Aku dan Rumah Kristal Kimberly Eves

9 4 8
                                    

Kami kembali ke belakang sekolah tempat kami masuk. Namun bukannya kembali ke gudang hantu, kami memasuki labirin semak sekolah. Memusingkan. Tapi Kingsley sepertinya sangat mengenal daerah ini. memang kadang dia berhenti di depan tembok belukar. Tapi kemudian dia kembali menuntun kami.

Kimberly terus memegang tanganku. Setelah kejadian di kelas tadi aku merasa tidak enak pada kedua kawan penyihirku. Terutama Kim. Dia hanya ingin ke depan mempresentasikan tugasnya bersamaku.

"Kau dihukum Tn. Kings?" tanyaku pelan.

"Iya. Tapi itu tidak penting. Aku sering dihukum guru yang lain," sahutnya seraya memeluk punggungku.

Kimberly sekiranya membuatku tenang. Padahal aku tidak memintanya. Namun inilah yang aku butuhkan sekarang.

Jalan setapak bebatuan besar meredam suara kami dibalik lorong sempit labirin. Cahaya matahari yang menembus lubang-lubang kecil di balik dinding daun membuat jalan remang itu berkilauan. Dan saat temboknya mulai melebar, aku melihat lagi air mancur. Kali ini lebih besar. Di sekeiling tembok daunnya pun dipenuhi bunga mawar. Putih, merah, ungu, kuning, pink. Semua jenisnya kurasa ada disini.

Kulihat ada bayangan seperti kipas dibawahku. Aku menengadah dan di atas puncak air mancur memang ada siluet kipas yang berkibar, berbulu. Lalu kipas itu berputar menjadi kepala rubah. Rubah itu lalu melompat ke depanku.

Kusadari dia adalah Kinsey yang sedang menyerupai rubah.

Rubah itu menggoyangkan tubuhnya dan sontak bulu-bulunya berterbangan

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Rubah itu menggoyangkan tubuhnya dan sontak bulu-bulunya berterbangan. Sosoknya semakin tinggi dan berubah menjadi sesosok gadis berambut hitam sebahu dengan baju gaya gotiknya. Dia tersenyum manis padaku.

Ya, pada kami semua.

Kingsley menumpu kakinya di pinggir kolam. Memandang kosong air yang dipancurkan ke bawah dari setiap sudutnya.

Lalu dia menatapku dengan matanya yang sayu.

Kami pun diam membisu. Suara burung gagak tiba-tiba terdengar di langit.

"Hei, cepatlah! Kau tadi mau bilang sesuatu, kan? Atau harus aku lagi?" tukas Kimberly. Kepalanya menyender di bahuku.

Kingsley mendesah. Dia menjatuhkan tubuhnya duduk di pinggir air mancur. "Ka, apa kau tahu ...," dia berhenti dan mendecak. "Kau bilang asalmu dari mana waktu itu?"

Aku menekur sepatuku. Pertanyaan sama yang tiap hari aku pun menanyakannyaa pada diriku sendiri. "Azterer."

"Dan kau adalah penyihir ...? Apa? Dengar, aku tidak yakin kau penyihir biasa seperti kita."

"Dan menurutmu dia penyihir seperti apa, Kingsley?" ujar Kimberly.

"Yah, aku juga tidak tahu, okey! Hanya saja―Kim, apa pernah kau kehilangan darah sebanyak itu, dalam satu hari, lalu menghancurkan kotak, depot raksasa sihir, dan langsung ke kelas?"

Scamatories: Kamose TheosHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin