sebahu nya.

Tidak sadar aku menarik kursiku agak ke samping, dengan maksud untuk lebih dekat dengan sumber suara agar lebih jelas mendengar penjelasan-penjelasan nya.

"Kok tiba-tiba banget?"

"Nah, nggak tau juga gue. Cuman dari gosip yang beredar, doi lagi naksir adek tingkat. Terusan lagi coba buktikiin gitu lah kalo mau berubah," Aku jelas kaget mendengar fakta ini.

Belum juga selesai melakukan pencurian informasi kembali, dering ponselku mengembalikanku ke tempat yang seharusnya.

"Halo," Sapaku dengan ponsel kuletakkan di telinga kiriku.

"Dimana, Mbak?" Aku memutar kedua mata atas respon Aldo di ujung sana.

"Kenapa?" Jawabku tanpa mengindahkan pertanyaannya.

Kudengar suara kasak-kusuk di ujung telepon, disusul suara Aldo yang berteriak, "Bentar Bun!"

"Di rumah lagi pada ngapain?" Tanyaku karena Aldo tak kunjung juga memberikan respon.

"Bentar, Mbak," Jawabnya yang hanya ku angguki dengan kepala, tanpa sadar jika lelaki berusia 17 tahun itu tidak bisa melihatnya.

"Mbak! Lo masih di situ kan?" Ucapnya kembali setelah beberapa saat lamanya.

"Hmmm..."

"Lo lupa ya kalo Mbak Anita anaknya pakde Jaya lusa mau merit?" Seketika aku teringat akan sepupu cantikku itu.

"Oh iya, astaga!? Mbak lupa ya Allah," heboh ku tanpa sadar.

"Tuh kan...."  Aku hanya menggeleng-geleng kan kepala mengingat begitu pelupanya aku.

"Ya udah gih balik, Mbak. Orang rumah udah pada siap-siap mau kesana nih! Lo kalo nggak mau ditinggal."

" Cepetan balik."

Seketika aku langsung mematikan laptop yang masih menyala, mencopot charhernya dari stopkontak, lalu tidak lupa juga untuk merespon perkataan Aldo barusan, "Iya bentar! Langsung otw nih, jangan ditinggal..."

Bergegas aku masukan seluruh peralatan penunjang tugas tadi, lalu segera bangkit berdiri dan jalan menuju pintu keluar untuk pulang.

Hayuk refresh otak sebentar! Ucapku pada diri sendiri.

Point OutWhere stories live. Discover now