Aku dan Kelas Tn. Kings

11 6 21
                                    

"Nah, sekarang siapa yang sudah siap presentasi di depan?" Tn. Kings menepuk tangannya.

Aku sedikit bergidik saat mendengar suara meja bergeser dan sorakan Kinsey. "Aku! AKU!" ujarnya sembari mengacungkan tangannya dengan semangat yang tinggi. Cece sampai tersentak.

Tn. Kings melebarkan senyumnya dan mempersilahkan Kinsey maju ke depan kelas. Gadis itu tersenyum lebar sembari menunduk lalu berdiri dengan posisi sempurna dengan tangannya memegang beberapa lembar kertas. Dia menceritakan tentang para dewa mesir dan asal nama mereka. Ra, Osiris, Isis, Sobek, Thoth, dan yang lainnya.

Lalu dia menceritakkan tentang seorang penguasa mesir. Ratu Cleopatra.

Tiba-tiba hatiku mencelus. Lemas seketika ketika mendengar nama itu.

Dan tunggu, kenapa mereka tiba-tiba membahas mesir kuno?

"Austin, kelas apa ini?" aku berbisik pada pemuda di samping tempat dudukku.

Austin melirikku. "Kelas sejarah. Kau masuk ke kelas tanpa tahu nama pelajarannya? Atau asal baca saja ruang kelas yang terjadwal?"

"Ya, terserah. Kenapa mereka membahas tentang mesir?"

"Ada tugas esai dan hari ini kita harus mempresentasikannya."

"Tugas? Aku ..., eh, mana tugasmu, Austin?"

"Oh, aku tidak mengerjakannya."

Mataku meremang sedikit. Kukira Kingsley yang terburuk. Ternyata ada yang lebih parah darinya. Apakah ini alasan dia sangat membenci anak ini?

"Baik, presentasi yang sangat bagus Kinsey." Tn. Kings tersenyum pada anaknya dan wajahnya kembali mengedarkan kelas. "Oke, siapa selanjutnya?"

Tn. Kings melirik kanan-kiri. Memindai seisi kelas dan matanya berhenti di sampingku.

"Kingsley, kurasa kau punya banyak sekali pernyataan yang ingin kau tunjukkan di depan kelas. Tidak perlu memandang terus keluar. Biar kelas ini yang mendengarmu."

Aku mendengar bunyi gedebuk dan langsung menoleh ke belakang. Kingsley memegangi kepalanya. Kim terkekeh pelan sembari menyembunyikan bibirnya. Kingsley menghela napas dan memutar kepalanya kesal. Dia beranjak dengan tergesa marah. Kakinya tersandung tetapi dia berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya. Ayahnya mengerling mata tak sabar. Mungkin memang setiap hari rutinitas kelas seperti ini. Kingsley tidak membawa kertas seperti Kinsey. Dan untuk beberapa detik, dia membisu sembari menopang tangan kirinya di pinggang.

"Kingsley, kau bisa mulai kapan saja, tetapi yang lain pun tak sabar untuk ...."

"Ya, aku tahu!" potong Kingsley. "Aku hanya memikirkan kata-katanya." Kingsley menghembuskan napas lewat bibir lingkarannnya. "Oke, orang mesir. Aku akan menceritakan kalian tentang seorang penyihir mesir. Kalian tahu bangsa mesir kuno suka sekali sihir. Dan aku punya satu cerita seru tentang salah satu penyihir itu."

Sontak seisi kelas bersorak heboh. Austin pun tak mau kalah. Aku mengernyit bingung. Apalagi saat senyuman Kingsley yang begitu tajam tertuju padaku.

Jangan bilang―

"Penyihir ini yang paling unik. Dia suka pergi ke masa depan. Suatu hari dia berkunjung ke sebuah toko sihir. Dia suka tempat itu. Tapi sang pemilik toko ingin darahnya sebagai bayaran."

Oh, Kingsley! Kenapa? Apa salahku?

"Sang penyihir menolak dan dia pun menghancurkan toko itu. Selesai!"

Kelas kembali ramai dengan sorakkan. Tn. Kings memandang Kingley tajam sembari menopang dahinya. Kingsley tersenyum nakal padanya. Dia lalu berjalan ke kursinya. Senyum nakalnya juga dibagikan padaku.

Scamatories: Kamose TheosTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon